Chapetr 4: Hard Life

639 85 5
                                    

Akhirnya aku sampai juga di training center yang berada di pinggiran kota ini. Aku masuk ke dalam gedung besar yang berada di depanku itu dan mencari ceremony hall yang tertulis di surat undangan yang aku terima. Kebetulan di lobby gedung tersebut, terdapat peta gedung yang menempel di tembok. Aku mencari-cari di mana tempat itu berada dan segera pergi kesana. Di dalam gedung tersebut sudah terdapat ribuan orang yang membawa koper sama sepertiku. Satu per satu mereka menggeret koper mereka dan mendaftarkan diri di meja pendaftaran, lalu duduk di kursi yang sudah disediakan di dalam.

"Apa kamu trainee untuk program OSP?" Tanya seorang perempuan yang terlihat ramah itu.

"Iya." Jawabku.

"Jadi yang perlu kamu lakukan, tinggal daftar aja di meja itu. Nanti mereka akan kasih kamu name tag sekaligus amplop berisi informasi tentang nomor kamar dorm dan nama group tempat kamu ditugaskan. Setelah itu, kamu tinggal masuk aja dan duduk sama-sama dengan group kamu." Kata perempuan itu menjelaskan.

"Thanks." Kataku sambil tersenyum. Aku melihat wajah perempuan itu yang sedikit merona. Reaksi yang aneh.

"Ehm, kalau ada apa-apa lagi kamu bisa tanya aku atau petugas yang lainnya. Namaku Alicia. Good luck." Katanya sambil memberikan tangannya.

"Thanks." Kataku sambil menjabat tangannya.

Aku pergi ke meja pendaftaran dan mendaftarkan namaku. Untuk sementara ini, identitasku adalah Elliot Calude Borne. Aku duduk di satu-satunya kursi kosong yang ada di sebelah seorang laki-laki kurus dan berkacamata. Acara orientasi untuk training baru ini dimulai. Seperti acara orientasi pada umumnya, acara orientasi ini juga cukup membosankan. Mulai dari pemimpin jendral yang memberikan pidato tentang menjadi pegawai pemerintah yang baik, lalu dilanjutkan dengan sumpah negara dan beberapa presentasi tentang program ini. Setelah itu mereka memperkenalkan masing-masing team leader yang kita panggil captain. Saat kapten untuk teamku muncul, aku melihatnya dengan teliti. Diantara semua team leader, dia satu-satunya team leader yang terlihat muda. Dari gayanya yang kaku dan cara bicaranya yang tegas, aku sudah bisa menebak betapa buruknya acara trainingku kedepannya. Yang lebih parahnya lagi, tidak mungkin aku pindah team karena team yang didapat saat training inilah yang akan menjadi team kerjaku setelah training berakhir. Aku menghela nafas panjang.

Untuk singkatnya, satu team OSP terdiri dari seorang team leader, dua asisten team leader, seorang sekertaris, accountant, dan beberapa divisi seperti strategist, combat, medic, food & supply dan communication. Aku sendiri masuk ke dalam tim medis. Walaupun saat ini kami semua sudah dibagi menjadi beberapa tim, kelas yang akan kami jalankan saat training nanti akan dibagi menurut divisi. Setiap anggota tim akan dipasangkan dengan satu anggota lainnya untuk mengurangi kemungkinan untuk korupsi dan hal yang diluar dugaan lainnya. Masing-masing team tinggal di sebuah dorm dan semua trainee diharuskan untuk tinggal di dorm. Setiap pagi, kita semua harus berkumpul di lapangan yang ada di depan dorm untuk melakukan olahraga pagi. Olahraga pagi ditentukan oleh team leader setiap harinya. Setelah itu kelas akan mulai dari mulai jam 9 sampai jam 5 sore. Setelah itu kita bebas melakukan apa saja. Setiap harinya, kita akan melakukan cek absensi untuk memastikan bahwa semua anggota tim sudah berada di dalam dorm saat jam malam tiba.

Acara orientasi berlangsung selama tiga jam. Aku benar-benar tidak bisa menahan rasa ngantukku karena pidato jeneral yang benar-benar membosankan. Setelah selesai orientasi, aku pergi menuju dorm. Berjalan dari hall ceremony ke area dorm benar-benar jauh. Kira-kira memakan waktu 20 menit berjalan dari sana. Aku tidak percaya betapa besarnya tempat ini. Tidak heran mereka perlu membuatnya di pinggiran kota seperti ini. Aku berjalan untuk mencari ruanganku di dalam dorm yang besar ini. Saat aku melewati sebuah lorong, aku melihat ke arah luar dan ternyata ada sebuah bantal besar disana. Dilihat dari ukurannya sepertinya ada yang memelihara anjing disini. Dari kecil dulu aku memang ingin sekali mempunyai hewan peliharaan. Bahkan aku sampai menangkap kelinci, burung dan babi hutan. Sayangnya kakek dan nenek melarangku karena katanya aku bisa merusak ecosystem alam. Aku jongkok dan melihat ke arah bantal anjing tersebut. Ada tulisan Einstein's bed disana. Sepertinya nama anjing itu Einstein. Waktu aku ingin berdiri, tiba-tiba saja sesuatu menabrakku sehingga aku menabrak laki-laki kurus yang sedang berdiri di sebelahku. Saat aku membalikkan badanku, ternyata yang menabrakku adalah seekor anjing husky yang berukuran jumbo. Si kurus yang kutabrak itu tanpa sengaja menabrak laki-laki yang sedang membawa cheeseburger dan karena kehilangan keseimbangan, cheeseburger itu melompat ke arah seorang laki-laki berbadan kekar di dekatnya. Efek domino itu susah dihentikan sehingga laki-laki yang berbadan kekar itu menarik kerah si gendut yang membawa cheeseburger. Karena takut, si gendut itu menunjuk ke arah si kurus dan si kurus menunjuk ke arahku. Aku yang masih memeluk anjing husky di depanku ini hanya bisa cengengesan.

RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang