Hari ini Aneta menggunakan blouse berwarna putih dengan pita di bagian dada dipadu dengan rok pinsil hitam selutut dan sepatu Ecco Shape 45 Pointy Sleek berwarna hitam untuk menghadiri workshop penulisan ilmiah yang diadakan kantornya di salah satu sekolah swasta Bandung. Aneta sudah berangat dari jam 9 pagi karena acara tersebut dimulai pukul 10 pagi di jalan Jakarta yang artinya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke sana dari kosan dia.
Sekarang sudah jam 9:20 tapi Aneta masih terjebak macet di jalan layang Pasopati. Aneta bergerak gelisah di dalam mobil yang dia pesan lewat Grab. Entah sudah berapa kali dia memeriksa jam di telepon selulernya. Seharusnya dalam 10 menit dia sudah sampai di tempat untuk mempersiapkan ruangan dan memberitahu semua dosen-dosen di sana untuk segera memasuki ruangan. Tapi kalau macet begini, bisa-bisa dia keduluan datangnya oleh si pengajar tulisan ilmiah itu.
Aduh... tiba-tiba melilit lagi ini perut. Jangan sampe keluar di jalan ya Allah. Ini cuman sakit perut nervous aja Ta. Tarik napas... Buang...
Aneta segera membuka ruang obrolan dengan managernya. Berharap sang manager sudah sampai duluan ke TKP.
Me:
Bu, aku masih di Supratman nih. Kayaknya bakal telat. Ibu udah sampe mana?
Bu Tanti:
Waduh😱... Aku udah di Achmad Yani.
Me:
Huhuhu... Iya macet nih di Pasopati tadi😭.
Bu Tanti:
Iya emang macet tadi pas aku lewat juga. Ya udah aku tunggu di kampus ya.
Me:
Okee...
Untunglah Bu Tanti bentar lagi sampe di sana. Kalau engga, wah bisa berabe nanti. Aneta menghembuskan napasnya dengan keras dan menyenderkan kepalanya ke sandaran kepala sambil melihat lalu lintas kota Bandung di pagi hari.
---
"Udah Pake Grab corporate ya Pak. Terima kasih," dengan tergesa Aneta segera keluar dari mobil Honda Brio warna putih itu. Terdengar samar-samar si supir mengucapkan terima kasih sebelum Aneta menutup pintu mobil. Dengan langkah yang terburu-buru, Aneta memasuki lobi universitas dan bertemu dengan Bu Tanti, manager divisi dia yang masih terlihat awet muda diumurnya yang sudah memasuki pertengahan 30 itu.
"Dia belum dateng?" napasnya masih tersenggal-senggal namun Aneta mencoba untuk menetralkan napasnya dengan perlahan.
"Belum. Masih di jalan katanya," si lawan bicara berujar.
Tak lama setelah Bu Tanti menjawab pertanyaan Aneta, muculah sesosok pria dengan tinggi sekitar 180 cm dengan kemeja berwarna soft pink dan celana bahan berwarna putih. Dengan rambut masih basah dan wajah yang sedikit kusut, laki-laki itu menghampiri Aneta dan Bu Tanti.
"Pagi Pak Rai. Kusut amat mukanya. Hehehe," Aneta menyapa dosennya sewaktu dia masih kuliah dulu yang sekarang jadi rekan kerja dia karena Pak Rai ditawari perusahaan tempat Aneta bekerja untuk menjadi pengajar lepas.
"Abis begadang."
"Oh... Ya udah yuk Pak kita langsung ke ruangannya aja. Udah disiapin semua," Aneta beserta Bu Tanti dan Pak Rai segera berjalan ke lab komputer tempat workshop hari ini akan dimulai. Workshop ini diadakan selama dua jam jadi dia dan Bu Tanti baru bisa pulang pas jam makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pupus
Chick-LitAneta tahu bahwa semua ini hanya sebuah permainan yang dia ciptakan untuk menguji seberapa lapang hati dia. Tapi, haruskah dia tetap bertahan saat permainan ini semakin membawanya jatuh terperosok ke dalam lubang yang entah di mana akhirnya? Warning...