“kang dharma...,”
Andin terduduk lesu, tangannya memegang test pack yang memberi tanda bahwa andin positif hamil.
Kondisi ini membuat andin berfikir bagaimana menghadapi kehamilannya tanpa suami disampingnya, bagaimana nanti jika waktu persalinan itu tiba, siapa yang akan mengantar andin ke bidan atau rumah sakit. Sekuat apapun andin tidak mungkin andin menghadapi kondisi ini seorang diri.
Apalagi kini dharma tidak diketahui keberadaannya, dan tidak mungkin dihubungi karena dharma meninggalkan hpnya bersama surat terakhirnya, nampaknya andin menemui jalan buntu.
Keesokan harinya andin memutuskan untuk memeriksakan kondisinya, untuk mengetahui kondisi pasti tubuhnya, berangkat dengan becak andin menuju bidan terdekat kampungnya.
Di tempat praktek bidan itu ,banyak ibu ibu yang sedang antri. Saat itu andin mendapatkan nomer antrian 12, sehingga andin harus duduk menunggu bersama antrian yang lain.
“kehamilan anak berapa bu?”, tanya seorang ibu yang kebetulan duduk disamping andin.
“pertama,,..”,jawab andin singkat
“kok datang sendirian bu.,memang suaminya kemana?”
“kerja bu ..”,jawab andin menutupi keadaan sebenarnya..
“anak pertama,..tentu bahagia ya bu, dulu aku seperti ratu saja dirumah , ga boleh ini ga boleh itu, apa apa dilayani, baik suami,mertua ,, semua memberikan perhatian lebih..”
Andin mengangguk dan tersenyum
Rasanya duduk bersama dengan ibu ibu di tempat itu membuat andin serasa menjadi perempuan paling malang sedunia, beberapa kali pasangan muda tampak keluar masuk dari pintu kamar periksa ,seakan memamerkan kemesraan mereka sebagai pasangan yang baru saja dikaruniai momongan.
Satu per satu bangku antrian tampak kosong, dan kini giliran andin masuk untuk diperiksa.
“usia kehamilan ibu menginjak dua minggu,selamat ya bu”
“terima kasih bu,. “
“ini kehamilan yang pertama, kadang akan sangat merepotkan ,besok kalau periksa lagi, datang sama suami ibu, biar nanti suami ibu mengerti kondisi,dan bagaimana merawat ibu nantinya.”jelas bidan
“satu lagi bu.. , usahakan makan makanan cukup gizi, ini ada buku panduan , disitu dilengkapi menu apa saja dan takarannya agar kebutuhan gizi ibu dan janin terpenuhi”,sambungnya lagi.
“iya ibu,, akan saya usahakan..”
“harus ya bu,. Karena melihat kondisi ibu sepertinya ibu kurang gizi, dan kondisi ini sangat beresiko tidak hanya kepada ibu tapi juga janin”. Ucap bidan menegaskan, karena melihat andin sepertinya yang kurang antusias dengan kehamilannya ditambah lagi tubuh andin yang terlihat kurus dan lesu.
"kalau buat aja semangat,.." gumam bu bidan yang nampaknya heran dengan sikap andin yang berbeda dengan pasien pasien kebanyakan lainnya.
Kemudian andin keluar dari kamar periksa , wajahnya tampak tidak bersemangat, pikirannya kalut ,tidak tahu bagaimana harus menghadapi situasi semacam ini, rasanya andin ingin pulang ke kampung dan tinggal bersama ibunya, namun disana ibu andin hidup bersama kakaknya, dan semua kebutuhan ibunya ditanggung oleh kakak andin , jadi tidak mungkin jika andin ikut numpang juga, apalagi kakak andin hidupnya juga sangat pas pasan.
Kini sampailah andin dirumah ,wajahnya lesu memandang rumah yang tampak muram dengan daun kering yang menumpuk di atap teras, entah sampai kapan andin bertahan,..
langkah kaki andin juga berasa berat , terdengar bunyi daun kering yang terinjak kaki andin ,pelataran yang dulu bersih terawat kini penuh dengan daun daun kering , nampak juga Lalat lalat hijau asyik mengerumuni beberapa buah mangga yang jatuh dan membusuk. Sungguh ini adalah kondisi terburuk andin pasca ditinggal dharma.Andin,,,andin,,.........
Di tempat yang berbeda januar bersiap untuk pergi ke rumah andin menanyakan apakah ada kabar dari dharma, karena beberapa kali dihubungi nomer hp andin tidak aktif ,sms pun juga tidak terbalas.
Pukul sembilan pagi januar sudah memacu kendaraanya, perjalanan dari nganjuk ke kediri ditempuh 45 menit.
Dan Kini sampailah januar di pelataran rumah andin, melihat begitu suram dan tidak terurusnya rumah andin, sesaat januar ragu apakah rumah ini tetap berpenghuni. Tapi keraguan itu ternyata tidak benar , andin terlihat muncul dari rumahnya ketika menyadari ada orang yang hendak singgah.
“kamu.,. Masuk mas,.”malas andin menyambut januar.
“ndak ndin ,disini saja,aku Cuma sebentar saja”
Kemudian mereka duduk di dipan bambu teras rumah andin.
“belum ada kabar dari kang dharma”, ucap andin karena tahu maksud dari januar datang menjumpainya.
“oh..,kamu baik baik saja ndin?” tanya januar kawatir karena melihat kondisi andin yang nampak tidak terurus.
Andin tidak lantas menjawab pertanyaan januar, hanya isak tangis andin yang meledak tak tertahankan,tak kuasa andin menyembunyikan perasaannya yang tengah diterpa penderitaan yang rasanya tidak ada hentinya.
“andin...,ada apa.? Cerita sama aku,..mungkin aku bisa membantu”
“aku hamil mas,. Dan kini kehamilanku menginjak minggu ke dua.”
Januar kaget,betapa januar sangat paham akan kondisi andin, hamil tanpa ada suami dan tidak ada siapapun yang mendampingi. Apalagi kini andin hanya menggantungkan hidupnya dari menjahit yang tidak seberapa penghasilannya, bagaimana andin membiayai semua ini, sedangkan kebutuhan selama hamil ,melahirkan tidak sedikit jumlahnya.
“andin sudah menghubungi saudara andin?”
“ndak mas,. Andin ndak mau menambah beban mereka..andin ndak tau harus bagaimana mas”,ucap andin sambil mengusap air matanya dengan ujung lengan bajunya.
“bagaimana dengan ibu dharma ndin?”,
“mertua andin sudah tidak lagi di kediri mas, mereka memutuskan untuk tinggal di solo menempati rumah orang tua ibunya dharma,”
Mendengar itu semua rasanya januar ingin menemani andin, atau mungkin memboyong andin ke nganjuk dan tinggal bersamanya, namun apa kata warga ,andin masih berstatus istri dharma dan januar sendiri masih single, tentu ini akan menimbulkan fitnah di masyarakat.
“terima ini ndin..”.januar mengeluarkan seluruh uang di dompetnya, sementara hanya ini yang januar pikir untuk bisa sedikit membantu andin.
“mas...andin ndak bisa....”
“sudah terima saja ndin, sekarang ini yang terpenting bagaimana anak dalam kandungan andin selamat, andin harus menjaganya , mengenai biaya ,andin jangan pikirkan ,biar mas yang tanggung”,
Andin terdiam.,sudah bukan saatnya untuk andin merasa sungkan dan menolak bantuan dari januar,karena memang faktanya andin merasa tidak mampu, dan andin harus membuang rasa malunya dan mengakui kekurangannya.
“besok mas akan kesini seminggu sekali, mas akan usahakan mencarikan orang yang bisa menemani andin disini,karena tidak mungkin buat andin tinggal seorang diri ”ucap dharma sambil memegang bahu andin.
“terima kasih mas..”, ucap andin tersenyum, ada sedikit kelegaan di hati andin ,karena kini ada orang yang sudi untuk meringankan beban hidupnya, disaat semuanya tidak ada yang bisa dimintai pertolongan.
rezeki itu memang tidak pernah tertukar, dan kadang munculnya seperti pencuri di tengah malam, mungkin benar apa yang orang bilang, ilmu bisa ditiru, namun rezeki ? tidak ada rumus untuk menentukan darimana datangnya dan berapa jumlahnya.
Akan halnya andin yang benar benar tidak menyangka bahwa orang yang selama ini menjadi biang kerok kegagalan rumah tangganya dengan dharma . justru kini datang sebagai pembawa terang dalam kehidupan andin,...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Suamimu ( TAMAT )
AlteleReupload story, original writer by @lion_heart agustus 2013 ************ "ndin.,kamu kan sudah tau dari pertama kita nikah.,akang ga bisa memberikan nafkah batin ke kamu.. , "seandainya saat itu ,.aku lebih berani mengambil sikap..mungkin kamu suda...