Potongan 4

53 3 0
                                    

"Besok pada mau nginep di perpus kan? Kita begadang dan ngerjain skripsi barengan lagi," Aneta bertanya kepada empat temannya yang biasa menginap bareng untuk mengerjakan tugas atau skripsi di perpustakaan. Sudah bukan rahasia lagi kalau perpustakaan Sastra Inggris Unpad menjadi base camp bagi mahasiswa-mahasiswa pengutamaan sastra yang ingin menyelesaikan skripsinya. Ketersediaan buku-buku yang melimpah, tempat kerja yang kondusif, dan tentunya akses wifi tanpa batas menjadi alasan utama mahasiswa memilih perpustakaan itu sebagai tempat mereka untuk begadang dan menulis skripsi.

"Besok itu hari apa sih? Sabtu ya? Oke deh mumpung libur jadi ga banyak orang juga paginya," Tian menyetujui ajakan Aneta karena dia juga sedang menyusun skripsinya. Lumayan ada teman untuk berdiskusi kalau-kalau lagi buntu.

"Kuy ah! Si A Reza juga lagi mau pergi sama mamahnya jadi ga bisa malem mingguan," Vian ikut menjawab walaupun fokusnya tetap pada indomie kuah telor plus cabe rawit yang sedang dia makan dengan lahap. "Eh, aku ambil rice cooker aku aja kali ya. Sama beras juga. Kemarin mamanya A Reza ngasih aku banyak beras. Sayang kalau dilamain nanti kutuan."

"Hayuuu! Aku dari kemarin buntu nih jadi ga ngehasilin apa-apa. Mana bacaannya juga belum beres lagi," rengekan Aya memenuhi obrolan antara Aneta, Tian, dan Vian. Aya ini memang bisa dikatakan yang paling manja di antara mereka berlima. Mungkin karena statusnya sebagai anak bungsu dan memang yang paling muda juga di antara mereka.

"Siiip. Berarti deal ya besok kita nginap. Kamu gimana Ul? Ikut ga?" Aneta bertanya pada temannya yang masih belum menyaut dari tadi.

Aulia, teman yang Aneta sapa dengan Aul, mengangguk tanpa menjawab apa-apa. Dia sebenarnya belum dipusingkan dengan skripsi karena dia memiliki target lulus pas empat tahun tidak seperti Aneta, Tian, Vian, dan Aya yang ingin lulus 3,5 tahun saja. Jadi, dia biasanya hanya ikut-ikutan atau membaca dan mengerjakan tugas bareng saja kalau menginap bareng di perpustakaan. Seringnya sih dia buka website yang bisa baca manga online. Dia penggemar anime sejati. Dandanannya pun persis seperti yang ada di anime-anime, kaos lengan panjang yang dipadu overall rok berjenis denim selutut dan legging hitam serta sepatu Converse warna putih. Jangan lupakan sejumput rambutnya yang dia cat warna pink. Shoujo sekali cyiin.

Mereka berlima pun melanjutkan obrolan dan makan siang mereka sebelum jam perkuliahan berlanjut pukul 12:30 nanti. Saat sedang asyik tertawa Bersama teman-temannya, telepon genggam Aneta menyala menandakan ada notifikasi pesan baru dari Facebook Messenger dia. Henriko, kenapa dia tiba-tiba ngechat ya? Aneta lalu menghentikan tawanya dan segera membuka pesan dari pria itu. Entah kenapa hatinya tiba-tiba bergetar saat menerima pesan dari pria itu.

Henriko Ali:

An, lagi apa?

Tumben-tumbenan nih orang nanya lagi apaan. Biasanya dia ngechat kalau lagi butuh doang, pikir Aneta.

"Siapa Net? Mengkerut gitu tuh muka," Vian bertanya penasaran ke Aneta. Semua mata yang ada di meja itu mengalihkan perhatian mereka ke Aneta setelah mendengar pertanyaan Vian.

"Ini si Riko tetiba ngechat aku ga ada angin ga ada ujan. Ini buka acara Kena Deh kan ya?" Aneta menunjukkan pesan Henriko dengan meletakkan handphonenya di tengah meja agar semua temannya bisa melihat. Perempuan mah gitu. Kalau curhat ga nanggung-nanggung.

"Cieee... gayung bersambut tuh Net. Bales dong bales. Siapa tahu ngajakin nge-date dia. Hahaha," Tian yang duduk di sebelah Aneta langsung menyenggol-nyenggol Aneta dengan sikutnya. Aneta memang sudah mencurahkan isi hatinya pada semua sahabatnya ini kalau dia menaruh rasa yang lebih pada laki-laki asing yang mereka temui di salah satu kelas jurusan mereka. Kontan saja saat Aneta bilang kalau dia nekad meminta pertemanan Henriko Ali di Facebook, semua teman Aneta langsung menyorakinya.

PupusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang