Part 11

532 40 2
                                    

Sekitar 15 menit kemudian, kami sampai di stadion. Padahal aku masih ingin menikmati momen ini lebih lama lagi.

“Kita sampai, ayo turun!” ajak Sena.

“I-iya..., ” jawabku.

Daritadi aku belum bisa bicara banyak dengan Sena. Banyak hal yang sebenarnya ingin kubicarakan dengannya. Tetapi, sepertinya ini bukan waktu yang tepat.

“Kenapa wajahmu sedih begitu? Apa aku terlalu memaksamu?” tanya Sena.

“Eh..., nggak kok...,” jawabku.

“Kalau begitu, ayo nikmatilah! Ini kencan soalnya...”

Ke-kencan? Apa yang dia bicarakan? Aaaah....., wajahku jadi merah semua. Lalu Sena menarik tanganku masuk ke dalam stadion. Ternyata stadion di kotaku ini cukup besar, aku sudah sering melihatnya tapi ini baru pertama kali aku masuk ke sini dan melihat ke dalamnya. Sena memilih tempat duduk yang agak dekat dengan lapangan.

“Tolong jaga tempat duduk kita ya! Aku mau beli makanan dulu,” pinta Sena.

Aku mengangguk, Sena tersenyum dan mengelus kepalaku. Sena baik sekali hari ini, seperti bukan Sena yang dulu kukenal. Dia masihlah Sena yang dulu kukenal, hanya saja ia lebih perhatian padaku kali ini. Beberapa menit kemudian, Sena kembali membawa beberapa cemilan, minuman dan juga es krim.

“Ini untukmu!” kata Sena sambl menyodorkan es krim softcream cokelat.

“Kamu masih ingat kesukaanku?” tanyaku terkejut.

“Bagaimana bisa aku melupakannya?”

Sena tersenyum padaku, lalu meneguk sebotol minuman yang baru saja ia beli. Aku tidak pernah menyangka, bahwa aku akan duduk di sini menonton pertandingan sepak bola bersama dengan Sena, orang yang kucintai. Sena masih belum banyak berubah, ia masihlah Sena yang tampan dengan kulit cokelat dan tubuhnya yang atletis. Malah mungkin sekarang ia sudah semakin tampan saja. 95 menit berlalu, akhirnya pertandingan pun selesai.

“Klub kota kita menang, aaah... aku senang sekali! Yes!” ucap Sena kegirangan.

Aku hanya tersenyum geli melihat tingkah Sena.

“Akhirnya kamu senyum juga, aku sudah lama ingin melihat senyumanmu itu,” kata Sena.

Lagi-lagi Sena membuatku tersipu. Sena aneh sekali hari ini.

“Ayo kita ketemu pemain-pemain klub!” ajak Sena.

“Eh, memangnya bisa?” tanyaku.

“Udah, ayo ikut saja!”

Sena menarik tanganku ke tempat berkumpulnya pemain-pemain klub andalan kota kami. Begitu sampai di sana, kami disambut dengan ramah oleh para pemain. Dan Sena terlihat sangat akrab dengan para pemain.

“Aldi, kenalin ini kapten tim, Kak Alex!” kata Sena.

Aku menjabat tangan Kak Alex dan memperkenalkan diriku.

“Sena ternyata kamu punya teman seimut dia, atau jangan-jangan dia... Pacarmu?” tanya Kak Alex.

Sena langsung merangkulku.

“Apa kami terlihat cocok?” tanya Sena.

“Iya kalian cocok sekali,” jawab Kak Alex.

Wajahku memerah padam, dalam hati aku merasa senang tapi sekaligus merasa aneh dan malu.

“Ka-kami cuma teman,” kataku membantah.

“Aku cuma bercanda kok, ahahaha...,” kata Kak Alex.

SociophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang