Author
Jung Eunji berjalan dengan langkah cepat keluar dari kelas. Di belakangnya, dua teman setianya mengikuti. Lorong lebar di lantai para senior itu masih sepi sekarang. Murid Danggeuk Highschool sedikit yang serajin Park Jiyeon belajar di kelas sendirian atau seiseng tiga gadis itu yang berangkat pagi sekedar untuk menggosip. Misalnya pun berangkat pagi-pagi, mereka akan lebih senang berkumpul bercengkrama di halaman sekolah atau kantin di lantai dasar sambil menunggu bel masuk berbunyi.
"Eunji-ya, kau mau ke mana?" tanya Chorong penasaran. Yang ditanyai tidak menjawab dan malah berhenti di tengah jalan. Tanpa aba-aba, Chorong dan Naeun juga menghentikan langkah mereka.
"Kalian lihat? Perempuan itu sudah kembali kurang ajar! Apa yang dia bilang? Selamat pagi?! Kenapa dia bisa tersenyum seperti itu padaku? Dia pikir dia siapa?" Eunji menggertakkan giginya. Ia kesal sekali karena sikap Jiyeon tadi, dia tidak suka melihat Jiyeon tenang-tenang saja.
"Sekarang.. Park Jiyeon itu artis terkenal kan?"
Perkataan itu langsung membuat Naeun disikut keras oleh Chorong. Tatapan bak laser pun didapatnya dari Eunji. Naeun melebarkan matanya karena bingung. Dia hanya merasa menjawab pertanyaan Eunji dan tidak ada yang salah dengan itu.
"Wae geurae?" Chorong menegur Naeun karena melihat wajah Eunji memerah seperti bisa meledak kapan saja. Dia tahu Naeun setiap kali dalam masalah besar jika mulai menjawab dengan jawaban konyol tidak diharapkan seperti itu. Apalagi sekarang mood Eunji sedang tidak baik.
"Begitu?" Eunji mengangkat sebelah alisnya. "Sekarang dia cantik, sekarang dia artis terkenal, sekarang dia populer... Apa kau mau jadi orang yang menjilat kakinya juga seperti teman-teman yang lain?" tanya Eunji. Ketika marah dia menjadi sangat sensitif.
Naeun tentu saja semakin bingung. "Apa maksudmu? Aku kan teman setiamu sejak dulu. Walaupun sekarang Jiyeon memang lebih cantik, lebih populer, dan-"
"YAA!!!" Eunji berteriak dengan nada tinggi dan suara keras hingga membuat kedua temannya terkejut. Naeun langsung bersembunyi di balik punggung Chorong.
"Kau pergi dulu sana, ke mana saja terserah," suruh Chorong. Daripada Naeun bicara macam-macam dan membuat Eunji semakin marah, dia lebih baik pergi jauh dulu.
"Oke, daaaaahh~!" Naeun tidak ambil pusing dan langsung berlari ke tangga, dia merasa beruntung disuruh pergi karena mendapat alasan untuk kabur.
"Eunji, kau harus tenang dulu. Jangan ribut pagi-pagi, ya?" Chorong mencoba membujuk Eunji dengan suara pelan.
"Chorong, aku tidak mengerti." Eunji memandang teman baiknya yang berada di depannya, namun kedua matanya menerawang jauh. "Perempuan itu, dia harusnya hancur setelah semua berita itu. Bagaimana mungkin hanya dengan melakukan konferensi pers dia bisa langsung setenang itu? Apa dia merasa sudah terbebas dari skandal-skandalnya?"
Chorong menggeleng yakin. "Eunji, itu tidak mungkin. Apapun yang dikatakannya, konferensi seperti apapun yang dilakukan, masalah seperti itu tidak bisa langsung hilang. Seorang artis pasti masih akan menerima akibat dari skandalnya. Terlebih lagi, skandal yang menimpanya banyak sekali. Kau kan tahu itu lebih baik dari aku."
Eunji terdiam sebentar. Benar juga apa yang temannya itu katakan, harusnya dia tidak perlu cemas begini. Tapi kenapa hatinya tidak tenang? Kenapa amarahnya langsung memuncak ketika melihat Jiyeon tadi. Kalau dipikir, dia tidak cemas hanya karena melihat Jiyeon bersikap tenang. Bukan itu yang utama, melainkan karena pagi sekali dia sudah melihat gadis itu berduaan di kelas dengan Myungsoo. Mereka berdua terlihat sedang membicarakan suatu hal dengan akur
Penglihatannya tidak mungkin salah, cara Jiyeon memandang Myungsoo tadi berbeda dari biasanya. Setahunya, Jiyeon sudah tidak menyukai Myungsoo, bahkan membenci laki-laki itu. Dia ingat Jiyeon berkata kalau dia tidak punya perasaan apa-apa lagi pada laki-laki yang diincarnya. Dia mengatakannya sendiri saat itu di kantin. Tapi apa yang terlihat pagi ini tidak begitu. Hal itulah yang membuat Jung Eunji gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Show You 3
FanfictionAku memutuskan untuk membalasmu, karena itu aku akan melakukannya. Jangan harap bisa membuatku lupa pada apa yang pernah kau lakukan hanya dengan berbaik hati padaku. Rasakanlah apa yang kurasakan dua tahun yang lalu. (c) All Rights Reserved. Do no...