Author
Sepulang dari rumah Hwayoung, siang tadi Jiyeon langsung menemani neneknya kontrol ke rumah sakit.
Gadis itu membantu neneknya naik ke kasur, dan menarik selimut untuknya. "Halmoni, istirahatlah," katanya. "Nenek ingat kan apa kata dokter tadi? Banyak aktivitas fisik itu bagus, tapi nenek harus jaga kesehatan juga. Jangan terlalu banyak mengerjakan pekerjaan rumah."
"Geurae, Jiyeon-ah. Nenek akan istirahat. Kau juga jangan tidur terlalu larut."
Jiyeon tersenyum. "Aku akan menyiapkan koper sebentar, setelah itu aku akan langsung tidur."
Neneknya menggangguk dan merebahkan tubuh. Jiyeon mematikan lampu lalu keluar dan menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati, tidak ingin membuat suara mengganggu.
Tepat setelah itu, nada dering ponselnya berbunyi keras. Jiyeon refleks berlari menjauhi kamar seraya mengambil ponselnya dari saku baju.
Dia masuk ke kamarnya dan menutup pintu.
Ah..., kenapa juga dia harus berlarian malam hari? Jiyeon tidak habis pikir dengan kelakuannya sendiri.
Tak menunda lebih lama lagi, ibu jarinya menggeser layar untuk menerima panggilan. "Eo? Hwayoung-ah? "
"Jiyeon!!! Kau tidak akan percaya ini!" pekik sahabatnya tiba-tiba.
Walaupun terkejut dan masih ngos-ngosan, Jiyeon langsung bertanya, "Hah...? Ada apa...?"
"Kau..., apa yang sedang kau lakukan?" tanya Hwayoung menyadari suara napas Jiyeon yang tidak teratur.
"Ah.... Bukan apa-apa, hanya olahraga sedikit malam hari," ucap Jiyeon asal.
"Hm.... " Hwayoung heran sebentar karena jawaban Jiyeon, namun dia tidak berencana bertanya lebih lanjut.
"Eo, bagaimana pertemuanmu dengan Sungjong tadi?" tanya Jiyeon. Sebenarnya sudah dapat ditebak dari nada bicara Hwayoung yang ceria, pasti tadi berjalan baik.
"Sempurna, Jiyeon!" sahut Hwayoung. "Aku tidak bisa mengungkapnya dengan kata-kata."
Baguslah, batin Jiyeon merasa lebih lega. Tadi siang dia sempat khawatir karena Hwayoung tidak kunjung pulang, dia takut sesuatu yang tidak mengenakkan terjadi antara sahabatnya itu dan Sungjong. Ternyata berjalan baik, bahkan mereka menghabiskan waktu bersama-sama sampai sore.
"Syukurlah, aku ikut senang," bibir Jiyeon mengulas senyum kecil. "Kalau begitu, kau jangan murung lagi ya!"
Dari sebrang, terdengar suara Hwayoung tertawa, "Ne, arrasseo."
Belum mengakhiri telepon, Jiyeon berjalan membuka kedua pintu lemarinya. Dia menyapukan pandangannya ke semua pakaiannya, bingung memilih baju mana saja yang akan dia bawa. Kalau ada Hwayoung atau manajernya, dia tidak akan sepusing ini.
"Oh iya, besok malam kau berangkat ke Seoul ya?"
"Iya. Tapi besok aku akan izin dari sore."
"Eotteokke? Kita akan berpisah.... "
Jiyeon tertawa sebentar karena ucapan Hwayoung yang hiperbola. "Berpisah apanya? Aku hanya pergi satu hari, Hwayoung. Oh, tapi aku tidak tahu hari berikutnya aku akan membolos atau tidak."
"Tuh kan!"
Jiyeon tersenyum, "Sudahlah, besok pagi kan kita bisa bertemu." Tangan Jiyeon menarik beberapa kemeja dari tumpukan rapi di lemarinya. "Lagipula, sekarang kau dan Sungjong sudah baikan, walaupun tanpa aku, kau pasti tidak akan kesepian."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Show You 3
FanfictionAku memutuskan untuk membalasmu, karena itu aku akan melakukannya. Jangan harap bisa membuatku lupa pada apa yang pernah kau lakukan hanya dengan berbaik hati padaku. Rasakanlah apa yang kurasakan dua tahun yang lalu. (c) All Rights Reserved. Do no...