13] Pantas

2K 71 2
                                    

Jika cintaku kamu anggap sebagai hiburan semata lalu apa artinya aku di matamu?

[]


"Ya udah cepet siapa pacar lo?" Lanjutnya.

"Hemm..."

"Tapi gue mau nanya dulu." Kataku sebelum ke inti.

"Sok."

"Kenapa waktu itu lo nanya gue udah punya pacar?"

"Gue takut." Takut? untuk apa takut? apa yang Akhtar takutkan?

"Ha?"

"Iya gue takut kalo lo punya pacar tapi tadi barusan lo bilang lo udah punya pacar."

Aku mengerti apa yang dia katakan tapi dia takut kenapa?

"Kenapa takut?"

"Udah ga usah dibahas sekarang tinggal gue yang nanya, siapa nama pacar lo?" Katanya mengalihkan pembicaraan.

Aku jadi tidak mengerti ada apa dengan Akhtar. Aku takut jika aku memberi tahu ini pada Akhtar. Akhtar malah menjauh dariku, ah mungkin lebih baik nanti saja.

"Eh engga itu cuma boongan doang." Jawabku mengeles.

"You lie Pey!" Ucapnya nada tinggi, maafkan aku Tar.

"I'm seriously."

"Hmm."

Maaf Tar telah merusak moodmu.

"Ya udah kalo gitu gue pulang dulu udah sore lagian mendung juga takut keburu ujan, makasi nastar nya."

Aku beranjak dari sofa di kamar Akhtar dan kembali menggendong tas kemudian keluar dari kamar Akhtar.

Aku turun ke bawah dan membuka pintu rumah Akhtar untuk segera pulang sebelum Kak Fazka pulang, tapi baru saja aku membuka pintu itu sedikit ternyata diluar sudah hujan, ya cukup deras.

Aduh mana ga ada payung lagi. Pesen taksi online gitu? tapi masa iya cuma ke rumah, deket banget buang buang duit aja, emangnya aku Dyland Pros apa yang sultan itu.

Tiba-tiba Akhtar turun, mungkin tadinya memastikan aku sudah pulang atau belum.

"Ujan." Celetuknya membuatku semakin merasa bersalah.

"Udah tau."

"Jangan pulang dulu."

"Udah sore."

"Gue anterin."

"Jangan ini ujan jalanan licin ntar lo jatoh lagi kan berabe."

Aku berusaha menolak karena semakin dekat dengan Akhtar aku menjadi semakin merasa bersalah juga.

"Jangan naik motor." Jawabnya memberi alasan.

"Terus?"

"Jalan."

Lah yang ada nambah keujanan dong? tapi jika dipikir-pikir oke tidak masalah juga, daripada aku terjebak di rumah Akhtar terus.

Setelah itu Akhtar naik ke atas untuk ke kamarnya, lalu turun dan ternyata dia membawa sebuah tas jas hujan.

"Pake." Dia memberikan tas jas hujan berwarna navy blue itu kepadaku.

"Terus lo ga pake?"

"Gampang." Aku hanya mengangguk lalu memakai jas hujan itu sedangkan Akhtar membuka pintu rumahnya.

Aku dan Akhtar berjalan bersama untuk mencapai rumahku, cukup jauh memang tapi ini menyenangkan.

Lover But Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang