Part 5

713 56 5
                                    

Part ini berisi lanjutan flashback Aldi dengan Sena di part sebelumnya 😉
************************************
Pagi itu, aku ada praktek di lab komputer, dan seperti biasa aku menunggu jam pelajaran dimulai di tempat duduk depan lab. Dan biasanya Sena saat sedang menuju kelasnya, ia selalu lewat di depan lab komputer dan bertemu denganku. Ah, aku benar-benar sedang tidak ingin melihat wajahnya. Saat Sena lewat di depanku dan menyapaku, aku reflek menundukkan kepalaku. Aku hanya terdiam, tidak membalas sapaannya. Mungkin begini lebih baik, dengan begini Sena bisa menjauh dariku. Dan ia bisa hidup bersama teman-temannya, tanpa gangguan dariku. Lagipula, Sena selalu dikelilingi banyak orang. Sampai aku tidak bisa masuk ke dalamnya untuk bertemu dengan Sena. Jika aku bergabung dengan mereka, itu adalah hal paling mustahil yang kulakukan. Aku ini bukanlah tipe orang yang mudah akrab dengan orang lain.

Malam harinya, aku belajar untuk persiapan ulangan esok hari. Tiba-tiba saja hpku berbunyi. Di layar hpku tertera 1 pesan dari Sena. Sena? Ke...kenapa dia mengirimiku pesan? Apa dia merasa ada yang ganjil dari perilakuku tadi pagi? Iya, dia mungkin sadar kalau aku mengacuhkannya. *sigh* Biasanya saat Sena mengirimiku pesan seperti ini, aku akan merasa senang. Tapi, hari ini aku malah merasa takut. Dengan tangan gemetar, aku membuka pesan yang dikirim oleh Sena.

Sena
Di, hari ini kamu kenapa? Tingkah kamu aneh hari ini dan kamu juga nyuekin aku.

Aldi
Maaf, sebenarnya aku nggak mau nyuekin kamu. Tapi, belakangan ini kamu rasanya semakin menjauh, aku nggak mau ganggu kamu dan teman-temanmu.

Sena
Maafin aku, Aldi. 

Aldi
Nggak, harusnya aku yang minta maaf karena nggak bisa jadi teman yang baik. Kamu pasti nggak mau berteman denganku lagi, aku ini emang nggak bisa seasik teman-temanmu. Selamat tinggal :’)

Sena
Tunggu dulu, siapa yang bilang aku nggak mau berteman denganmu lagi? Begini Aldi, coba bayangin aku dan kamu adalah teman yang udah deket banget, terus suatu hari kamu harus pindah ke luar kota, ke tempat yang jauh. Apa itu artinya kita tidak berteman lagi? Nggak kan? Berteman bukan soal jauh atau dekat, yang penting kita masih bisa komunikasi.

Aldi
Aku rasa kamu benar, maaf aku emang egois. Aku selama ini menganggap kamu itu istimewa.

Sena
Nggak kok, kamu nggak egois. Aku ngerti kenapa kamu bersikap seperti ini, maafin aku ya. Yang paling penting, sekarang kita masih bisa temenan kan?

Aldi
Iya aku harap aku masih bisa berteman sama kamu.

Sena
Yes, makasih Aldi :)

Setelah itu, aku dan Sena masih tetap berteman seperti biasa. Yah, walaupun interaksi kami kebanyakan hanya di dunia maya. Waktu kami bertemu di dunia nyata hanya sedikit. Di sekolah sering-seringnya, kami hanya sekedar bertegur sapa dan mengobrol sedikit. Tapi, aku senang setiap kali aku bisa bertemu dengannya. Aku benar-benar merasa nyaman berada di dekatnya. Hanya melihat wajahnya saja, bisa membuat hatiku tenang. Bagiku, Sena bukanlah sekedar teman biasa. Dia... dia istimewa bagiku.

Seringkali kami berjanji untuk bertemu, menghabiskan waktu luang. Bercanda, berbagi banyak hal, hingga tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya. Sena sering meminta bantuanku jika berkaitan dengan teknologi. Kebetulan, aku suka sekali menggeluti bidang teknologi. Aku bahkan sudah mulai belajar pemrograman. Kalau laptop Sena bermasalah, ia sering datang meminta bantuanku. Atau jika ada tugas mengedit video, ia akan meminta bantuanku jika ia menemui jalan buntu. Dan dia juga kadang meminta koleksi film dan anime yang aku miliki. Aku pun rela membantu Sena kapanpun ia membutuhkanku. Asal aku bisa melihatnya, aku rela melakukan apapun demi dirinya. Bahkan, saat keluargaku membawa oleh-oleh mahal yang tidak setiap hari bahkan setiap tahun aku bisa menikmati, aku memberikannya untuk Sena. Yang terpenting bagiku, adalah membuat Sena bahagia dan tidak bosan berteman denganku.

SociophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang