The Sea

273 34 22
                                    

박지연
Park Jiyeon

Tanpa menunggu apa-apa lagi aku pun menutup dan mengunci pintu. Aku membalikkan badan dan menyandarkan punggungku ke pintu.

Semua laki-laki memang sama saja.

"Jiyeon, apa yang kau lakukan di sana?"

Aku langsung mendongakkan kepala melihat Hwayoung sedang menuruni tangga. "Kenapa kau lama sekali?"

Aku menegakkan tubuhku kembali, mencoba mengingat tujuanku turun ke sini. "Tunggu sebentar, aku akan mengambil sendoknya." Hampir berlari ke dapur, untungnya aku melihat sendok yang sebelumnya sudah kutaruh di atas meja. "Oh, ini dia."

Beberapa detik kemudian kami sudah berada di kamar Hwayoung lagi. Dia dan aku duduk bersila di atas kasurnya yang besar mulai menyendok es krim vanilla langsung dari wadahnya. Tidak seperti Hwayoung yang memakan es krim dengan lahap, aku mengambilnya dan memasukkan sendok ke dalam mulutku pelan-pelan. Aku tidak biasa makan makanan apapun di atas kasur, terutama makanan yang sangat beresiko membuat kasurku kotor seperti es krim.

"Oh iya, siapa yang datang tadi?" tanya Hwayoung tiba-tiba. "Apa itu fansku?"

"Ah...," Aku meletakkan kembali sesendok es krim yang belum sempat mendarat di mulutku. Sesaat aku heran karena dia selalu khawatir tentang fans yang mendatangi rumahnya. "Itu Sungjong," jawabku.

Aku tidak perlu berbohong, kan?

Hwayoung terperanjat, "Sungjong?" Untuk apa dia datang malam-malam?" Dari raut wajahnya, model itu sepertinya peduli sekali dengan kedatangan Sungjong.

"Dia bilang dia ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi aku menyuruhnya untuk menemuimu lain kali," ujarku santai sambil mengangkat sendok lagi.

"Tunggu dulu!" Hwayoung memegang lengan kananku. Entah sengaja atau tidak, dia membuatku tidak jadi memakan es krim favoritku lagi. "Lalu dia pergi begitu saja? Setelah kau mengatakan itu? Anni... kenapa dia begitu mudah menyerah.... Kalau dia datang, setidaknya dia bisa memberitahuku...."

Aku mengangkat sebelah alisku memandang Hwayoung yang mulai menggumam sendiri. Aku jadi sedikit curiga. "Apa kau memang menunggunya?"

"Ah?"

Melihat reaksinya, aku langsung tahu bahwa tebakanku benar.

Hwayoung menghembuskan napasnya. "Aku sangat marah padanya sampai hari ini. Karena itu aku tidak mau berbicara dengannya, tapi sebenarnya aku benar-benar penasaran."

"Hwayoung, kau pikir Sungjong punya alasan lain?"

"Aku mengenalnya dengan baik. Mungkin dia memang sengaja tidak memberitahuku...? Bisa saja, sebenarnya bukan karena aku tidak boleh tahu, tapi karena aku tidak perlu tahu...? Atau-"

"Hwayoung!" Tanpa sadar mulutku berseru kepadanya.

Ah... Ada apa denganku hari ini....

Sahabatku itu langsung diam, efek terkejut. "Kenapa kau meneriakiku?" tanyanya heran.

Jujur, aku juga bingung. Aku tidak tahu kenapa justru aku yang terbawa emosi karena masalah ini. "Anni... Kenapa kau bersikeras seolah Sungjong tidak bermaksud membuatmu sedih?"

Sahabatku itu menatapku sebentar, lalu menjawab. "Karena aku percaya dia bukan orang seperti itu. Dia selalu baik pada semua orang."

"Bagaimana kalau kau salah?" sahutku langsung. "Bagaimana kalau dia hanya senang mempermainkanmu?"

"Orang bisa membuat kesalahan, Jiyeon. Hanya karena satu kesalahan, apa aku harus mengabaikan segala kebaikannya padaku? Aku harus memberinya kesempatan lagi, kan? Aku rasa aku harus mendengarkannya sekali lagi, agar aku tidak menyesal."

I'll Show You 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang