15. TAMAT

1.2K 109 9
                                    

Merelakan.
.
"Bisakah kita berteman seperti dulu saja?"

"Aku nggak ngerti, maksudmu?"

"Masih ingat kata-kataku saat pertama kali kau bilang kau gay?" Mingyu mengangguk. "Aku nggak masalahin itu, pertemanan kita masih baik bahkan saat kau bilang kalau aku adalah cowok yang kau cinta dan satu-satunya. Mingyu, aku membiarkanmu mencintaiku karena saat itu aku pikir kau bingung mengartikan perasaanmu, tapi setelah selama ini, aku rasa kau sungguh-sungguh dengan perasaanmu."

"Apa? Selama ini kau menganggapku main-main, bingung, katamu? Jadi semua ketulusan yang aku lakukan untuk mendapat perhatianmu hanya lelucon bagimu. Kenapa kau tidak pernah mengerti perasaanku?" Mingyu menjawab dengan putus asa, hatinya terluka karena ucapan Wonwoo. Hanya didepan Wonwoo, Mingyu bersikap seperti pecundang.

Wonwoo tersenyum pahit menatap Mingyu. "Semua yang aku lakukan padamu, itu karena aku memikirkan perasaanmu."

"Melakukan apa? Yang kau lakukan hanya menyakiti perasaanku."

"Kim Mingyu, itu yang sudah kau lakukan padaku. Kau terlalu sibuk memikirkan perasaanmu padaku, kau yang egois disini. Sementara aku, bukan hanya memikirkan saja, aku bahkan menjaga perasaanmu. Aku tidak masalah dengan keegoisanmu, aku memafkanmu, bahkan setelah kau meniduriku, aku masih memaafkanmu! Karena kau adalah sahabatku" Wonwoo meluapkan amarahnya yang sekian lama terpendam. "Itu yang sudah aku lakukan."

Belati tak kasat mata menghujam hati Mingyu saat mendengar itu. Mingyu mungkin selalu memberi perhatian yang tulus pada Wonwoo, mengira dengan semua usahanya akan mendapatkan hati Wonwoo. Tapi Mingyu keliru.

"Maaf..." Mingyu menatap Wonwoo, kenapa Wonwoo minta maaf, harusnya Mingyu yang melakukan itu. "Aku tau kau mendengar obrolanku dengan Seungcheol di pantry, kemarin.

"Aku harusnya berterima kasih karena sahabatku sangat perhatian padaku, aku sangat berutung punya sahabat seperti Seungcheol dan kau."

"Kita masih sahabat, kan?" Mingyu benar-benar idiot yang sempurna, disaat seperti ini kenapa lidahnya harus mendadak kelu.

"Itu saja, aku harus pulang sekarang."

.
.
.

"Jadi bagaimana kencanmu dengan Jeonghan?"

"Kencan, kepalamu!"

"Seingatku kau bilang seperti itu, sabtu kemarin."

"Dia datang bersama pacarnya. Sialan! Aku sudah salah mengira." Seungcheol menoyor kepala Mingyu yang terbahak kencang. "Pacarnya bahkan memberiku daging sapi korea yang sangat mahal, kau boleh minta kalau kau tidak bosan memakannya." Semua orang tau kalau Mingyu adalah anak konglomerat.

"Sepulang kerja aku mampir, kita bisa memanggang daging dan pesta soju di atap gedung apartemenmu."

"Sip." Seungcheol meminum kopi kaleng di tangannya.

"Jadi kenapa kau menghindari Wonwoo?"

"Apa?"

"Aku berteman dengan kalian bukan setahun atau dua tahun. Dari yang biasa aku lihat, Wonwoo yang sering menghindarimu, tapi kenapa sekarang kebalik."

"Aku nggak punya muka untuk menatapnya, sangat memalukan."

"Kali ini apa yang kau buat?"

"Apa?"

"Kau selalu membuatnya kesal, kau juga lelaki yang nggak tau malu, aku dan dia sudah kebal dengan kelakuanmu itu, jadi kenapa sekarang kau menghindarinya."

Mingyu menceritakan semua yang terjadi kemarin saat Wonwoo mendatangi kediamannya.

"Kau benar-benar sialan! Apa dia menangis?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia Bersamamu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang