BAB 36 (Pengakuan 2)

38 8 19
                                    

Semakin aku bertingkah manis padanya, maka dia akan terlihat semakin lemah. Aku tak suka wanita lemah.

~Andika~

~•••~

Rasa sakit yang teramat tajam menusuk hati kecil Riani masih sangat terasa. Ucapan pedas Andika masih terngiang jelas pada indera pendengarnya. Andika, orang yang pertama berhasil merebut hati Riani seketika menjatuhkannya dengan cacian yang tak pernah ia duga. Tak ada angin topan dan tak ada badai besar, lalu ada apa dengan sifat Andika yang rusak seketika?

Gadis kecil ini menutup pintunya perlahan, dengan berdiri dibelakang pintu membawa pilu meratapi nasib yang ia terima di siang hari ini. Jemarinya refleks menjambak rambutnya frustasi. Kenapa kejujuran begitu menyakitkan hatinya, ia kira Andika mempunyai perasaan yang sama karena sifat manisnya, ternyata semua itu karena kasihan atas kehidupan malangnya.

"Gue cuma parasit yang bisanya ngerepotin hidup lu Ndik, terimakasih udah mau mengakui semuanya. Terimakasih udah menggores luka dalam hati ini. Terimakasih udah mengajari gue arti mandiri. Terimakasih Ndik... Terimakasih untuk segalanya..." gumam Riani dalam hati sembari menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang ia terima agar tetesan air matanya tak lolos berjatuhan. Masih dengan posisi menjambak helaian rambut yang tergerai sehingga ada beberapa rambut yang rontok akibat jambakannya sendiri yang begitu keras.

~•••~

Mendengar ucapan Andika yang akan bertingkah aneh lagi kepada Riani hanya membuat kedua sobatnya merasa bingung. Ya bingung, sebenarnya apa tujuan Andika berkata kasar seperti halnya orang yang tak punya perasaan itu kepada Riani. Andika orangnya memang keras. Tapi dia tak bisa keras kepada seseorang tanpa alasan yang pasti.

"Apa lagi rencana busuk yang akan lu rangkai kedepannya untuk menyakiti Riani hah?!" bentak Fadil sembari menarik tubuh Andika yang sedari tadi terbaring kemudian menjadi duduk.

"Gue nggak pernah nyakitin dia Fadil. Gue cuma berkata jujur di depannya."

"Nggak! Nggak mungkin lu sekejam ini sama Riani, pasti ada satu hal yang bikin lu berubah gini." bentak Fadil sembari merebut kerah Andika dan mendorongnya kebelakang.

"Satu hal macam apa yang lu pikirkan, gue nggak suka sama dia! Dia cuma ngerepotin hidup gue Dil!" balas Andika dengan nada yang tak kalah tinggi dan pria ini seketika merebut kerah Fadil.

Mendengar keributan kedua temannya ini hanya membuat Niko semakin bingung, ia tak bisa membela siapa-siapa. Disini kedua pria yang sedang bercekcok adalah sahabatnya dan keduanya sama-sama keras. Sehingga Niko merasa kesulitan untuk melerai keduanya.

"Sssttt!! Jangan keras-keras Ndik, takutnya Riani nanti denger! Kasihan dia." bisik Niko secara perlahan tepat di telinga Andika, namun Andika segera mengabaikan ucapan Niko.

"Bagus dong kalo dia denger, ini suatu kejujuran yang pantas dia dapat! Hidupnya penuh penderitaan dan semua orang turut kasihan sama hidupnya. Apa dia tidak malu dengan semua ini?" ucap Andika dengan intonasi yang keras sehingga telinga Riani berhasil mencerna ucapan Andika dengan sangat jelas.

Jleb! Mendengar ucapan Andika dari dalam kamar yang masih terdengar sangat nyaring di telinga Riani hanya membuat dirinya lemah, pelopak matanya sudah tak sanggup menampung airmatanya. Tetesan air mata yang membasahi pipi terus mengalir, tubuhnya ia sandarkan dibalik pintu yang seketika kakinya terasa ditebas sehingga ia terjatuh lemah. Posisi duduk dengan lutut ditekuk dan kedua tangan yang memeluk lututnya, kepala yang ia umpatkan menunduk lalu telinga yang terpasang untuk mendengar ucapan tajam dari Andika hanya membuatnya tak berdaya.

My Love Meets The StreetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang