Chapter 6: Practice

792 90 17
                                    

Aku berlari dengan kencang ke arah gym sambil membawa judogi yang dengan cepat kutarik dari lemari tadi. Karena kelas berakhir telat, aku jadi harus berlari agar tidak telat datang ke gym. Dulu, saat Joe pernah telat untuk latihan, dia sampai pernah disuruh squat selama 15 menit. Aku sampai di gym dengan nafas terengah-engah karena tidak berhenti berlari. Aku melihat ke dalam gym dan hanya ada Albert disana. Kemana trio kwek-kwek itu? Apa iya, mereka semua sedang sibuk? Aku segera masuk ke ruang ganti dan mengganti bajuku dengan seragam judogi. Saat aku membuka bajuku, aku baru sadar bahwa aku lupa membawa t-shirt untuk dipakai di dalam atasan judogi-ku karena tergesa-gesa tadi. Saat ini aku sudah tidak mungkin kembali ke kamar karena Albert sudah melihatku datang. Aku juga tidak mungkin memakai seragamku di dalam judogi. Dengan terpaksa, akhirnya aku memakainya tanpa baju dalam. Aku melihat ke arah bajuku setelah aku memakainya. Dari atas aku bisa melihat sedikit belahan dadaku, tapi aku rasa Albert tidak akan menyadarinya. Setelah memastikan bahwa aku sudah mengikat seragamku dengan ketat, aku keluar. Latihan ini dimulai seperti biasanya dengan pemanasan dan gerakan-gerakan dasar. Setelah itu adalah bagian yang rumit. Biasanya aku selalu berpasangan dengan Nicholas yang kurus saat melakukan simulasi self-defense, tapi karena hari ini hanya ada kami berdua, aku melakukannya dengan Albert. Aku belum pernah berhadap-hadapan seperti ini dengan Albert. Entah kenapa, hal ini membuatku sedikit nervous.

"Hidari eri dori." Katanya memberitahu gerakan apa yang harus aku peragakan.

Tiba-tiba saja, dia menarik kerah bajuku di sisi kiri membuatku dapat merasakan tangannya yang keras itu menyentuh kulitku. Seketika itu juga jantungku berdetak kencang dan otakku tidak dapat berpikir. Dia mendorongku dan tiba-tiba bergerak-seakan-akan akan menonjokku. Saat itu juga otakku seperti ter-reset.

"Baru juga mulai, udah ngelamun. Jangan kamu kira karena hanya ada kita berdua disini, latihan akan jadi lebih ringan." Katanya memperingatiku.

Akhirnya kami mengulang gerakan itu lagi. Kali ini aku melawan gerakannya sesuai dengan teknik yang diajarkan. Menurutku aku sudah melakukan gerakan sesuai dengan yang diajarkan, tapi Albert yang memang picky itu terus-terusan saja complain masalah hal-hal kecil seperti untuk menggenggam tangannya lebih kuat, mundur lebih jauh, dan bergerak lebih cepat. Perasaan sewaktu aku dulu berlatih dengan Nicholas, dia tidak secerewet ini deh.

"Saya tidak mengerti apa yang kamu biasa lakukan dengan Nicholas. Kamu harus bergerak sesuai dengan ukuran lawan kamu. Nicholas memang kurus dan gampang sekali kehilangan keseimbangan, tapi kalau lawan kamu berbadan lebih besar dari kamu seperti saya bagaimana?" Tanyanya seakan-akan menceramahiku. Dalam hati aku menggerutu, kalau aku menghadapi orang biasa juga sebenarnya gerakanku tidak memiliki masalah. Dia saja yang badannya seperti batu, susah untuk digerakan.

Setelah itu, aku mencoba untuk menggerakkan badanku sesuai dengan keinginannya, tapi usahaku selalu saja gagal. Terkadang, karena dia tiba-tiba menarik tangannya atau badannya yang tidak bisa digoyahkan, atau dia menghindar sebelum aku sempat menyentuh tangannya. Benar-benar menyebalkan. Aku mulai berpikir bahwa latihan ini adalah sarana baginya untuk menyiksaku.

"Benerin baju kamu." Katanya sambil menunjuk ke arah bajuku. Aku melihat bajuku dan langsung memutar badanku karena baru sadah bahwa kerah judogi-ku sudah melar sampai-sampai aku bisa melihat sedikit belahan dadaku. Dengan cepat aku membenarkannya. Aku melirik ke arah wajah Albert dan mencoba untuk membaca ekspresi mukanya. Sepertinya dia masih belum curiga juga. Aku bernafas lega. Sudah berkali-kali aku merasa bersyukur karena setiap kali badanku ter-ekspose, selalu saja Albert yang ada di depanku. Laki-laki se-dense dia tidak mungkin menyadari identitasku dengan mudah.

"Sekarang coba kamu yang serang saya." Katanya menyuruhku.

Aku menyentuh kerahnya secara hati-hati. Saat dia menyentuh tanganku, aku dapat merasakan genggamannya yang benar-benar kuat. Aura laki-lakinya langsung benar-benar meningkat. Caranya menggenggam tanganku sangat berbeda dengan cara Nicholas menggenggam tanganku. Dengan mudah dia melepaskan genggaman tanganku dari kerahnya.

RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang