Kabar Dari Langit

197 25 3
                                    

Hari ini, kali pertama Anna berniat menapakkan kakinya ke luar gubuk, setelah beberapa hari tubuhnya berbaring.

Tanpa sepengetahuan mbok Marni, Anna mengambil sebuah kerudung di dalam almari sederhana yang terbuat dari kayu jati di sudut kamar.

Pelan tapi pasti, Anna mulai menerobos kesunyian dari dalam gubuk.

Dicarinya ke seluruh ruangan pun, tak ada tanda-tanda kemunculan mbok Marni. Sampai akhirnya, Anna nekat membuka pintu utama gubuk mbok Marni.

Dan, alangkah terpanahnya gadis itu,  melihat semesta pagi hari, yang seolah menyambutnya dengan hangat.

Bisikan angin telah membuatnya terlena, hingga ia sampai pada sentuhan ombak yang mengajaknya bicara.

Sungguh, Luar biasa ciptaanNya, yang selalu saja membuat semua makhluknya tersihir oleh panorama alam yang diciptakan dengan penuh cinta oleh sang Maha Cinta.

Seperti Firman Allah swt dalam Al Qur'an:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. ( Q. S 'Āli 'Imrān : 190)

Oh Allah.. Inilah aku, hambamu yang selalu iri pada tasbihnya semesta, sedangkan kesetiaanku masih saja tak ada apa-apanya jika dibandingkan mereka.

Bola matanya mulai berbicara, kakinya seolah mengajaknya kembali ke gubuk mbok Marni.

Anna melihat gubuk sederhana itu, ia mencoba memainkan sedikit memorinya, Entah kenapa, tiba-tiba nyeri di kepalannya datang, dan menghapus semuanya.

Anna tak menyerah, gadis itu mencoba menerawang dan mencari satu, dua memori yang masih kelabu.

Flash back on

Inilah tempat dimana gadis itu bersembunyi, selama tiga hari tak sadarkan diri.
mungkin lebih tepatnya, berjuang antara hidup dan mati.
Ia merasa asing diantara orang-orang  asing.

Dimana orang-orang berjalan entah kemana, yang pasti disana tergambar jelas puluhan ribu anak manusia atau lebih, hanya Tuhan yang Mengerahui. Mereka berbondong-bondong menuju arah yang sama, dengan pakaian serba putih bersih.

Gadis itu berhenti disebuah persinggahan-seperti gubuk-bersama kegelisahan dan kebimbangan yang masih setia menemaninya.

Flash back off

Oh.. Tuhanku, mungkinkah dulu aku bermimpi? Ataukah memang benar adanya, aku pernah singgah di alam yang berbeda jauh dengan yang terlihat oleh pandanganku saat ini, hanya Engkau yang Maha Mengetahuinya.

Sesaat, Langit pun ikut bicara, bersama mendung yang ikut menghampiri, seakan ingin memberi kabar.

Rintik hujan mulai menjamah permukaan, gadis itu berniat kembali ke gubuk mbok Marni.

Anehnya, ia tak langsung melanjutkan langkah yang hampir sampai diambang pintu.

Karena matanya menemukan sekelebat bayangan di samping gubuk mbok Marni.

"Kamu yang sabar, le... mungkin iki wes dalane gusti Allah. Tetaplah tawakkal, serahkan segalannya padaNya, in shaa Allah pasti saat-saat indah itu akan datang di waktu yang tepat."

Wanita tua itu mencoba memberi nasehat kepada seorang pria muda dengan jenggot tipis dan rahang sedikit lebar, yang kini tengah berdiri persis di depannya.

"Terimakasih atas kebaikan mbok selama ini, yang sudah melakukan segalanya untuk saya dan keluarga dari dulu."

Pria itu terlihat seolah berkaca-kaca, dan mengiba pada wanita tua yang disayanginya itu.

"Le, sampeyan itu anakku, dari kecil mbok yang mengasuhmu. Jadi tidak usah berterimakasih dan merasa tidak enak begitu."

Kata wanita tua itu, seraya menepuk-nepuk pundaknya.

Siapa gerangan pria yang bersama mbok Marni? Mengapa mbok Marni tidak pernah bercerita tentang anaknya? Lalu mengapa mereka tak tinggal satu rumah?

Berbagai pertanyaan muncul di benak Anna.

Hingga semuanya terasa gelap gulita.

Senja Di Gubuk Ke DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang