Sebelum sedingin laut lepas kita pernah sehangat nafas.
•••Aku terbaring lemah di ranjang tidurku. Hari ini aku absen dari sekolah karena penyakit radang otak yang kembali menyerang ku setelah 10 tahun terakhir ini.
Terakhir aku mendengar suara Bagas pagi ini, sampai ayah menemukan ku terbaring di tempat tidur dengan hidung sudah dipenuhi dengan bercak darah atau lebih kalian kenal dengan sebutan mimisan."Ibukk!!!" ayah memekik namun tak ada respon dari ibuk
"Ibukk!! Kesini!!" kali ini ayah memekik sedikit lebih kencang dan membuat ibu menaiki lantai dua di rumahku. Hanya ada aku dan Kak Adhit yang tidur di lantai dua tapi sekarang Kak Adhit lagi di Bandung untuk menyelesaikan studi nya
"Ada apa yah? Ya allah!!! Ini sherina kenapa yah? Kenapa dia bisa mimisan seperti ini? Apa iya penyakit radang otak nya bisa kambuh lagi?"
"Ayah tidak tau bu, tapi seingat ayah dulu dokter Ridwan pernah bilang kalau penyakit ini sudah sembuh ayo ibu cepat telefon ambulance! Cepat!!" gertak ayah yang sudah kalang kabut saat itu melihat kondisi anak perempuan nya seperti ini
"Loh? Kenapa tidak pakai mobil saja yah?"
"Ah iya. Ayah sampai lupa. Yasudah sekarang ibu siapkan mobil biar ayah yang menggendong Sherina untuk turun ke bawah. Jangan lupa handphone Ayah, Ibu, sama Sherina jangan ada yang tertinggal" ucap ayah mengingatkan
"Sabar nak, ayah tau kamu pasti kuat" bisik ayah lirih di telinga ku. Aneh, entah kenapa bisikan itu terdengar begitu nyata bagiku. Padahal aku tidak mendengar apa apa sebelum ayah mengucapkan kalimat ini.
•••
Aroma rumah sakit yang khas dengan obat obatan nya seketika menyeruak di hidungku yang sudah dipasang alat pernafasan yang sempat ku kutuk dulu. Aku bersumpah tak ingin lagi memakainya semenjak kejadian aku masuk rumah sakit 10 tahun yang lalu dan siapa sangka aku menelan ucapan ku sendiri. Untuk kesekian lagi aku bertemu lagi dengannya. Hai selang oksigen.
"Bagaimana keadaan anak saya dok? Bagaimana dia bisa mimisan setahu saya dia tidak pernah kecapek'an sebelum ini. Apa ini penyakit yang dulu dulu sempat menggerogoti nya? Bukan nya dokter pernah bilang kalau dia sudah sembuh? Tapi kenapa dia sekarang bisa kumat lagi sampai harus dibantu pernafasan nya oleh alat bodoh itu!" seketika emosi Ayah memuncak. Ayah sampai mengumpat dokter Ridwan.
Tak heran bagiku. Siapakah orang tua yang tak sedih melihat kondisi anak nya terbaring lemah di ranjang dengan alat penopang kehidupan di samping kiri dan kanan nya tersebut? Orang tua mana yang tak akan kalang kabut?"Maaf pak, dulu saya memang pernah berkata seperti itu. Saya bisa berkata seperti itu karena saya melihat dari hasil ronsen kepala Sherina dan hasil dari laboratorium rumah sakit yang menyatakan kalau radang otak yang di derita anak bapak sudah menghilang. Bahkan tak ada tanda tanda kalau peradangan itu akan kambuh lagi di waktu mendatang.
Untuk saat ini, dengan berat hati saya harus mengatakan kepada kalian bahwa Sherina mengalami koma. Dan bisa dipastikan ini bisa terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama sekitar 2-4 bulan. Hanya tuhan yang kuasa yang bisa memberikan mukjizat kepada-nya untuk bangun kurang dari waktu yang saya prediksi kan""Heh, enak saja ya dokter bisa bilang seperti itu. Kalau tau anak saya belum sepenuhnya sembuh saya tak akan membiarkan ini terjadi berlarut larut!! Saya akan membawa nya cek up setiap minggu! Harusnya dokter gak perlu membuat pernyataan seperti itu! Apa tadi dokter bilang? Sudah sembuh sepenuhnya? Lalu apa ini? Hah?!!!!" emosi Ayah tumpah. Dia sampai mengumpat dokter Ridwan.
Ibu yang melihat Ayah hanya bisa menahan gejolak air mata yang ingin menetes tetapi ia tahan untuk terlihat kuat depan anaknya, Sherina.
Sungguh, sosok ibu yang luar biasa"Sudah yah, kita serahkan saja ini kepada pihak rumah sakit dan dokter karena mereka lebih mengerti dan lebih memahami" ucap Ibu memberi saran
"Saya tunggu kebijakan dari rumah sakit ini!" usai mengatakan hal itu Ayah sedikit melirik ke arah ruang ICU tempat dimana aku terbaring. Aku bersyukur karena walaupun begitu, aku masih bisa merespon gerakan yang dilakukan oleh orang sekitar ku walaupun hanya sekenanya saja.
"Lebih baik kita hubungi Adhit dan Diah sekarang untuk minta tolong agar Diah memberi tahu guru nya Sherina sampai kita ke sekolah Sherina untuk meminta izin langsung ke guru Sherina".
Aku. Sherina Alfathunnisa.
Sekarang akan berjuang demi motivasi yang ayah telah bisikan kepada ku. Dia yakin aku anak nya yang kuat. Dan akan ku buktikan itu mulai dari sekarang.•••
TBC.
Seharusnya part ini selesai pukul 10:54pm tapi karena ada gangguan jadi part ini kehapus dengan sekenanya saja. Alhasil selesai pukul 11:18pm.Salam, Gadis cantik yang sedang berjuang saat ini
Sherina Alfathunnisa.
•••••••
Vote dan komen gak akan ngebuat kalian menahan ngantuk yang sedang aku rasakan saat ini
Buat yang baca ini larut malam seperti jam dimana aku menulis dan menyelesaikan nya
Happy Nice Dream Guysii❤Dan buat kalian yang baca ini dan melihat matahari sudah bersinar di esok hari..
Selamat menjalankan hari ini Guysii❤Byee!!❤
Salam, Fap❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Self [SELESAI]
Teen Fiction#Rank01Otw💜 Didalam kamar itu seorang gadis kecil berumur 5 tahun sedang mewarnai gambar yang siang tadi ia buat bersama ayah nya. ******* "Sherina Alfathunnisa" gadis kecil yang sudah berumur 15 tahun ini tentu sudah menjadi remaja yang cantik...