Bab 15

8.1K 503 4
                                    

BAB 15

Jam 2 siang. Bubaran sekolah.

Bel baru saja selesai berbunyi. Tapi semua anak sudah berhamburan keluar kelas dan membuat koridor penuh. Anak kelas X-4 juga baru keluar kelas. Seperti biasa mereka berceloteh ribut. Tania dan kedua temannya akhirnya berhasil keluar kelas setelah bergulat dengan si tengil Revan yang kerjaannya malak permen. Kalau belum dikasih, dia akan terus memblokir pintu. Dia memang kurang kerjaan.

"Hih, tu anak kayak gak punya masa depan aja! Malah latihan jadi preman.." gerutu Vira sambil menghitung sisa permen mentosnya.

Tania melirik jam tangannya, "Gue duluan ya.. gue disuruh ke ruang guru sekarang.."

Vira meliriknya, "Ngapain?"

"Mungkin cuma ngasih tau persiapan buat hari Senin entar.." Tania melambai dan mulai berjalan meninggalkan mereka.

Vira kembali memasukkan permennya ke dalam saku tas. Alisnya terangkat begitu melihat cewek bule itu sedang serius memelototi setiap orang yang keluar dari kelas X-6.

"Lo nyari siapa sih?"

Cewek itu tersentak, "Eh? Apa?"

Vira hanya mengerling, "Nggak. Kita ganti baju dulu.."

"Ah.. iya, oke.." Dia kembali melirik kelas X-6. Matanya mengunci seorang perempuan cantik yang sedang tertawa riang di antara kerumunan teman-temannya. Kemudian matanya beralih ke seorang cowok tinggi culun. Dia balas menatap Deryn dan mengangguk samar. Deryn menyelipkan poninya yang menjuntai ke balik telinganya dan dia mulai berjalan bersama Vira. Cowok culun itu hanya berkedip dan dia kembali bersikap normal.

※※※

Pemanasan sudah berlangsung selama setengah jam. Deryn mendapati dirinya tidak bisa tenang dan dia sulit berkonsentrasi. Si Kapten dan coach sudah menegurnya berkali-kali. Dan sudah berkali-kali juga dia meminta maaf. Vira, Aji dan yang lainnya berhasil keheranan dibuatnya. Hari ini Deryn aneh banget dan gak kayak biasanya.

Deryn duduk di pinggir lapangan di dekat tumpukan tas dan meneguk airnya. Rei menghampiri dan duduk di sebelahnya. dia menatap tajam cewek itu.

"Lo kenapa sih?"

Deryn meliriknya dan terbatuk, "Gue gak apa-apa.."

Si Kapten itu hanya melengos. Sudah jelas banget ada apa-apa. "Denger ya, gue gak mau ikut campur urusan lo, tapi tolong jangan bawa-bawa masalah lo ke lapangan.."

"Gue minta maaf.." ucapnya pelan. Dia tertegun ketika mendengar suara deringan ponsel dari dalam tas. Itu adalah ringtone khusus. Dan dengan gerakan super cepat dia langsung membuka tasnya. Dia mengambil ponselnya dan makin tercekat. Ada tiga puluh panggilan tidak terjawab dari Ricky! Jantungnya mulai berdebar tidak karuan dan dia mulai terengah.

Ponselnya berdering lagi dan dia langsung mengangkatnya. Suara Ricky terdengar sangat payah dan dia terengah. Bahu cewek itu melorot lemas seiring penjelasan Ricky. Di sebelahnya, Rei menatapnya bingung. Deryn melirik cowok raksasa di sebelahnya ini dan dia terbatuk lagi, "Oke, Mom.. tunggu sebentar. Aku akan ke sana sekarang.." dan dia menutup teleponnya. Deryn bangkit berdiri.

"Lo mau kemana?" Rei mendelik, "latihannya baru dimulai, tau!"

Cewek itu memejamkan matanya sambil menarik napas. Dan ketika matanya kembali terbuka, dia memasang ekspresi paling mengenaskan yang dia punya, "Pleasee, Reii.. Nyokap gue nunggu di depan, gue mau ketemu dia dulu bentar yaa? Bentaar aja.."

Cowok itu menyipit. Memastikan apakah ni cewek beneran ada perlu atau cuma alesan doang. Dan tumben banget ni anak gak manggil dia 'Badak'. Deryn makin memelas dan dia bahkan menangkupkan kedua tangannya di dada. Rei membuang napas dan melotot padanya, "Sepuluh menit!"

ChemistryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang