A Daffodil

227 29 15
                                    

박지연
Park Jiyeon

Aku terbang kembali ke Daegu sore kemarin.

Hari ini aku sudah bersiap dengan dress salem di atas lutut yang cocok menyambut musim semi. Aku mengenakan legging hitam di bawahnya dan berencana menambah blazer abu-abu muda. Dan ya, seperti yang kuduga, outer membuat penampilanku lebih baik.

Aku selalu suka warna pastel. Terlihat sederhana dan tidak mencolok, pas dengan apa yang kubutuhkan ketika harus ke luar ke tempat umum. Memakai sepatu wedges coral pink yang belum lama kubeli, aku memikirkan kembali pesan Hwayoung padaku kemarin siang.

From : Hwayoung

Nanti kau pulang, kan?
Bagaimana kalau besok kita makan di cafe?


Agak tidak biasa, tapi aku menyetujuinya. Hwayoung jarang mengajakku bertemu di luar malam-malam. Apa karena besok hari libur? Barangkali dia memang mau menghabiskan waktu bersama dengan cara yang berbeda.

Untuk terakhir kali, aku memandang bayanganku di cermin dan menyampirkan tas selempangku. Baiklah, waktunya berangkat. Setidaknya aku harus menikmati akhir pekanku dengan ceria.

.....

Aku memutuskan untuk menyetir sendiri sampai cafe yang dimaksud Hwayoung.
Ketika aku masuk, aku disambut aquarium hias yang lebar dan panjang. Sebagian besar dekorasi cafe ini dibantu oleh lampu kuning kecil yang terlilit di tiang-tiang kayu penyangga dan juga dedaunan dari tanaman hias atau pohon.

Tempat ini terlalu sepi. Aku sampai ragu kalau ini sedang buka. Aku mengetik pesan untuk Hwayoung,  mengatakan kalau aku sudah sampai sekaligus ingin memastikan aku tidak salah tempat.

Beberapa detik kemudian, langsung masuk balasan singkat dari Hwayoung.

Hwayoung:

Belok kanan, ikuti lorong.


Oke, rasanya ini jadi misterius. Apa dia sedang memberikan semacam kejutan untukku?

Menyimpan pertanyaan itu di benakku, aku menuruti instruksinya. Mengikuti kelak kelok lorong bertembok batu bata yang lumayan panjang dan sampai di area utama cafe yang seperti taman dengan beberapa gazebo mini bewarna putih.

Semua lampu taman dan lampu dekorasi berkelap-kelip menyala,  namun tak nampak seorang pun di sana. Tidak pelanggan maupun  pelayan. Aku berjalan menapaki jalur batu, tertuntun ke gazebo mini yang letaknya tepat di tengah.

Jalur batu itu kini lurus, berakhir di undakan tangga gazebo tersebut. Barulah aku melihat ada satu orang yang sedang duduk di sana.

.........

Author

Di area timur cafe, Lee Sungjong dan Ryu Hwayoung duduk menunggu dengan agak bosan.

"Kita bahkan tidak bisa menikmati makanan sekarang," Hwayoung mengaduk-ngaduk gelas jus stroberinya yang tinggal setengah.

"Kau benar.... Sebelum ini selesai, kita belum bisa tenang." Sungjong menghela napas panjang memandangi pohon yang dililit lampu dekorasi. Pikirannya terus terisi oleh Myungsoo. Dia benar-benar berharap sahabatnya itu tidak bersikap macam-macam.

""Oh!" Hwayoung tiba-tiba berdiri. "Jiyeon mengirim pesan padaku, dia sudah sampai di depan."

Lamunan Sungjong buyar. "Benarkah? Cepat balas! Jangan sampai dia malah ke sini."

"Sudah," kata Hwayoung sambil masih mengetik pesan lain. "Semoga dia tidak marah besar padaku."

"Dan semoga mereka berdua baik-baik saja," sambung Sungjong.

I'll Show You 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang