BAB 19 (Baikan)

65 17 14
                                    

~Happy reading😊~

Entah sampai kapan kau terus menjauh dariku, aku sungguh tersiksa dengan semua ini.

~Andika~

Semakin kau menyayangi maka akan semakin kau tersakiti.

~Riani~

~•••~

Langit pun menjadi petang. Matahari sudah tak bersinar berganti dengan sinar rembulan yang menyinari dunia. Semakin gelap, acara pameran Distro pun semakin ramai akan pengunjung. Bermacam-macam band yang hendak menampilkan performnya pun akan segera dimulai.

Semua pengunjung sudah siap untuk berpesta malam ini. Bergoyang bersama mengikuti alunan lagu dan bersenang-senang kemudian. Goyangannya pun bukan seperti anak club yang biasa mereka lakukan. Disini ia bergoyang ala Pogo atau Moshing, yang dimana goyangan tersebut membuat sebuah lingkaran tangan dan memutar badannya sehingga jatuh bertubrukan. Setelah jatuh mereka adu jotos, menurutnya ini hal biasa. Rasa sakit karena jotosannya pun tak terasa karena sebelum mereka Moshing, mereka sudah menenggak beberapa minuman keras yang membuatnya mabuk sehingga dipukul beberapa kali pun mereka tak akan terasa.

Berbeda dengan Riani dan kawan-kawannya. Mereka sama sekali tidak menenggak minuman keras sedikit pun, karena Riani melarangnya keras. Takutnya ketika mereka mabuk akan kelewat batas dan seketika mereka melakukan hal negatif yang teramat gila.

Namun ketika Riani dan teman-temannya mengikuti Moshing tersebut, ditengah luasnya samudera yang banyak pengunjung bersuka ria melakukan hal yang sama dengan berdesakan, seketika terasa jelas dipipi Riani sebuah pukulan keras yang mungkin tak sengaja dilakukan oleh seorang yang sedang Moshingan dengan keadaan mabuk. Satu pukulan mendarat dipipinya berhasil membuat tubuhnya roboh.

Ia terjatuh, sakit yang menjeram dibagian pipinya membuat pipinya membiru secepat kilat. Sahabatnya pun tak ada yang menyadari hal ini, mereka masih menikmati malamnya masing-masing dengan dentuman musik yang sangat keras sehingga mereka tak menyadari kondisi Riani yang terjatuh lemah ditengah desakan pengunjung.

"Lu ngga papa?" suara serak yang terdengar oleh telinga Riani dengan jelas sembari membangunkannya bangkit dari duduknya yang lemah.

"Andika" ucap lirih Riani. Suara yang sangat lemah terdengar oleh Andika.

Tanpa merespon Riani, Andika segera membawanya ke pinggir menjauh dari keramaian yang sangat ramai dengan mendekap tubuh mungil Riani yang tenggelam dipelukannya.

Berada dipelukan Andika hanya membuat Riani meneteskan airmatanya. Ini yang sangat ia butuhkan, berada dipelukannya yang hangat membuat dirinya terasa nyaman. Beban dipikirannya terasa berkurang dan rasa sakit di pipinya pun tak begitu terasa.

"Kamulah penerang dan peredup dalam jalan hidupku. Kau memberi semangat hidupku dan kaulah yang menjatuhkannya. Kenapa hidupku jadi bergantung padanya?" Gumam dalam hati Riani yang masih berada dipelukan Andika. Airmatanya jatuh perlahan membasahi kaos yang dikenakan Andika.

"Duduk ajah disini. Seharusnya lu nggak usah ikut-ikutan Moshing Ri, bahaya buat diri lu." ucap Andika dengan mengusap pipi Riani yang terlihat membiru dan memar. Seketika matanya pun bertemu dan ia segera menatapnya lekat. Terlihat mata Riani yang penuh kesedihan dalam hidupnya. Ia sangat membutuhkan seseorang untuk menghibur dirinya.

"Dan seharusnya lu nggak usah peduliin gue Ndik. Gue bukan siapa-siapa lu, dan lu nggak perlu berkelakuan terlalu baik untuk gue." ucap Riani dengan suara seraknya. Airmatanya dibiarkan jatuh dihadapan Andika. Matanya pun masih melekat menatap raut wajah Andika. Telapak tangan yang menangkup pipinya pun dibiarkan cukup lama.

My Love Meets The StreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang