8. Membongkar dan Menutupi Segalanya

11.2K 469 21
                                    

ADA KEJUTAN DI NOTE BAWAH YAA, JANGAN LUPA DIBACAA.

***

Mas Aksa benar-benar membawaku pergi.

Suamiku itu tak pernah ingkar janji ... sejauh ini. Oh, sungguh aku tidak menaruh curiga apa pun padanya, bahkan sekalipun dia terlibat dalam drama pernikahan kami. Aku justru menganggapnya sebagai korban yang harus terbelenggu dalam kehidupan baru yang mungkin enggan diharapkan. Siapa pula yang sudi mengharapkan pernikahan penuh dengan kebohongan seperti ini?

Mas Aksa terlalu sempurna untuk mendapatkan istri tak berdaya sepertiku. Seorang wanita cengeng, naif, dan pemberi beban berlapis bukan pilihan tepat untuk dijadikan istri. Suamiku berhak mendapatkan yang jauh lebih baik, tetapi untuk sekarang biarkan aku menjadi egois. Aku ingin dia membawaku pergi jauh atau setidaknya sekadar menghabiskan beberapa bulan menghindar dari Ayah dan Ibu. Mas Aksa memang terlibat dalam skenario yang mereka buat. Namun, rasa-rasanya cuma dia yang bisa menolongku kali ini.

Setelah aku dinyatakan sehat dan lepas dari fisioterapi rutin yang sudah kujalani lebih dari 5 bulan, Mas Aksa menepati janjinya. Aku sudah bisa berjalan normal tanpa tertatih-tatih lagi. Semuanya tampak sempurna sekarang, tetapi tidak dengan bagian dari hatiku yang masih retak tercecer di mana-mana.

Aku menghela napas, mengerjap pelan saat kami tiba di hunian yang baru. Lebih tepatnya, ini rumah Mas Aksa yang entah dibeli sejak kapan. Aku tak banyak bertanya, tetapi Mas Aksa selalu mengatakan bahwa ia sudah menentukan bangunan mana yang akan kami tempati bersama. Rumah dengan dominasi warna abu-abu dan cokelat tua itu terlihat sangat maskulin, maklum pemiliknya memang laki-laki.

Di bagian depan setelah membuka pagar yang tertutup dengan papan kayu, aku disambut taman kecil di sisi kiri. Taman itu hanya berisi rumput dan satu pohon kamboja di sudut. Aku jadi tak sabar menanam tanaman lain di sana. Mas Aksa terus membawaku masuk ke dalam dengan tautan tangan yang tak pernah di lepaskan. Aku melirik diam-diam pria yang sedang memakai kaus hitam dengan celana jeans yang terlihat sangat pas di tubuhnya. Aroma citrus dan woody tidak pernah hilang dari tubuh pria ini.

Tak mau ketahuan, aku memusatkan pandangan ke depan. Setelah Mas Aksa membuka pintu kayu, kami menemukan Mama, Papa, dan Adik Mas Aksa di ruang tamu. "Ah, Mama kangen sekali, Ra," ucap Mama Indah yang langsung memelukku tanpa ragu seperti biasa.

Satu hal yang kusukai dari pernikahan ini adalah ... keluarga Mas Aksa menerimaku dengan baik. Papa Wisnu memang cenderung tak banyak bicara, tetapi aku bisa merasakan bahwa beliau nyaman dengan keberadaanku di antara mereka. Lalu, Cakra---adik Mas Aksa juga selalu menyambutku setiap kali kami bertemu di acara-acara seperti ini. Selama 5 bulan lebih merasakan yang namanya pernikahan, aku merasa beruntung mendapatkan keluarga baru yang tulus.

"Mama harap rumah ini bisa membuat kamu nyaman ya ..." ucap Mama lagi.

Aku mengangguk dan tersenyum. Rumah ini sangat nyaman, bahkan jauh lebih dari yang kubayangkan. Seluruh dinding berwarna abu-abu sebagaimana bagian depan tadi menyambutku, lalu interior dan barang-barang lainnya didominasi dengan warna cokelat. Untuk ukuran pria, Mas Aksa punya selera yang bagus. Aku mendadak ingin ikut campur mengisi ruang-ruang kosong di rumah ini dengan barang-barang lain pilihanku. Namun, dalam sekejap, aku tersadar bahwa ada hal lain yang lebih mendesak ketimbang terobsesi untuk mengatur rumah ini.

Aku menelan ludah dengan kasar ketika pandanganku bertemu dengan Ayah sekilas. Kami tak banyak bicara selama satu bulan ini semenjak kedatangan Gadhing waktu itu. Aku hanya menyesali keputusan sepihak Ayah tentang pernikahan ini. Aku mungkin terdengar plin-plan dan menyebalkan sekarang. Sejauh ini, aku selalu memuji bagaimana cara Mas Aksa memperlakukanku, tak ada cacat sama sekali. Namun, rasanya masih ada banyak hal yang keliru. Oleh karena itu, aku masih menyalahkan Ayah atas pernikahan ini.

Aku memutuskan menyingkir dari mereka dan menuju rumah bagian belakang. Setelah melewati ruang makan, aku menggeser pintu kaca yang menghubungkan dengan taman belakang. Sama seperti di depan, tempat ini cuma diisi dengan rumput hijau dan satu pohon yang tidak bisa kukenali jenisnya berada di tengah-tengah lahan. Aku menarik napas dan mengembuskannya perlahan, menikmati sepoi angin yang membelai pori-pori. Kemudian, kuputuskan untuk mendudukkan diri pada kursi kayu di teras.

"Ra ..."

Aku menoleh, menemukan Mas Aksa yang mengulurkan segelas air kepadaku. Dia mungkin baru menyadari bahwa sejak tadi aku tak kunjung kembali setelah izin ke halaman belakang. Mas Aksa mengambil tempat duduk di sebelahku sembari menenggak minumannya sendiri. Aku tahu dia tengah memperhatikan. Sampai ketika bibirnya berbicara, aku kelu. "Saya tahu kamu masih menjaga jarak dengan Ayah."

Dia mendesah lelah. "Ada baiknya diperbaiki, karena mulai sekarang kita benar-benar pindah ke rumah ini, Ra." Aku menoleh, tetapi enggan menanggapi apa-apa. "Saya cuma ingin semua nyaman," tambahnya lagi.

Aku mendengkus tanpa sadar, bahkan yakin kalau Mas Aksa terkejut dengan respon yang kuberikan. "Kenapa?" tanyaku yang sebenarnya tak perlu.

Mas Aksa mengernyit, tampak bingung dengan tanggapanku yang menyebalkan. Namun, secepat gelombang cahaya, dia kembali bersikap tenang. Ia mendekatkan wajah dan berbisik, "Ayah bisa kecewa dan terluka dengan---"

"Saya juga kecewa sekaligus terluka, Mas," jawabku dingin.

Untuk pertama kalinya, aku menunjukkan luka yang kupendam selama empat bulan ini. Aku tak menuntut, tatapanku masih sama seperti biasa. Aku juga berharap Mas Aksa tidak berpikir kalau aku sedang menekannya dengan berbagai pertanyaan dan alasan. "Mau sampai kapan kalian membohongi saya?" Aku menggeleng kecil dan menambahkan. "Bukan cuma itu saja, tapi sampai kapan saya harus membohongi kalian dengan drama hilang ingatan ini?"

Aku mengalihkan pandangan, menunduk, dan memusatkan perhatian pada jemari yang tak terlapisi alas kaki. "saya sudah capek."

"Apa maksudmu?!" tanya Mas Aksa dengan cicitan ngeri.

"Seharusnya saya yang tanya begitu." Aku kembali menatapnya dengan senyum tipis. "Apa maksudmu sampai mau menikahi saya dan mau ikut andil dalam drama pernikahan ini?" Aku menggigit bibir sejenak karena ada yang keliru dengan perasaanku saat menatap penuh pria ini. "Mau sampai kapan ... kamu menghabiskan waktumu dengan sia-sia bersama perempuan seperti saya, Mas?" lanjutku lagi.

"Ra!"

Mas Aksa tampak protes dari pancaran bola mata hitam itu. Aku tahu dia menahan diri untuk tak membentakku. Ini perdebatan kami yang pertama, bahkan terjadi ketika dua keluarga sibuk berbincang di depan sana. Aku memberanikan diri menunjuk dada kanan Mas Aksa. "Kamu," lalu memejamkan mata sejenak, meresapi luka baru yang kubongkar pada pria asing ini. "Dan semua orang yang ada di sana sudah membohongi sekaligus merangkai cerita manis tentang pernikahan ini kepada saya."

Lama kami terdiam sembari menyelami pikiran masing-masing dengan tatapan yang masih terikat. Mas Aksa mengambil langkah pertama dengan menurunkan jari telunjukku dari tubuhnya. Dia juga mengalihkan pandangan sembari mengusap kasar wajah yang tadi tampak pias. Suamiku ini jelas tak punya alasan untuk menyanggah seluruh tuduhan. "Kapan kamu tahu?" tanyanya kemudian.

"Dari awal saya sudah tahu," akuku jujur.

Dan sejak hari itu, kebohongan kami berdua resmi terbongkar. Namun, untuk pertama kali, kami bersekutu untuk menutupi segalanya.

Tbc.

Haiii, akhirnya bisa update sesuai jadwal untuk pertama kali 😂

Oh satu lagiii, aku mau berbagi 2 buku Let's Start The Mission untuk memperingati hari kemarinn. Jadi, bagi yang mau banget segera chat "MAU KETEMU ATHAR-LANA" di pesan Wattpad atau DM Instagram. Yang bingung cerita Let's Start The Mission itu yang mana, langsung aja cek work ku yaa di wattpad.

Untuk rules dapat buku ini enggak ada yaa, aku cuma memilih 2 pesan tercepat yang masuk. Pengumuman yang berhak dapat bukunya di update selanjutnya yaa. Terima kasih banyak🙌

Tuban, 28 Juni 2022.

With sweetest thing,

Dvrnaaya.

Surprisingly Wedding [NEW VERSION/ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang