Keping 10

12 0 0
                                    



Jangan pernah Janji sama istri, apalagi janji memberikan hadiah emas batangan atau segenggam berlian. Kamu seumur-umur akan ditagih terus. Teror akan mengikutimu sampai kau wujudkan janjimu itu. Bagi lelaki yang pekerjaannya di bagian pertambangan, antam misalnya tidak masalah, itu masih logis dikejar, tapi jika hanya seorang sopir angkot dengan status poco'an atau sopir tembak siap-siaplah menangis. Seumur-umur dikau hanya akan menjadi sansak dari omelan-omelan istrimu yang bocor. Wibawamu akan jatuh dan kau hanya menjadi bahan pergunjingan istri dan mertuamu. Aku saja yang punya penghasilan tetap masih sering mengalami musibah. Musibah itu adalah ketika aku terlanjur janji dan akhirnya janji itu meleset dan tidak terlaksana, Guntur itu seperti menyambar hidupku. Aku ditagih terus, dan akhirnya kata celaan mampir menampar harga diri. Benar-benar habis sudah aku di mata istri. Kadang kalau bukan laki-laki sudah menetes deras air mata dan seperti terseok-seok dalam kehidupan kelam. Menjadi orang tidak berguna, menjadi lelaki terbodoh yang pernah terlahir dari Rahim ibu, merasa ternoda karena tidak cukup kuat memberi rasa bahagia kepada seluruh keluarga. Ketika janji uantuk membayar lunas kepercayaan itu teringkari, aku seperti suami pesakitan yang memohon-mohon belas kasihan atas semua kegagalan sebagai kepala keluarga. Apalagi saat aku berjanji dengan usahaku yang ternyata belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Rasanya ingin cepat mati dan tidak merasakan derita yang akan dihadapi sepanjang hidup. Sepertinya kebodohan-kebodohan yang lahir dari pikiranku itu membuat istriku semakin sinus menghadapi diriku yang seperti orang idiot yang tidak bisa berpikir apa-apa. Padahal sepanjang hari selalu kupikirkan bagaimana harus punya penghasilan tambahan disamping gaji pokok yang hanya lewat sebentar, hanya untuk menutup lubang utang sebelumnya dan kemudian dibuat modal untuk utang selanjutnya, seperti roda yang berputar, aku harus selalu mengikuti roda nasib, kadang ketika senang dan bahagia saat diberi rejeki kehidupan seperti menapak ringan, tapi ketika badai hidup sedang melanda dan persoalan uang menjadi masalah rumit yang ada adalah emosi yang meletup-letup dan hakikat kemanusiaan yang muncul karena ternyata belum penuh ketidaksempurnaan.

"Beib, mengapa kau terlalu sensi jika bicara masalah uang?"

"Mau tidak mau diakui atau tidak diakui kita itu selalu butuh uang."

" Tapi setiap bicara tentang uang, gaji, utang, kebutuhan, iuran listrik, arisan, pajak selalu saja ada badai yang menggempur kesabaran kita"

"Kau sih terlalu emosi jika bicara masalah sensitif ini. Setiap saat kita ribut, dan harus bertengkar untuk memenuhi segala kebutuhan hidup."

"Itu sudah naluri perempuan sayang, dengarkan dulu say dan beri kesempatan bicara..."

"tapi khan....?!"

"Tolong jangan potong dulu omongan Aye, beri kesempatan aye bicara."

"Pasti Beib akan bicara masalah bagaimana menutup lubang utang itu khan..."

"Aye peringatkan ...jangan potong pembicaraan aye...tahu...

"Tahu, tapi aku khan hanya bicara kenyataan ...tidak dengan emosi dan pikiran yang tidak logis saat emosional."

"Stop sekali lagi beri kesempatan Aye ngomong."

Kalau sudah masuk dalam emosi tingkat tinggi itu aku memilih diam...sebab...bisa terjadi perang dunia ketiga dan tentu akan membuat cemas aparatur negara. Terutama pencatat akumulasi perceraian yang cenderung meningkat. Jika emosi tingkat tinggi berbenturan yang ada terjadi perang ideologi hingga menyebabkan seseorang merasa tersingkir, tersakiti, merasa diabaikan dan menduga ada kekasih lain diantara mereka suami istri. Sekarang saja KUA dan catatan sipil sudah penuh dengan orang yang mengajukan talak, memilih pisah daripada hidup dengan emosi tingkat tinggi yang siap memakan kaca jiwa hingga hancur berkeping-keping.

Ketika perpisahan itu memang tidak bisa dihindari, nasib para suami seperti melayang-layang diangkasa kadang terbang tinggi kadang harus terjun bebas. Karena dalam perjalanan manusia tiap detik seperti sebuah perjudian yang susah ditebak bagaimana akhir ceritanya. Tapi layaknya setiap perjudian tentu akan ada kegagalan yang selalu membayangi kehidupan.

"Cinta itu bisa membias menjadi sebuah kebencian yang dahsyat, rasa sayang itu bisa menjadi sebuah dendam kesumat, jika manusia lengah manusiapun bisa menjadi buas seperti harimau, bahkan mematikan seperti ular yang akan menyemburkan bisa jika terdesak."

He para suami, pastikan bahwa istri-istrimu itu tidak terdesak untuk melakukan hal-hal nekat dengan menyakiti diri sendiri, bahkan mencelakai orang lain yang tidak tahu duduk perkaranya. Segala sesuatu akan indah pada waktunya.

Cinta Tiga SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang