Tinju

464 63 15
                                    

Yunho hobi berkelahi? Bukan, dia hanya membela dirinya ... dan Changmin. Tapi Changmin kurang setuju.

"Sakit semua oi badanku."

>><<

Changmin berdiri dengan wajah mengeras di sebuah mulut gang, sekolah sudah usai sejak setengah jam yang lalu. Tak sampai satu menit muncul Yunho dengan rambut berantakan, pipi kiri lebam, dan punggung tangan yang berdarah.

Pemuda itu terkejut menyadari keberadaan Changmin. "Changdol? Sejak kapan ka-"

"Siwon memberi tahuku," potong Changmin cepat, auranya menghitam. "Kau pergi ke sini untuk berkelahi." Pemuda itu melipat tangan di dada, terganggu dengan penampilan Yunho yang sekarang.

"Aku hanya membela diri!" aku Yunho lalu setelahnya meringis, yang barusan itu berpengaruh ke pipi kirinya.

"Tapi apa harus sampai berkelahi?" tantang Changmin sengit. Ia masih tidak suka Yunho berkelahi sampai berantakan. Sendirian.

"Mereka mengatakan kita gay." Yunho mengepalkan tangan, kali ini tatapannya ikut menajam.

Changmin mengangkat sebelah alis. "Lalu?" Ini bukan pertama kalinya mereka dikatakan begitu lantaran selalu bersama. Jadi Changmin tak memikirkan omongan orang-orang. Ia pikir Yunho seharusnya juga begitu.

"Kau bencong. Mereka mengatakan kau sebagai bencongnya. Jadi aku marah," lanjut Yunho cepat. "Seharusnya jika mereka ingin mengejekmu jangan di depanku."

Buagh!

Tubuh Yunho terpelanting ke tanah, matanya melebar menatap Changmin tak percaya. Dia meringis, memegangi pipi kanannya.

"Bodoh!"

Tubuh Yunho terangkat lagi, Changmin menarik kerah baju sekolahnya. "Itu makin tak boleh! Seharusnya kau acuhkan saja mereka!"

Sebelum Changmin melayangkan tinju kedua, Yunho sudah meraih lengannya lalu menerapkan teknik membanting hapkido-nya.

"Lalu apa? Membiarkan mereka tertawa puas? Aku tak mau!" Yunho menarik tangan Changmin agar berdiri kemudian mendorong bahunya kuat. Matanya nyalang menatap dua bola mata Changmin.

"Biarkan saja! Mereka hanya mengejekku, 'kan?" Changmin kembali melayangkan tinjunya, tapi kali ini Yunho sigap menghindar.

"Mengejekmu berarti mengejekku juga!"

Yunho akan membanting Changmin lagi, namun kali ini pemuda itu berkelit dengan gesit.

Sebuah sepeda motor berjalan cepat tepat di belakang Changmin, Yunho menariknya cepat tapi terlambat, Changmin sempat terserempet sedikit.

"Woi! Bawa motor tuh jangan ngebut!" Sorak Yunho penuh amarah, Changmin memanfaatkannya untuk menyerang Yunho lagi. Serangan bertubi-tubi terus dilakukannya tanpa henti. Yunho kewalahan dibuatnya.

Sampai akhirnya sebuah tinju Yunho melayang juga ke pipi Changmin.

Pipi itu berdarah, bukan darah Changmin, tapi Yunho.

"Benar begitu." Changmin menyeringai, mengusap darah itu. "Tinjumu itu hanya boleh memukulku, bukan yang lain." Dia melepas pelan tangan Yunho dari kerah bajunya.

"Aku juga bisa membela diri. Lebih baik jika mereka mengejekku lagi, ajak aku menghabisi mereka bersama atau acuhkan saja mereka."

Yunho terkejut, kemudian melihat kepalan tangannya.

"Maaf," ujarnya pelan. Seharusnya ia tahu, membela diam-diam sama saja merendahkan harga diri sahabatnya.

Changmin menggeleng. "Maaf juga karena tiba-tiba menyerangmu." Ia meringis, memegangi pipi kirinya yang menjadi sasaran pukulan telak barusan. "Lagipula aku tak ingin rapi sendiri."

Keadaan keduanya sama-sama kacau sekarang. Untung saja kancing baju tak ada yang lepas.

Yunho tersenyum lebar meski itu terasa sakit. "Seharusnya kau bilang dari tadi."

"Kau saja yang terlalu bebal." Changmin merangkul bahu Yunho, mereka pun berjalan pulang, langit sudah berwarna jingga sekarang.

Yunho mendesis ketika mereka baru berjalalan sepuluh langkah.

"Sakit semua oi badanku."

>><<

Aloohaaaa

Pertemanan cowok memang mengerikan, aku menyaksikannya langsung 😂

Biar makin real, ga ada sahabat yang enggak bertengkar, 'kan?

Aaah ku makin sukaa sama TVXQ!

We are T!

*galau belajar apa bikin tugas, pengen ga sekolah tapi mau sekolah*

TVXQ!'s Bestfriend SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang