3

13.1K 308 8
                                    

Burung gagak berkoak koak melintasi gelapnya kota kediri, disebuah desa yang kecil disamping lereng bukit maskumambang, rembulan yang berselimut kabut melintasi bayangan dua tokek yang sedang bernyanyi di antara tekukan tekukan dahan pohon mangga ,dua tokek yang seakan menertawakan kesepian andin yang duduk sendiri di atas dipan bambu teras rumahnya.

“ndok..sebelum bapak pergi, bapak mau kamu melakukan satu hal,.dulu bapak punya janji sama pak jarwo , untuk menikahkan kamu dengan putranya darma,bapak minta kamu besok pergi ke rumah pak jarwo, di laci ada sebuah cincin dibungkus kain merah,kamu berikan itu pada pak jarwo ,dia akan mengerti.”

“injih pak, andin akan menuruti bapak”

“anak baik...,” pak ngadimin tersenyum serambi menutup matanya , rupanya itulah kata terakhir dari pak ngadimin, sebuah pujian terakhir untuk anak gadisnya ..andini kusuma wardani.

Andin mengusap air matanya yang tidak sadar meluncur dari matanya yang sembab, walaupun sudah lama ditinggalkan ayahnya,namun bayangan ayahnya sering muncul ketika hati andin dilanda kerapuhan, baginya kenangan ini adalah reminding bagi andin untuk tetap pada janjinya,menemani darma sebagai suami istri.

Kembali andin mengingat ketika pertama andin bertamu bersama ibunya ke rumah darma,.tidak banyak yang diucapkan andin dan ibunya, andin mengeluarkan bungkusan merah itu dan menyerahkan ke tangan lelaki tua yang bernama jarwo.

“Pak ini adalah pesan dari bapak saya,,.”

Pak jarwo menerima dan membuka bungkusan merah tersebut, sejenak pak jarwo mengamati wajah andin, perempuan dengan paras ayu ,perempuan yang akan segera menjadi menantunya tidak lama lagi.

Kemudian andin diperkenalkan dengan darma,. Saat itu darma baru lulus dari kuliahnya di salah satu perguruan tinggi negeri dimalang. Diakui andin bahwa ada sedikit kelegaan di hatinya,karena sosok yang akan dijodohkan dengannya adalah lelaki tampan berperawakan tinggi dan berkulit bersih.tutur katanya juga sopan ,pembawaanya berwibawa layaknya pria pria dari kalangan bangsawan, Andin berfikir akan lebih mudah mencintai pemuda tampan daripada sebaliknya.

Pak jarwo dan ibu andin tidak lantas menggelar acara pernikahan sesegera mungkin, mereka bersepakat untuk memberikan kesempatan keduanya saling mengenal satu dengan yang lain..

Proses tersebut dilalui andin dan darma sesuai dengan permintaan kedua orang tua masing masing, darma dan andin adalah dua anak yang sangat menghormati orang tuanya,bagi mereka tidak ada kata tidak jika orang tuanya meminta melakukan hal apapun, termasuk perjodohan mereka.

Setiap pagi darma pergi ke rumah andin hanya sekedar mengantar andin ke sekolah, dan menjemputnya pada siang hari, darma adalah sosok yang sabar, perawakan yang gagah dan wajahnya yang tampan selalu menjadi pusat perhatian teman teman andin. Bahkan ada yang meminta andin untuk dikenalkan kepada darma yang pura pura menjadi kakak andin.

Malam minggu dilewatkan dengan jalan jalan di mall jalan hayam wuruk dan mampir di taman sekartaji untuk makan jagung bakar dan segelas kopi sebagaimana anak anak muda masa itu,.

Namun andin merasa bahwa kebersamaan saat itu bukan seperti orang yang sedang melakukan pendekatan,sikap darma sangat dingin, walaupun banyak hal yang mereka bicarakan namun pembicaraan itu tidak pernah menyinggung tentang pernikahan. Andin bahkan pernah merasa bahwa dirinya kurang menarik karena darma tidak pernah menyentuhnya, sekalipun untuk memegang tangan andin,darma tidak pernah melakukannya.

Hari demi hari dilalui dengan perasaan hambar, andin tidak merasakan adanya sosok laki laki yang memberikan perlindungan. rasa aman,apalagi sayang dalam diri darma.
Hingga waktu mengantarkan ke sebuah kenyataan,sebuah kenyataan yang menguji andin untuk tetap setia kepada janji..janji yang mengantar ayahnya pergi dengan senyuman.
Teringat kala itu ketika darma mengucapkan sebuah kebenaran..tangannya mengepal seakan sedang mengumpulkan tekat dan keberanian..

“aku gay”

Pacarku Suamimu ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang