DIRTY ROMANCE 06
Karena Song Mino telah kembali dari Melbourne tentu saja Jennie Kim tak lagi kesepian, mantan pacarnya itu kini menjelma jadi seorang sahabat sekaligus lelaki yang menemani kemanapun Jennie Kim melangkah. Mino tidak pernah takut terlibat sebuah skandal, sepertinya para wartawan dan tukang membuat berita sudah sangat malas berhubungan dengan keluarga Song yang tak segan akan membabat habis media yang berusaha mencemarkan nama keluarganya. Terlebih, Mino sudah cukup berpengalaman menghadapi Jennie dan sangat siap menerima berita buruk yang menimpa mereka berdua. Bukannya sudah dijelaskan, bahwa Mino adalah cerminan lain dari seorang Jennie.
Mereka kini melakukan olahraga bersama di sebuah pusat kebugaran paling mewah yang ada di kota Seoul, diantara pengunjung rutin yang ada maka kebanyakan adalah konglomerat dan artis serta model papan atas saja yang bisa masuk dan menjadi salah satu anggota klub kebugaran, dan Jennie serta Mino adalah dua diantaranya. Jadi, wajar saja jika Mino bisa menemani Jennie meskipun pada awalnya pria itu sangat malas ketika harus menemani seorang perempuan berolahraga, biasanya mereka hanya akan berdiam diri lalu berfoto untuk memamerkannya pada sosial media, tetapi berbeda dengan Jennie, gadis itu serius dengan latihan yang dijalaninya sekarang.
"kau tidak berdiet lagi?" Mino masih bergerak diatas treadmill saat Jennie melakukan hal yang sama.
Jennie fokus berlari, pandangannya lurus ke depan tepat pada sebuah kaca pembatas yang memberikan sajian pemandangan kota Seoul yang cerah "Tidak, aku lebih baik latihan dan melakukan Flying yoga. Kau mau mencobanya?"
"wow, aku ingin mencobanya. Tapi, lebih baik aku melihatmu saja dulu. Akan terasa indah jika aku melihatmu harus bergelantungan dengan pakaian seksi"
Sebuah pukulan mendarat di kepala Mino, pemuda itu tertawa kecil mendapatkan delikan tajam dari Jennie "kau masih belum menyerah rupanya Song Mino?"
"haha, ya pada awalnya aku mungkin tidak menyukai gagasan untuk kembali pada seorang mantan pacar. Tapi, kau adalah sebuah pengecualian" ujar Mino genit, Jennie kembali tersenyum mendengar ocehan pria disampingnya tersebut.
Tanpa mereka sadari, sepasang mata menatapnya dengan terluka. Jinyoung yang menyempatkan diri untuk berolahraga dan hendak menemui Jennie pun kembali melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut, hatinya terlampau perih melihat adegan manis yang disuguhkan Jennie dan Mino di depan matanya secara terang terangan.
Jinyoung meremas handuk yang ada dalam genggamannya, wajahnya mengeras sempurna "haruskah aku menjadi seorang laki laki bajingan dulu agar bisa bersanding denganmu?!" Jinyoung mendecih, matanya memerah dan ada sebuah kilatan amarah yang ingin ia lampiaskan pada Song Mino, pria yang sudah merebut Jennie dari sisinya.
Chanyeol masih tersenyum simpul, dua hari yang lalu saat sebuah pesta dengan sempurna berhasil terselenggarakan atas suksesnya kerja sama antara Park Global dan Kim Corporation yang membuatnya kembali dipertemukan dengan si angkuh dan sombong Jennie Kim. Bahkan, Chanyeol sudah berhasil berdansa dan mendapatkan lampu hijau untuk meremas bokong indah gadis itu. Chanyeol sudah lebih dari sekedar siap ketika dihadapkan pada situasi pertemanan dengan Jennie Kim, apalagi untuk menikmati tubuh wanita itu dan membuatnya menang.
Sebentar lagi jam makan siang, dia sudah tidak memiliki pekerjaan apapun selain rapat direksi yang akan digelar sore nanti, sebuah ide brilliant muncul begitu saja, pria itu lalu menyambar ponselnya dan menghubungi sebuah nomor yang baru saja ia dapatkan dari Nyonya Kim pagi tadi.
Jennie dan Mino selesai berlatih, tidak dengan Mino pria itu hanya berjalan santai diatas treadmill dan Jennie lah yang melakukan semua olahraga dengan baik. Mereka berjalan beriringan melewati sebuah koridor panjang untuk menuju parkiran, tetapi secara tiba tiba Jinyoung muncul, tampangnya dingin dan tatapannya mengarah pada Mino tak suka. Mino hanya bisa tertawa parau ketika bertemu lagi dengan si jenius Jinyoung ketika masa SMA, Jinyoung itu adalah laki laki terpintar yang membencinya.
Jennie melihat Jinyoung malas, tetapi ada sedikit rasa bahagia juga luka manakala pria itu masih berusaha mendekatinya "hei, teman lama.." sapa Mino dengan gaya nya yang terkesan santai, Jinyoung hanya tersenyum mengejek yang dibalas seringai angkuh oleh Mino.
"kapan kau kemari? Kau masih berusaha untuk menghancurkan reputasi Jennie dengan mendekatinya?" Jinyoung tiba tiba saja melontarkan kalimat ancaman pada Mino. Mendengar hal tersebut Jennie melirik tajam pada mantan sahabatnya tersebut. mino masih terkekeh pelan menanggapi Jinyoung.
"santai Bro, haruskah kita minum kopi bersama dan duduk disebuah café sambil mengobrol dengan baik?" tawar Mino, Jennie semakin jengah melihat sikap Jinyoung yang sok overprotetif padanya.
Jinyoung mendecih, dia mendorong bahu Mino kasar tetapi Mino tak mau kalah dia malah menaikan sebelah alisnya setelah mendapatkan perlakuan tersebut "simpan omong kosongmu Song Mino! Apakah kau tidak tahu bahwa kau lah orang pertama yang menyematkan gelar pembuat onar pada Jennie?! Semenjak Jennie mengenalmu, dia seolah mendapatkan klaim buruk dari masyarakat! Kau yang membuatnya di cap sebagai perebut pacar orang dan wanita murahan!" amarah Jinyoung meledak, lelaki itu mencengkram kasar t-shirt putih yang dikenakan Mino hingga Mino diam dengan tampang mengeras.
Jennie disampingnya menatap terkejut, gadis itu benar benar benci dengan sikap Jinyoung yang mengungkit masa lalu, meskipun ucapan Jinyoung adalah sebuah kebenaran. Tetapi, Mino tidak menyakitinya secara langsung, dan Jennie baik baik saja dengan perbuatan Mino saat itu, mereka sama sama remaja labil yang butuh perhatian.
"Jinyoung hentikan! Apa hakmu bicara seperti itu?!" Jennie akhirnya membuka mulut, dia menepis tangan Jinyoung dari tubuh Mino. Mino merapikan pakaiannya yang agak koyak, merasa dibela oleh Jennie pria berkulit agak gelap itu meraih bahu Jennie dan merangkulnya lembut.
"Jennie, aku bicara sebuah kebenaran. Aku tidak suka melihatmu dengan laki laki brengsek seperti dia!" tunjuk Jinyoung pada Mino. Mino berusaha menahan amarahnya, dia hanya diam dan merangkul bahu Jennie.
"bukan urusanmu! Urus saja pernikahanmu dengan Jisoo.... Kumohon Jinyoung—" Ucapan Jennie terhenti ketika ponselnya berdering, Jennie melihatnya dan menemukan sebuah nomor baru menghubunginya.
Mino menoleh kearah Jennie begitupun Jinyoung yang semula masih dengan amarahnya terhadap Mino. Jennie mengangkat panggilan tersebut, gadis itu mengerutkan keningnya ketika suara barithon menyapanya dengan lembut sembari tertawa kecil.
"aku sudah berada di luar gedung Health center. Ayo, kita makan siang bersama cantik"
Park Chanyeol. Jennie menepis pelan tangan Mino yang bertengger dibahunya, pria itu menaikan sebelah alisnya "Jinyoung... kau bisa menyelesaikan masalahmu dengan Mino berdua saja, aku sudah tidak ingin terlibat dan menambah rentetan masalahku dengan kalian. Aku pergi" Jennie melenggang begitu saja. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya semenjak kecil, Jennie sangat senang melihat orang menganga menatap punggungnya.
Jinyoung mengikuti langkah kaki Jennie dan Mino hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia benar benar sudah kehilangan pengetahuannya dengan orang-orang korea. Apakah mereka terbiasa melenggang pergi setelah marah marah? Omong kosong baru.
Sebuah mobil jaguar hitam terparkir bebas di depan gedung megah pusat kebugaran, Jennie memasuki mobil tersebut tanpa mempedulikan Jinyoung yang kini memperhatikannya, pria itu berusaha mengejarnya tetapi Jennie seolah tidak mendengar panggilannya, gadis itu bahkan tidak menolehkan wajahnya hanya untuk sekedar melihat Jinyoung yang justru berharap keduanya bisa saling berpelukan dan berbagi segala keluh kesah. Tidak lagi, Jennie tidak ingin membawa bawa Jinyoung—nya pada sebuah masalah, cukup hanya dirinya.
"darimana kau tahu nomor ponselku?" Jennie tentu bertanya demikian, hanya untuk mencairkan suasana hening diantara keduanya, sebab Jennie merasa sudah berhasil menjebak Chanyeol menatap pada kedua pahanya yang hanya tertutupi sebuah celana pendek, dan t-shirt hitam yang menutupi tubuh bagian atasnya.
Pria itu terkekeh, wajah mesumnya mungkin sudah tertangkap oleh kedua mata kucing milik Jennie semenjak gadis itu memasuki mobilnya dan menikmati perjalanan menuju sebuah tempat makan.
"tentu saja dari Ibumu, cantik" jawabnya santai, sambil tangannya beralih pada rambut cokelat milik Jennie dan menyelipkan helaian nakal itu pada belakang telinga Jennie. Jennie meringis, tubuhnya seperti tersengat ketika Chanyeol membelai lehernya dengan telunjuknya yang terasa besar dan perkasa menyentuh permukaan kulitnya.
"kau berpacaran dengan Ibuku? Sampai kau terus berkomunikasi dengannya?" Jennie mencoba menghilangkan sebuah gairah brengsek dari tubuhnya, dia bergeser menjauh dan Chanyeol menangkap gelagat khas perempuan polos disekitar wajah mungil itu. Dia semakin terpacu, terangsang, nakal dan sialan kejantananya hampir bangun karena Jennie secara tiba tiba menatapnya sambil mendekatkan wajahnya yang terlihat menggiurkan meski tanpa riasan.
"kau cemburu? Mau bagaimana lagi. Sebenarnya, aku lebih menyukai Ibumu... tetapi, hanya kau yang tersisa" kekeh Chanyeol, Jennie hanya bisa bersandar pada jok mobil yang empuk nan nyaman tersebut sambil mendelik kearah Chanyeol. pria itu menikmati wajah Jennie yang cantik nan mempesona sembari ikut bersandar pada lapisan kulit jok mobil mewahnya, dia sangat lelah dengan urusan pekerjaan dan melihat Jennie Kim si sombong dirinya merasa terhibur dengan sebuah perasaan aneh yang menggelitik hatinya.
"simpan ocehanmu tuan Park, kau sangat sangat percaya diri. Sudah berapa lama kau tidak bercinta, huh?"
Itu lagi, hebatnya Jennie Kim. Dia sangat akurat. Chanyeol ingin menjerit dan meneriakan ajakan untuk bercinta saat ini juga padanya "Haha... aku sudah bertaubat. Tapi, aku akan berubah nakal lagi kalau kau mau mencobanya denganku. Bagaimana?"
Jennie tertawa kecil, tawa dingin yang angkuh, Chanyeol menyukainya meski dirinya merasa semakin aneh ketika berhenti menikmati tubuh para wanita dan justru semakin penasaran hanya pada Jennie saja. Chanyeol mendekatkan tubuhnya kearah Jennie, berharap mendapatkan kembali sebuah ciuman bibir tanpa malu dengan supir yang mengemudikan mobil yang ditumpanginya. Jennie pun ikut mendekat, gadis itu merasakan udara panas menguar dari tubuh pria dihadapannya, mereka melupakan pembatas tempat duduk dan saling tatap satu sama lain, entah sebuah ketertarikan semata atau keduanya sudah melambung karena perasaan kotor yang dinamakan gairah neraka? Jennie meraih rahang tegas milik Chanyeol dan mengelusnya dengan gerakan memutar, Chanyeol mengeraskan rahangnya, jasnya sudah tersingkap nakal akibat perbuatan Jennie. Namun, gadis itu tersenyum miring sambil menoleh kesamping "Hentikan mobilnya" Ujar Jennie pada supir, dia mendorong pelan wajah Chanyeol dan tersenyum mengejek pada pria itu yang sudah dibangkitkan libidonya.
Mobil terhenti, supir menuruti permintaan Jennie. Dan Chanyeol? telinganya memerah padam dengan punggungnya menumbuk jok mobil akibat dorongan sadis Jennie Kim.
"Aku tidak mau mengubahmu jadi pria nakal..." gadis itu menyeringai, dan Chanyeol nelangsa dengan kedua tangan terkepal erat.
Jennie turun dari dalam mobil, menutup pintunya dengan keras sehingga Chanyeol terhenyak. Gadis itu memberikan sebuah flying kiss pada Chanyeol dengan melangkahkan kakinya dengan ringan menuju studio tempatnya bekerja.
"Jennie Kim. Kau akan hancur ditanganku sayang.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirty Romance (TELAH TERBIT)
FanfictionSudah bisa kalian beli di google book. Berikut link nya https://play.google.com/store/books/details?id=ItKoDwAAQBAJ&1101l7N6J Kasih review yg bagus yaa sayang 💙 Dua-duanya adalah orang dengan watak keras, memiliki pendirian tak terbantahkan dan ti...