Harapan Palsu

33 2 2
                                    

Brugghh!!!

Seorang nenek renta dengan keranjang bambu yang tengah dipikulnya itu tiba-tiba jatuh tersungkur ke tanah.

Sontak, hal itu membuat beberapa pasang mata terjerat kaku ke arahnya.

Meski dalam peraduan titik yang tak cukup lama, tak juga ada sebilah hati yang tergerak untuk membantu sang nenek yang masih terlihat kepayahan dan menahan sakit.

Siang itu, terik matahari memang terlihat seolah membakar kulit, ditambah lalu lalang kendaraan yang mengundang berjuta polusi hampir di sepanjang jalan.

Seorang gadis berkerudung merah jambu pun bangkit dari tempat duduknya, seolah sigap menapak secepat mungkin untuk meraih tempat nenek yang tak begitu jauh dari tempatnya menunggu angkutan.

Sedang, dari arah yang berlawanan, tampak seorang pemuda yang mendahului targetnya, seraya membantu memunguti jajanan sederhana yang terlihat kocar-kacir hampir memenuhi tepi jalan.

"Terima kasih anak muda... semoga Allah membalas kebaikanmu dengan pahala yang berlipat ganda," ucap sang nenek dengan sedikit menahan isak.

"Aamiin, wah nek sepertinya makanan olahan ini enak, biar saya borong semua ya nek?," ucap sang pemuda seraya melempar senyum lebarnya.

"Tidak perlu nak, makanan ini sebagian sudah bercampur dengan tanah, kalau kamu mau, ikut saja ke rumah nenek, biar nenek ambilkan gratis untuk kamu,"

"Tidak apa nek, saya ikhlas mau membeli semua makanan nenek hari ini"

Pemuda itu pun menuntun sang nenek, ke tempat yang lebih teduh dibantu seorang gadis yang sedari tadi memperhatikan sang nenek.

" Anda Ria kan?," ucap pemuda yang masih menunggui sang nenek.

"Iya, hm... pak Rizam, ma'af sebelumnya saya tidak tau kalau anda seorang dosen, jadi____, "

"Tidak apa, o iya mau pulang ya?,"

Ria mengangguk pelan, sesaat matanya mulai mencari, tak ada satupun angkutan yang muncul sedari tadi, hatinya mulai gelisah kalau-kalau membuat sang bunda khawatir menunggu.

"Mari ikut di mobil saya, toh jalan kita searah kan?," tawar Rizam

Ria tertunduk khawatir, Sang nenek yang paham akan situasi segera mencairkan suasana.

"Terima kasih, nak... kalian berdua sudah menolong nenek, nenek perhatikan kalian orang baik, nenek do'akan semoga kalian berjodoh, mari cah ayu," ucap sang nenek seraya mengelus punggung Ria yang masih disampingnya.

Ria dan Rizam terpaku dalam titik perdamaian. Tanpa mereka sadari, masing-masing dari dalam hati mereka, seakan mengamini sepucuk do'a dari sang nenek.

Tak lama, Rizam mulai membawa sang nenek ke dalam mobilnya, diikuti Ria dari belakang. Awalnya, gurat keraguan muncul di wajah Rizam, ia khawatir kalau-kalau Ria akan duduk di sampingnya.

Namun, hal itu sirna ketika Ria antusias duduk di samping nenek sambil memulai obrolan hangat, hingga keduanya mendapat banyak pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman hidup sang nenek yang berliku.

Mobil Rizam terus melaju.

🌷🌷🌷


Hari itu, seluruh mahasiswa dan mahasiswi terlihat antusias menunggu satu dari deretan nama yang dipanggil untuk naik ke podium dengan banner megah bertuliskan "Wisuda ke-18 salah satu Universitas di Yogyakarta"

Tampak seorang mahasiswa terlihat berjalan menuju podium untuk menjalani prosesi wisuda, setelah namanya disebut, terdengar hampir setiap penjuru gedung.

Senja Di Gubuk Ke DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang