Tragedi Cinta

13 0 0
                                    

Jum'at, 12 April 2007

Ria menunggunya, sesekali ia menengok ke arah pintu, kalau-kalau seseorang yang diharapkannya datang.

Gadis dengan balutan gamis brokat berwarna biru muda itu terlihat anggun dan menawan. Sorot matanya tampak seperti berlian yang berbinar-binar.
Mengapa tidak? hari ini seorang pangeran akan datang melamarnya, hendak menjadikannya permaisuri seutuhnya di istana cinta.

"MaasyaaAllah... Cantik sekali keponakan bibi," ucap bibi Arum seraya tersenyum lebar.

"Aamiin, do'akan Ria ya bi, semoga semua berjalan lancar,"

"Insyaallah nduk, semua akan berjalan lancar, akhirnya... Bibi dan Pamanmu masih diberi kesempatan oleh Allah untuk melihatmu dilamar calon imammu, yang nantinya akan menjadi pemimpin di dalam keluarga kecil kalian, bibi yakin, Abi dan Ummi mu, pasti ikut merasa bahagia walaupun mereka telah berada di sisi-Nya," terang bibi Arum seraya melepas kacamatanya, untuk mengusap matanya yang tampak berkaca-kaca.

"Bibi...," Ucap Riana seraya memeluk bibinya yang tampak hanyut dalam suasana haru.

Tring!!!
Tanda SMS masuk, Ria mengambil ponselnya yg berada tak jauh dari tempatnya duduk.

Nampak sebuah nama muncul di ponselnya, seorang yang diharapkan nya, calon imam yang dinantikan nya.

Assalamu'alaikum...
Ria, saya sudah di jalan, saya akan segera sampai, tolong do'akan saya.

~Calon imammu

Gadis itu tampak gembira, hingga ia tak sabar ingin mengabarkan pesan Rey kepada sahabatnya Zahra yang sedari subuh sibuk mendekorasi rumah agar tampak cantik dan elegan.

Wahai kupu-kupu cinta
Beri aku isyarat-Nya
Hiasilah ruang kalbuku
Yang masih kelabu

Sampaikan kepada kekasih
Rinduku tak jua menepi
Percikan api tak henti
Seolah menari-nari

Bayang-bayangnya tergambar
di pelupuk mata
Benih-benih rasa
Mulai menyentuh jiwa

Oh Tuhan...
Ada apakah gerangan?
Inikah kepastian?
Jalan cinta atas nama takdir yang kau janjikan.

Ria pun berlari sambil berulangkali membaca pesan dari Rey, hingga akhirnya...

Bruakk!!!
Ponsel Ria terjatuh.
Karena dirinya tak sengaja menabrak Zahra.

"Riaaa," ucap Zahra dengan nada kesal

"Maaf za, aku tidak sengaja," jawab Ria sambil mengambil ponselnya dan berupaya merakitnya kembali.

"Hati-hati dong," Zahra mengingatkan.

Ria tampak sibuk dengan ponselnya.

"Aku tau kamu sebahagia itu, tapi lihat jalan dong Ri," sambung Zahra.

Ria tak menggubris perkataan sahabatnya, ia semakin kesulitan menyalakan ponselnya, perasaannya campur aduk, tubuhnya mulai berkeringat.

"Ri.., are you okay? Hello?,"

Ria masih tak menggubris.

"Ri!!!" Ucap Za dengan nada mengagetkan.

"Hah?,"

"Haho haho, ada apa?,"

"Ehm Za, Kok perasaanku nggak enak ya?",

"Maksud kamu apa?,"

"Aku... Ehm, em,"

"Its okay, nggak papa, aku tau mungkin kamu gugup, wajar ini hari spesial kamu kan?,"

Tak lama kemudian, telepon rumah berbunyi, bibi Arum segera mengangkatnya.

Ria tampak gelisah memikirkan Rey, hatinya merasa tidak tenang karena tragedi ponsel, yang dianggapnya sebagai pertanda sesuatu.

Lisannya tak henti-hentinya beristighfar dan berdzikir untuk menenangkan diri.

Tangan halus bibi mengusap wajah Ria yang jelita, binar bahagia di wajah bibi seolah berubah menjadi kepedihan yang tertahan. Bibi memeluk Ria, membelai lembut keponakan perempuan kesayangannya yang masih membaca situasi.

Tangis bibi Arum pecah, sedangkan Ria tak berani bertanya sepatah kata pun pada bibinya. Gadis itu hanya terdiam dan menunggu berita apa gerangan yang membuat bibinya menangis tersedu-sedu.

"Yang sabar ya nduk...," Ucap bibi Arum di sela Isak nya.

"A.. ada apa bi?," tanya Za yang sedari tadi terheran-heran melihat bibi sahabatnya yang begitu terluka.

"Mobil keluarga Nak Rey kecelakaan," ucap bibi Arum terisak.

Semuanya terkejut, terlebih Zahra sahabatnya yang kala itu tak mampu menatap wajah Ria.

Ataukah,
jalan takdir atas nama cinta yang kuterima.

Sementara Ria masih terdiam, tubuhnya mulai merasa lemah, pandangannya kabur dan semuanya gelap.

***

Dibacanya selembar demi selembar, sebuah buku yang bertuliskan tangan "Bidadari Impian"

Buku itu milik calon suaminya, yang saat ini telah dinyatakan koma.

Reyhan Ibrahim.
Lelaki yang berbaring tak berdaya di ruang ICU dengan berbagai peralatan medis yang membantunya bertahan.

-Bidadari Impian-

Assalamu'alaikum
Bidadari impianku..
Tahukah engkau?
Salah satu hal yang paling ku syukuri di dunia ini adalah bertemu dengan mu...
Memandangmu dari kejauhan,
Dan menjagamu layaknya berlian.

Aku berharap, jika suatu saat nanti engkau menemukan tulisan-tulisan ini,
Kau harus tau, betapa besar rasa cinta yang Allah tumbuhkan di hatiku.

Melalui dirimu,
Mataku menjadi saksi keindahan
Ciptaan Tuhan yang Sempurna
Melalui dirimu,
Jiwa ku menjadi saksi kebaikan
Tuhan yang tak mampu di gambarkan dengan kata-kata.

Wahai Bidadari impian
Jika suatu saat nanti,
Salah satu diantara kita harus menghadap Tuhan,
Maka aku ingin lebih dulu menghadap-Nya

Akan ku katakan padaNya.
Bahwa aku sangat beruntung,
Kerana menemukan jalan cintaNya melalui dirimu.

"Mrs. Rianna Khumayra"

Tangis ria pecah, ia semakin yakin, Rey adalah laki-laki yang tulus mencintainya, gadis itu tak henti-hentinya melantunkan do'a untuk  Rey, ia sangat berharap nyawa Rey bisa diselamatkan.

Para dokter masih barusaha keras. Namun, sayangnya Allah berkehendak lain, Reyhan Ibrahim dinyatakan wafat hari itu.

___________________________________________

Jangan lupa tinggalkan jejak kuy 😊
Semoga terhibur 🙏😊

Senja Di Gubuk Ke DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang