BAB 9 {Rumah Pohon}

99 32 13
                                    


"Mau kemana Ndik?" ucap Riani dengan nada yang masih terdengar sangat lemah namun andika tidak meresponya melainkan tetap melangkahkan kakinya beranjak pergi dari kostsanya itu.

~•••~

Indahnya  sebuah bukit berhiaskan pemandangan alam yang masih sangat alami namun tak terlihat banyak orang, hanya orang-orang tertentu yang mengetahui tempat ini. Disanalah mereka berhenti dimana Andika mempersilahkan Riani duduk dibawah sebuah pohon rindang namun terlihat diatas cabang pohon tersebut ada sebuah rumah kecil yang kemungkinan itu adalah sebuah 'rumah pohon'.

"Wahhh..." hanya satu kata yang keluar dari mulut Riani ketika melihat pemandangan yang teramat indah dihadapanya dari atas bukit ini.

"Lu tau tempat ini dari siapa dan Sejak kapan?" Tatapanya masih membelalak terhadap indahnya alam yang baru ia lihat saat ini dengan mata kepalanya sendiri.

"Yahh kepo" Andika menjulurkan lidahnya dan tertawa kearah Riani yang sedang menoleh kearahnya.

"Gak lucu!" Seketika wajah cerianya kembali menjadi datar. Sifat aslinya kembali muncul ketika Andika mulai memancing emosinya.

"Kidding" Andika mengedipkan sebelah matanya lalu menunjukan jari nya menandakan tanda "peace" pada Riani. "Ayo naik keatas pohon itu,  masuk kedalam rumah pohon pasti seru" dengan semangatnya Andika mengajak Riani, reflek tanganya menggenggam tangan Riani 'menggandengnya'.

"Nih jantung kenapa jadi dagdigdug yh, alay banget ih" gumam dalam hati Riani yang berusaha menenangkan degupan jantungnya.

"Gimana? Mau ikut apa ngga?" tanya Andika kembali yang berhasil membuyarkan lamunan Riani.

"Ehh iya, gue ngikut dah" masih dengan degupan jantung yang dagdigdug Riani berjalan mengikuti Andika.

Mereka berusaha memanjat pohon tersebut namun beruntung bagi Riani karna pada batang pohon tersebut dibuat tambahan kayu seperti anak tangga, jadi Riani tidak usah susah payah memanjat pohon tersebut. Sesampainya dirumah pohon mereka duduk sampingan namun suasana kali ini menjadi seperti kuburan.

"Ini rumah pohon yang buat siapa Ndik? Selama gue hunting bareng temen ko baru liat tempat seindah ini yh" Riani memperhatikan isi rumah pohon tersebut dan mengamati sekitarnya.

"Gue lah sama temen-temen gue, kerenkan? Siapa dulu tang buat" jawab Andika lalu mengusap hidung mancungnya dengan jempolnya menandakan bahwa dialah yang paling hebat.

"Ngaco! Ga percaya gue" Riani membuang mukanya malas kesembarang arah.

"Yakin nih ngga percaya? Ngga nyesel lu udah ngehina karya gue? Gue kasih hukuman yh" seketika Andika menggerakan jemarinya keperut Riani hingga Riani tertawa terbahak-bahak.

"Berbahagialah bersamaku, bahagiamu sangat berarti bagiku." Gumam dalam hati Andika yang melihat Riani masih tertawa lepas seperti tak ada beban dihidupnya.

"Ampun Ndik, geli hahaha" dengan usaha kerasnya Riani melepas jemari Andika yang masih mengelitiki perut Riani.

"Gimana sekarang? Udah ngga sedih lagi kan, gitu dong ketawa biar keliatan ceria. Jadi makin cantik juga" senyum Andika yang melihat Riani sedang menoleh kearahnya.

"Thanks yh Ndik udah bikin gue ketawa lagi" balas senyum Riani yang seketika keluar warna merah dari pipinya yang membuat Andika semakin gemes liatnya. "Ohiya, btw gue boleh numpang sementara bareng lu ngga sampe gue dapet kerjaan, nanti gue bakal bantu bayar kostnya ko" lanjutnya dengan ekspresi agak memohon kepada Andika.

"Lu mau kerja, bukanya lu sekolah? Slow ajh selamanya bareng gue juga gapapa bila perlu sampe dipelaminan bareng gue hehehe" nah Andika ngegombal lagi, ia kembali memancing emosi Riani yang kali ini sudah mulai mereda.

My Love Meets The StreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang