BAB 27 {Alone}

45 8 20
                                    

Bodohnya aku, ketika aku dengan cepat mempercayai ocehan seseorang yang sedang berusaha menghancurkan kebahagiaan ku sendiri.

~Riani~

Play musik🎶
Faded ~Alan walker~

~•••~


Selang dua hari setelah pertengkaran antara Riani dan Andika berlangsung, dimana disaat Andika terakhir menggebrakkan pintunya lalu pergi meninggalkan Riani sorang diri tanpa meninggalkan jejak. Sampai sekarang pun Andika masih belum kembali ke kost'sannya.

Riani yang jatuh sakit bukannya bertambah hari semakin membaik, namun penyakitnya menambah parah. Ia hanya bisa terbaring dikasurnya, tak ada makan dan minum yang tersedia untuknya. Kali ini Andika benar-benar memarahinya. Jangan salahkan orang lain jika engkau sendiri yang membuat semuanya berubah karena ulahmu yang ceroboh, orang yang ia sayangi pun dalam hitungan detik bisa pergi menjauh darimu. Seperti halnya Andika dan Riani.

Untuk berpindah posisi dari tidur terlentang menjadi duduk sempurna pun Riani tak mampu, apalagi berdiri untuk melangkahkan kakinya. Daya tahan tubuhnya sangat lemah, ia butuh asupan untuk mengisi perutnya. Namun, tak ada satu orang pun yang memperhatikannya. Andika yang selalu setia menemaninya pun sekarang entah pergi kemana. Mungkin Andika masih memarahinya sehingga ia tega meninggalkan Riani dalam dua hari ketika Riani masih sakit.

Kenapa harus ada mentari jika semua akan terhalang oleh badai. Seperti halnya Andika yang telah menyinari hidupku dan seketika ada badai yang menerpa untuk menghalagi cahaya itu.

Setelah berfikir panjang, akhirnya Riani tuliskan coretan dalam selembar kertas yang tertinggal disampingnya. Airmata penyesalan yang jatuh setetes demi tetesnya yang berhasil membasahi kertas yang telah ia pegang. Entah mengapa fikirannya terlalu cepat mempercayai ucapan Naila dua hari yang lalu. Naila adalah sumber masalah dari semua ini. Jika Riani tidak mempercayai ucapannya, mungkin hal ini tak mungkin terjadi dalam kehidupannya.

Ketika Riani mengeluarkan airmata yang cukup banyak, yang membuat kepalanya terasa pening. Matanya berkunang-kunang dan pandangannya menjadi buram, hal ini membuat Riani memejamkan matanya dalam ketidak sadarannya.

Setelah beberapa menit dalam keadaan tidak sadar, tiba-tiba terdengar suara Niko dan Fadil yang datang dengan mengetuk pintu dan bersorak memanggil nama Andika.

Tok tok tok

"Ndik, Ndika, woy! Diem-diem bae lu." ucap Fadil sembari mengetuk pintu Andika.

"Kampret! Buka elah pintunya, jangan mojok mulu! Ada penting nih." dercak Niko sembari mendetengkan tangannya di samping pinggang.

Tok tok tok

"Andika!! Gue dobrak nih. Kalo mojok inget waktu ngapa, bagi-bagi jatah dong. Rakus banget lu, cewe satu dihabisin sendirian." cibir Niko yang kedua kalinya dengan mondar-mandirkan langkahnya seperti setrika.

Ceklek,,,

Setelah mereka berdua koar-koar nggak jelas, tiba-tiba Fadil mencoba membuka handle pintu tersebut. Ternyata pintunya tidak terkunci, hal ini membuat keduanya saling bertatapan kebingungan. Keduanya berjalan menuju ruang tengah, dimana Fadil berjalan ke arah dapur dan Niko berjalan menuju kamar Riani dengan mengendap-endap.

My Love Meets The StreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang