Bab 33

5 0 0
                                    

Ikatan Hati

Sejak lahir anak sudah mempunyai ikatan bathin dengan orang tua, semakin dekat, semakin rekat dan semakin banyak orang tua melakukan kontak phisik entah dengan cara memandikan anak, menceboki anak saat buang air besar dan memperhatikan pernik-pernik kebutuhan anak mereka akan semakin mengerti anak merasakan sentuhan jiwa, sentuhan psikis, sentuhan cinta yang membuat anak merasa amat dekat dan mengerti apa yang tengah mereka rasakan.

Anak melihat dengan mata- dengan kilatan bola mata hitamnya sebuah perasaan cinta, senyuman dan gerak riangnya saat disentuh orangtua sendiri. Dari bayi sentuhan – sentuhan itu membuat sel-sel otak bekerja merespon kelembutan elusan dan gendongan otang tua yang hangat. Maka ketika anak menggelendot manja dengan tatapan mata menggemaskan orang tua merasa ada puncak kebahagiaan terpancar hingga mengendapkan kelelahan-kelelahan yang sebetulnya melanda papa mamanya.

Sebuah kegiatan baru, dunia baru di mana kebebasan orang dewasa tersita untuk mengikuti perkembangan anak dari waktu ke waktu. Perjuangan orang tua adalah pengorbanan lahir bathin untuk melihat anaknya tumbuh cerdas, berkarakter dan kreatif. Jika anak sakit, bahkan sampai parah alangkah sedihnya. Perasaan cemas, takut, galau, bercampur menjadi satu. Erangan anak itu adalah sebuah pertaruhan, apalagi jika nyawa anak terancam. Orang tua akan kelimpungan, melayang-layang dan sakit. Ia bisa merasakan penderitaan anak lewat bahasa bathinnya. Orangtua bisa merasakan perjuangan anak untuk melewati masa kritis dan kembali sehat. Doa, air mata, perasaan yang tidak menentu, serta ketakutan-ketakutan akan terjadi kemungkinan terburuk membuat orang tua seperti terjebak dalam dunia kelam penuh misteri dan susah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Akhirnya ada rasa pasrah menjalar, menikam bathin hingga orang tua merasa jika terjadi sesuatu resiko terburuk semua dipasrahkan pada kuasa Tuhan yang menciptakan makhluk dan alam semesta.

Anak, itu sebuah anugerah besar dalam hidup orang-orang yang telah masuk dalam jenjang pernikahan. Jika belum dikarunia anak dalam waktu lama ada yang hilang dalam kehidupan pernikahannya. Mereka akan mencari kebahagiaan dengan mengadopsi, berkunjung ke panti asuhan, melakukan kegiatan-kegiatan yang yang bisa melupakan kesepiannya saat anak tidak ada dalam lingkaran kehidupannya.

Sebagian besar cinta orang tua akan tertuju pada anak, melupakan kerinduan besar pada istri atau suami. Biarlah gizi anak tercukupi, meski orang tua tertatih-tatih untuk mencari rezeki dan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang penuh tantangan. Apalagi hidup di kota yang ukurannya adalah uang dan uang. Derita anak itu derita orang tua. Senyum dan kebahagiaan anak itu segalanya. Tapi seiring perkembangan zaman ada orang tua yang amat tidak peduli pada anak, bahkan membuangnya sejak lahir. Tipe orang tua yang malu karena telah bersenang-senang melakukan persetubuhan namun tidak mau melakukan tanggungjawab sebagai orang tua. Orang tua berego tinggi yang hanya tahu menikmati kesenangan tapi tidak mau menanggung resiko mempunyai anak.

***

Papa, Mama.

Terima kasih sudah kau ukir tubuh baruku ini, terimakasih kau merawat dan membesarkan diriku sepenuh hati. Elusan lembut, mata tulusmu, dan kadang letupan-letupan emosimu karena kekesalanmu pada tingkahku yang bandel. Perjalanan hidupku kau ikuti amat detail, sampai kesakitan-kesakitan yang kurasakan kau rasakan juga. Terkadang aku sering kurangajar karena meminta sesuatu terlalu banyak dari yang kau bisa usahakan. Aku kadang tega memaksamu mencari uang melebihi kemampuan tenagamu demi kepuasan-kepuasan sebagai anak yang harus mengikuti gaya masa kini. Padahal kadang kau harus mencari uatangan untuk sekedar tutup lubang dan gali lubang demi kelangsungan hidup kita. Di depanku kau amat manis, berusaha menyembunyikan persoalan keluarga yang rumit. Aku tahu Papa, Mama, kau sering bertengkar, sering berantem karena masalah uang, masalah harmoni rumah tangga yang mengalami krisis. Dalam pikiran kalian ada semacam perbedaan-perbedaan besar dalam cara mendidikku. Ada persepsi beda bagaimana memperlakukanku. Dan itulah kadang kau sebetulnya sering menderita bathin. Tapi kalian tetap manis di depanku karena kalian tidak ingin diriku merasa sedih oleh pertengkaran-pertengkaran hampir setiap saat akibat beda prinsip dalam memandang anak, memandang kehidupan dan visi masa depan keluarga.

Belakangan aku tahu dari membaca bahwa orang tua dengan latar belakang pendidikan dan budaya berbeda akan lebih sering bertengkar pada hal-hal yang berbentuk prinsip. Ruang kebebasan akan diberikan oleh orang tua yang pola pendidikan awalnya memang moderat dan membebaskan anak dengan pilihan-pilihan asal bertanggung jawab. Beda dengan orang tua dengan latar belakang keluarga yang sejak awal dididik dengan suasana militer, disiplin, kaku dan cenderung otoriter. Apabila kedua budaya itu bersatu akan banyak masalah dibelakang hari. Anaklah yang menjadi korban dari eksperimen kedua orang tua yang berbeda prinsip dalam mendidik.

Terkadang aku sedih, Papa, Mama mengapa kalian harus selalu bertengkar, kalian harus selalu berantem. Aku bingung di satu sisi kalian punya keinginan sama yaitu kesuksesanku, disisi lain kalian punya idealisme berbeda ini, yang membuat suasana kadang tintrim, menegangkan, menakutkan dan mencemaskan...

Pernah kurasakan dulu waktu umurku masih balita, sekilas pernah kalian seret aku dalam pertengkaran hebat. Mama tampak histeris marah luar biasa, sampai membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Kau ayah tidak berdaya mencegah emosi yang meluap-luap itu. Kau mendekapku dan dengan wajah pedih, perih dan terpukul. Melihat Mama dengan emosi tinggi merasa frustrasi karena pertengkaran yang hadir hampir sepanjang hari. Papa yang lebih banyak diam, terlalu diam untuk seorang kepala keluarga yang lemah. Tapi aku merasa kasihan pada Papa, ia terlalu sabar untuk menerima cacian Mama, ia terlalu lemah untuk sebuah pemimpin keluarga yang seharusnya adalah pengambil keputusan, entah siapa yang benar, yang jelas aku ingin tidak ada pertengkaran yang melibatkan phisik dengan upaya-upaya orang yang frustrasi, putus asa, bosan hidup, bosan menghadapi persoalan.

Aku yang masih kecil ini butuh kalian berdua, butuh kasih sayangmu, butuh teladanmu dalam menapaki hidup. .Aku yang lahir di jaman serba canggih tidak akan berdaya oleh pengaruh buruk teknologi yang lebih mudah aku pahami daripada generasi kalian. Kalian harus tahu jika sepanjang hari bertengkar, berbeda pendapat, dan tidak ada yang saling mengalah karena ego masing-masing, aku takut akan masa depan. Masa depan yang masih penuh misteri dan sepertinya aku bertanya. Jika kalian masih sering memelihara konflik, aku tidak berjanji masa depanku cerah. Sengotot apapun kalian mencoba mendidikku dengan rayuan kalian untuk belajar dan belajar jika kalian masih sering memperlihatkan adegan-adegan menakutkan saat bertengkar,jangan-jangan aku hanya menjadi duri dalam masyarakat hari-hari mendatang. Sudahi pertengkaranmu yang tidak lucu Papa dan Mama!, dan kalau bertengkar jangan perlihatkan padaku.titik.

Sebagai Ayah, saya terharu membaca secarik surat anakku, ia mulai besar dan mulai mengerti bahwa kehidupan itu dipenuhi oleh masalah-masalah. Suara hatinya itu, benar kurasakan, menghunjam sampai ke lubuk hati. Aku tidak marah, malah bisa merasakan bahwa itulah seharusnya yang dilakukan anak kepada orang tuanya. Aku senang ia mulai tumbuh cerdas dengan perasaan-perasaannya. Bagaimana ya jika terjadi pada orang tua yang akhirnya bercerai. Yang orang tuanya berpisah karena sudah tidak mempunyai kecocokan prinsip lagi, alangkah hancurnya hati mereka. Kadang ego orang tua membuat anak merasa tidak berguna, merasa gelap masa depannya dan merasa merekalah korban kehidupan broken home keluarganya. Banyak anak yang mempunyai polah aneh, berusaha mencari jati diri di tengah kehancuran jalinan ikatan keluarga. Orang tuanya tidak memberi contoh baik, tapi menanam kenyataan sebuah keluarga tanpa komitmen, tanpa toleransi, tanpa sikap saling menghargai perbedaan. Mereka hanya berpikir dengan ego masing-masing, tidak pernah merasakan penderitaan anak yang harus menanggung malu orang tuanya bercerai. Harus hidup dengan dua atap berbeda dengan prinsip kaku kedua orang tuanya. Jika ujungnya adalah perceraian, mengapa mereka dulu berjanji sehidup semati dalam untung dan malang, dua menjadi satu dalam satu ikatan cinta. 

Cinta Tiga SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang