Halooo semuaaaa!! Kaget ga aku updatenya cepet. Hahahahaha... Aku akan pulang weekend sekarang soalnya ada pengajian di rumah jadi ga akan bisa update pas weekend. Jadilah sebagai gantinya aku mencuri waktu di jam kerja untuk nulis dan update bagian baru ini. Semua demi pembaca yang amat aku sayangi :")
Jadi, ga sulit dong ya kalau aku minta vote dan komentar kalian di cerita ini. Vote dan komentar dari pembaca itu bagaikan angin segar alias vitamin bagi para penulisnya :")
Sekian aja dari aku. Sampai ketemu minggu depan! xMB
Enjoy!!
.
.
.
Satu bulan berlalu semenjak Pak Rai dan Aneta mengadakan sesi curhat dadakan menganai Henriko. Sudah satu bulan juga hubungan Aneta dan Henriko jadi semakin intense. Intense di sini maksudnya adalah mereka lebih sering memberi kabar ataupun berbicara hal-hal tidak penting lewat aplikasi Line. Entah ini hanya perasaan Aneta saja atau bukan tapi dia merasa bahwa ada sinyal-sinyal asmara yang dikirimkan Henriko pada perempuan itu.
Bukannya Aneta sok ke-geer-an tapi instngnya berkata bahwa memang ada hal yang aneh terjadi pada setiap topik pembicaraan mereka. Henriko sering memberikan komentar pada setiap instastory Aneta yang menampilkan wajahnya bahwa Aneta semakin terlihat cantik, menggemaskan, ataupun hal lainnya yang berujung pada pujian. Mereka sudah berteman di Instagram cukup lama jadi kenapa Henriko baru sekarang berkomentar seperti itu?
Tidak bisa dipungkiri jika Aneta sangat senang dan tersipu oleh pujian yang diberikan dambaan hatinya. Tapi, Aneta juga berpikir kenapa Henriko belum menegaskan juga tentang perasaan dia dan hanya memberikan sinyal-sinyal tidak jelas pada Aneta?
Ah, Aneta ingat. Pak Rai kan pernah bilang kalau Henriko itu tipe laki-laki yang tidak akan mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu ke perempuan. Dia tidak mau jadi pihak agresif yang mendekati sang perempuan terlebih dahulu. Apa Aneta harus mengungkapkan rasa sukanya untuk memancing jawaban Henriko? Atau, dia harus sok jaim dulu sampai Henriko sendiri yang mengatakannya? Atau, dia harus mengikuti aliran air membawanya kemana tanpa harus terburu-buru ingin sampain lautan?
Saat sedang berpikir keras mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya, Aneta terhenyak oleh bunyi notifikasi chat Line-nya. Siapa lagi kalau bukan Henriko yang mengirimi dia pesan malam-malam begini. Eh, tapi tunggu kok diliat dari pop up-nya dia bilang lagi di bis ya?
Henriko Ali:
Aneta... aku lagi di bis mau ke Bandung nih. Besok jalan yuk!
Alamak, dia mau ke Bandung! Hati hamba terbang ke nirwana, Mak!! Seulas senyum terbit di wajah Aneta yang tadinya penuh dengan kerutan. Dengan tangan yang bergetar, Aneta segera membalas pesan itu.
Me:
Wih gaya nih ke Bandung. Boleh ke mana?
Henriko Ali:
Kemana aja lah. Aku sih ngikut kamu.
Me:
Hhmmm... Kalo PvJ gimana? Biar deket dari kosan aku gitu. Hehehe
Henriko:
Boleh ayo. Jam berapa?
Me:
Siang jam 1 gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pupus
ChickLitAneta tahu bahwa semua ini hanya sebuah permainan yang dia ciptakan untuk menguji seberapa lapang hati dia. Tapi, haruskah dia tetap bertahan saat permainan ini semakin membawanya jatuh terperosok ke dalam lubang yang entah di mana akhirnya? Warning...