Pengantar Cerita

82 1 0
                                    


Ah, kasihan juga pada istriku yang menemukan aku di antara pajangan-pajangan manekin yang mempesona dan ternyata anak berkecukupan dan sayangnya kurang mandiri. Aku kini selalu tersindir sebagai anak mami yang terlalu baper jika ditantang menjelek-jelekkan ibunya sendiri. Siapa sudi aku menjelekkan ibu sendiri. Secacat-cacatnya ibu, segalak-galaknya ibu ia tetaplah ibu terbaik yang pernah melahirkan aku. Aku tidak mungkin ikut mengurai borok orang tua sendiri bisa kualat nanti.

Tapi memang benar istriku berhak mencak-mencak sepanjang hari. Dia khan orang kota semua terukur dengan uang, penghasilan dan kesenangan. Dia berhak dong memperoleh kesempatan bersenang-senang dengan penghasilan setiap bulan yang aku jalani. Kalau gaji hanya bisa buat makan sehari-hari dan habis untuk membayar pajak air, listrik, uang sekolah dan harus berkejaran menutup lobang utang yang menganga sampai kapan keluarga kami akan bisa damai.

Apalagi saat ini, yang terjadi adalah akumulasi penyesalan. Ia akan semakin menyesal telah memilihku menjadi suaminya yang ternyata tidak sesuai cita-cita. Berapa penghasilan pegawai dari sebuah kantor kecil. Dan harus bagaimana mencari pekerjaan di tengah kelelahan mendera akibat bekerja seharian.Aku kasihan pada istriku yang harus hidup sebagai ibu rumah tangga yang segala tetek bengek rumah tangga harus dikerjakannya sendiri. Kata istriku kamu enak tidak mikir soal rumah tangga, semua tanggungjawab keluarga kau limpahkan semuanya ke gue.

Ya sudah, biarlah caci makimu kuterima. Aku sih bukan orang yang suka melawan. Aku ini pendiam dan introspektif. Inilah segala resiko yang kutanggung dengan sepenuh jiwa. Aku menyadari hidup memang akan selalu bergulir dengan segala persoalan. Aku dulu melihat potret keluargaku yang harus bersabar menghadapi cibiran tetangga melihat ada satu anak yang cacat mental, yang harus terkurung dan tidak bisa sekolah karena keterbatasan mental dan kecerdasan. Kami menerima dengan ikhlas sebab setiap keluarga selalu akan terbebani penderitaan yang bobotnya pasti berbeda-beda. Lalu apakah mau protes dan berteriak-teriak pada Tuhan bahwa hidup ini keji, kejam dan tidak memihak. Tidak. Itulah indahnya masalah, semakin banyak masalah rasanya manusia akan semakin dekat dengan Tuhan. Sebab ia akan membenci,memprotes, menangis dan rindu pada Tuhan.

Akan selalu ada luka menganga, akan selalu ada tragedi dalam jalinan kasih sepasang suami istri. Jika ternyata pada ujungnya tidak ada kata lagi yang terangkai untuk menggambarkan perbedaan ya sudahlah. Hidup memang akan selalu bergulir jika takdir menjemput maka tidak akan ada orang yang menghindarinya.

Nestapa itu milik semua orang, kini pasrah-pasrah saja jika aku harus menjalani tragedi demi tragedi.

(Inilah prolog dari novel yang akan kutulis, novel ini adalah novel perjalanan spiritual dari Lelaki yang kebetulan bisa menikah, Di balik Cerita indah ternyata ada seabrek persoalan yang membuat jantung Lelaki itu berdebaran, ada adrenalin yang terus dipertaruhkan ketika ketemu Istri yang begitu Menuntut sempurna. Bab 1 Orang pertama dengan suami sebagai penutur dan Bab 2 Dengan istri sebagai penutur dan yang ketiga adalah perasaan Anak ketika Ayah ibunya seringkali bertengkar bahkan dalam ancaman perceraian. Lalu bagaimana penyelesaian masalah dalam keluarga berlatar belakang yang bertolak belakang beda suku dan beda kultur (Suami lahir di desa, Istri lahir di perkotaan) serta berbagai konflik yang muncul karena perbedaan cara pandang antara perempuan dan laki-laki antara yang cerdas dan yang dibawah rata-rata tapi kenyang pengalaman spiritual).

Cinta Tiga SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang