BAB 20 {Siap 86}

65 16 17
                                    

Andika segera merangkul pundak Riani kemudian berbalik arah untuk menempuh perjalanannya kembali. Fadil dan Niko pun mengikutinya dari belakang sembari menghabiskan rokoknya. Mereka terus berjalan menelusuri jalan, entah kemana tujuan mereka akan menempuh perjalanannya yang sudah larut malam ini.

~•••~

Aku akan selalu siap menopang bunga ku yang layu dan memberinya pupuk dan air agar bungaku mekar kembali dengan indah.

~Andika~

~•••~

Setelah mengantar sobat Riani pulang ke rumah masing-masing. Mereka memutuskan untuk menempuh perjalanannya kembali kepada kehidupan barunya di jalanan. Berhubung waktu sudah larut malam, dimana mobil yang hendak mereka tumpangi sudah langka dan badan mereka pun sudah mulai cape. Langkahnya mulai gusar dan mereka segera mencari tempat peristirahatan untuk sementara waktu.

Mereka memutuskan malamnya untuk tidur dijalanan. Mereka segera mencari toko yang sudah tutup, kemudian membersihkan lantai depan toko tersebut untuk tempat beristirahatnya. Mereka berempat tidur di depan toko dangan alas kardus bekas dan ditemani angin malam tanpa selimut penghangat. Namun, ada beberapa anak jalanan yang masih stay di jalanan untuk mengumpulkan uang recehan hasil mengamennya meskipun dengan jumlah sedikit, setidaknya uang tersebut cukup untuk membeli makanan.

Karena cuaca malam hari sangat dingin, Riani tidak bisa tidur nyenyak malam ini. Perasaannya sangat gelisah, seketika tubuhnya bergidik karena ia ingin buang air kecil.

"Ndik" Gumam Riani dengan berusaha membangunkan lelap tidur Andika yang sangat cepat. Mungkin Andika sangat lelah malam ini sehingga ia berhasil tidur pulas dengan hitungan detik.

Tidak ada respon darinya. Andika masih tertidur lelap dalam mimpinya. Suara Riani pun tak terdengar oleh telinganya. Mengabaikan Riani hanya membuat Riani semakin kesal karena ia tak bisa menahan rasa ingin buang air kecilnya lama-lama.

"Andika bangun elah, gue kebelet banget." tegas Riani dengan menggoyahkan badan Andika dan menarik lengannya kasar. Keringat pun sudah membasahi tubuhnya karena sudah cukup lama ia menahan rasa kebelet ini.

"Ngantuk Ri, sini dibawa tidur ajah. Nanti juga ilang sendiri kebeletnya." sahut Andika dengan suara seraknya sembari mata gang dibiarkan tertutup.

Melihat respons Andika, Riani hanya berdercak kesal karena harus berapa lama ia harus menahan rasa kebeletnya ini. "Lu nggak pernah ngerasain jadi cewe saat kebelet Ndik!" cibir Riani dalam hati sembari merebahkan tubuhnya tidur disebelah teman-temannya.

Ketika ia berhasil menahan kebeletnya, Riani segera memejamkan matanya perlahan. Namun seketika terasa tubuhnya dipeluk seseorang dari belakang, membuat Riani menoleh kearahnya. Pemeluk tersebut adalah Andika, dia memeluknya tanpa sengaja karena posisinya masih tertidur pulas. Pelukannya membuat tubuh Riani hangat sehingga ia segera memejamkan matanya.

Setelah beberapa menit Riani tertidur. Terdengar suara keras beberapa anak berlarian kencang seperti halnya maling yang sedang dikejar warga ketika ketahuan mencuri barang orang.

"Woy.. Woy.. Bangun cepet! Ada satpol pp!" Ntah siapa yang menggoyahkan kaki Riani dengan kencang sehingga Riani terbangun dari tidurnya. Setelah membangunkan Riani, cowo tersebut segera berlari meninggalkannya dengan sangat gugup.

Mendengar kata satpol pp berhasil membuat Riani terbangun dari tidurnya dan seketika ia membulatkan matanya karena sangat kaget.

"Bangun ayok cepet! Ada satpol pp!" refleks Riani langsung membangunkan lelap tidur temannya dan segera berteriak berulang kali sehingga mereka terbangun dengan kondisi sangat panik.

My Love Meets The StreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang