BAB 34 {Sadar}

45 9 25
                                    

hatinya sangat menginginkan ku, tapi egonya yang tak mau mengakui semua itu.

~Andika~

~•••~

Setelah menghadapi perang dunia yang cukup dahsyat di malam hari, sehingga sampai sekarang Riani masih kokoh memangku Andika dalam pelukannya yang cukup erat. Tak terasa pula dini hari menunjukkan pukul 05:00 di mana mentari belum muncul dari arah timur, namun bunyi nyaring ayam berkokok yang nyaring berhasil membangunkan pria yang berada dipangkuan Riani dalam tidurnya.

Uhuk uhuk uhuk,,,,

"Huaaa engap banget, aduh gue nggak bisa napas nih." geram Andika yang berusaha bangkit dari dekapan Riani.

Tubuh Riani masih condong menindihi Andika. Ketika Andika ingin membangunkannya, rasa tidak enak seketika muncul dalam dirinya. Jika ia membangunkan gadis yang memangkunya, maka ia akan mengganggu tidur lelap gadis yang mendekapnya. Refleks jemari Andika perlahan mengusap pipi Riani pelan sembari tersenyum kearahnya.

"Lu romantis kalo dalam keadaan darurat dan ketakutan, gue suka itu." gumam dalam hati Andika yang membiarkan tubuhnya masih dipangku oleh Riani.

"Riani, bangun. Mau sampai kapan putri manjanya om Brian bermimpi? Come on, bangunlah." ucap Andika sembari mengusap helaian rambut acak adul Riani dengan pelan.

Tak ada respons dari Riani, sepertinya Riani sangat lelah sehingga ia masih kuat untuk memejamkan matanya. "Hufttt, Riani bangunlah. Gue nggak bisa napas ini, tubuh gue ketindihan lu." ucap Andika yang kemudian menautkan jemarinya dengan jari lentik Riani lalu menggoyahkannya dengan pelang.

"Hhhhmmm," hanya erangan yang Riani keluarkan dari mulutnya untuk merespons ucapan Andika.

"Bangun Ri, lihatlah posisi tidur lu, apa nggak pegel mangku gue dari semalem?" sindir Andika yang jemari kanannya masih ia tautkan dengan jemari Riani dan tangan kirinya masih mengusap helaian rambut Riani lembut.

"Huftt, gue dimana nih." tanya Riani dengan mata yang masih sepet.

"Buka matanya yang lebar, lihatlah lingkungan sekitar lu dan pakaian yang lu kenakan saat ini."

Ketika mendengar suara Andika, tiba-tiba tubuh Riani berlonjak bangkit dengan penuh semangat  yang awalnya condong roboh ke tubuh Andika menjadi duduk tegap menghadap pria didepannya. "Andika? Lu nggak mati kan? Lu hidup? Ini gue nggak mimpi kan? Bikin orang jantungan tau nggak!" sorak Riani dengan histeris sembari menepuk pipi kanan dan kirinya cukup keras.

"Pengen banget ya gue mati? Itu mata kenapa sampai bendul? Semaleman nangisin gue yah. Cie khawatir, awas nanti cinta siapa yang mau tanggung jawab. Hahahaha." ledek Andika yang berhasil membuat Riani mengembungkan pipinya dan memanyunkan bibirnya.

"Pede banget! Siapa juga yang cinta sama lu." cibir Riani membela dirinya atas ledekan menyebalkan dari Andika.  "Ehhh kok baju kita ada darahnya yah? Tangan gue juga keluar darah dan mulut lu? Mulut lu juga berdarah?"

"Hidup itu harus pede, kalo nggak pede lu nggak bakal maju kedepan." sahut Andika dengan gaya yang sok coolnya. "Ciee berdarah ajah couplean, jodoh kali." ledek Andika sembari menyubit hidung Riani pelan.

"Gue lagi serius Ndik! Tempat macam apa ini, banyak darah berceceran dan kenapa kita ada ditempat ini?" tanya Riani kebingungan ketika menyadari lingkungan sekitarnya yang sudah dikelilingi oleh darah dan pecahan beling vodka.

"Nih bocah amnesia apa pura-pura lupa sih? Jelas-jelas semalem dia yang mancing gue dateng ke tempat ini untuk menolongnya dan dia juga ikut perang dahsyat semalem. Tapi kenapa dia sendiri yang lupa?" gumam dalam hati Andika sembari memutarkan bola matanya ke atas.

My Love Meets The StreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang