Bab 26

6.6K 434 2
                                    

BAB 26

Faris benar-benar tidak percaya dengan apa yang sekarang dia lihat. Seorang cowok yang entah siapa sedang memeluk pacarnya erat-erat. Faris ingin memisahkan mereka sekarang juga tapi nyatanya dia terlalu terkejut untuk bergerak. Di sebelahnya Deryn benar-benar murka. Tangannya terkepal kuat dan dia menggeram menyeramkan. Faris baru mendengar dia menggeram seperti itu dan geramannya cukup membuatnya merinding.

Tania menoleh kaget begitu mendengar geraman Deryn itu dan tampaknya dia sangat terkejut begitu melihat mereka berdua. Dia langsung melepas pelukannya dengan paksa. Tania melirik Faris dan dia mendadak kehilangan suaranya begitu cowok itu menghindari tatapannya. Dadanya mulai sesak dan air matanya mulai membuat pandangannya mengabur. Kenapa Faris menolak melihatnya? Tania belum pernah merasa sesakit ini sejak dia dilahirkan.

Si cowok yang entah siapa itu tampaknya kaget karena Tania melepaskan diri. Dia mengikuti arah pandang cewek itu dan berkedip. "Deryn.." dia tersenyum kaku.

Deryn hanya menatapnya tanpa ekspresi, "Keenan.."

Matanya beralih pada Tania dan menatapnya tajam tanpa ampun. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan putus asa. Sementara itu Faris benar-benar membeku begitu melihat Keenan. Dan dia bersumpah kalau dia melihat cowok yang sembarangan memeluk pacarnya itu menyipitkan matanya padanya meskipun hanya sekejap.

Deryn maju melangkah mendekati cowok itu dan menepuk bahunya dengan akrab. Dia mendadak nyengir, "Kemana aja lo selama ini? Gak ada kabar banget.." dia melirik tajam pada Tania dan cewek itu langsung mengerti. Perlahan dia menjauh dari Keenan dan berjalan menghampiri Faris.

Deryn berhasil mengalihkan perhatiannya dan dia terus mengajak Keenan mengobrol, "Jahat banget lo, tiba-tiba ngilang gitu aja.. gue gak ada temen main basket tau.."

Keenan terbatuk, "Gue pindah rumah.. aah, Lily pasti udah gede ya sekarang.. dia kelas berapa?"

"Dia udah meninggal.." jawab Deryn datar.

Cowk itu tampak kaget, "A-ah.. sori.."

Deryn hanya mengangkat bahunya. Mereka mulai sibuk dengan obrolan mereka sampai Deryn pun tidak menyadari bahwa Tania dan Faris sudah tidak ada di lapangan.

"Ah iya, gue boleh minta nomor hape lo, Kin?"

"Buat apa?" Keenan mulai kelihatan tidak nyaman.

Deryn tertawa, "Hey.. hey..  nyantai aja kali. Siapa tau kalau lo atau gue butuh bantuan sama ada perlu kan jadi gampang.."

"Ooh.. ya udah.."

Dan mereka berdua bertukar nomor ponsel. "Thanks.." Deryn nyengir, "Lo ada acara minggu depan?"

"Mm.. gue sibuk dua minggu ini.."

"Yaah.. Emangnya lo sibuk apaan sih?"

Dia terbatuk lagi, "Gue kerja.."

Deryn hanya manggut-manggut. Menit demi menit berlalu dan mereka masih asik mengobrol layaknya teman lama. Diam-diam Deryn mendesah lega begitu menyadari bahwa Tania dan Faris sudah tidak ada. Untuk saat ini dia harus menjauhkan Keenan dari Tania. Sejauh-jauhnya.

※※※

Tania belum pernah merasa setegang ini dalam hidupnya. Sinar matahari sore yang hangat sama sekali tidak menghangatkannya dan dia merasa keringat dingin mulai muncul satu persatu di dahinya. Sudah cukup lama mereka duduk di bangku taman ini tapi Faris bahkan tidak bersuara dan dia hanya menatap rumput di depannya. Dia memang tampak kalem tapi juga menakutkan sampai Tania tidak berani membuka pembicaraan. Tapi pada akhirnya dia juga jengah dengan suasana mencekam ini.

ChemistryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang