15. Luka, Waktu, dan Kesembuhan

10K 410 22
                                    

Aku tak pernah memiliki banyak teman. Semasa sekolah, mungkin hanya satu-dua teman yang bersama denganku hingga akhir kelulusan. Ayah dan Ibu memang sedikit membatasi pergaulan, karena posisiku sebagai anak tunggal. Apakah aku tertekan dengan hal ini? Maka jawabannya tidak sama sekali.

Entahlah, aku memang kurang menyukai berinteraksi dengan banyak orang. Tenaga seolah terkuras habis apabila terlalu sering berinteraksi. Namun, anehnya saat memasuki masa perguruan tinggi, Tuhan memberiku seorang teman yang mampu bertahan denganku hingga beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya, ini bukan sesuatu yang sanggup kubahas kembali, tetapi takdir membuatku harus melihat sumber luka yang bercokol dalam hati tengah berdiri tak jauh dari hadapan.

Genggaman jemariku pada Mas Aksa mengetat. Aku tahu dia mampu merasakan, meski yakin tak begitu paham dengan situasi ini. "Kenapa?" tanyanya ketika tanganku menarik untuk berjalan lebih cepat menuju tempat parkir.

Sekujur tubuh gemetar, seolah dingin menusuk setiap inci persendian. Aku ingin pergi dari tempat ini dengan cepat. Wanita itu mendekat  salah satu tangan menyangga beban yang kini berada di perutnya. Ini gila, bahkan tak pernah masuk dalam bayangan seumur hidupku. Dia ... wanita itu ... aku--- "Dhera," ucapnya tidak tahu malu.

Panggilan itu membuat langkahku dan Mas Aksa sontak berhenti. Tidak, sebenarnya, Mas Aksa yang menyangga tubuhku agar tak limbung di pelataran parkir. Kurasakan lengan pria ini melingkari pinggangku. Napasku tercekat, tersengal seperti habis lari maraton ke ujung dunia untuk menghindari semua hal. Aku tahu semua ini sia-sia, tetapi bolehkah aku meminta waktu lebih lama untuk terus bersembunyi dan menyembuhkan diri?

"Ba---bawa saya pergi dari sini ... tolong," ucapku memohon pada pria yang akhir-akhir ini membuatku bergantung.

Mas Aksa mengangguk, memapahku kepayahan menuju mobil. Kami mengabaikan seruan wanita itu yang makin terdengar meraung. Demi Tuhan, aku hanya butuh waktu. Apakah begitu sulit memberiku ruang untuk terus memahami kejadian demi kejadian yang telah terjadi beberapa bulan ini?

Mas Aksa berhasil membawaku masuk ke  dalam mobil, membantuku duduk dengan nyaman, dan memasangkan sabuk pengaman seperti biasa. Pintu di tutup dengan cepat, diikuti dengan suamiku yang sudah mengambil tempat di kursi pengemudi. Namun, bukan terburu-buru menginjak gas, justru usapan lembut di sekitar lengan yang membuatku nyaris merasa lega jika tidak menyadari bahwa di luar sana masih ada sosok yang ingin kuhindari. Aku menoleh, meneteskan air mata seperti biasa di hadapan Mas Aksa. "Saya mau pulang sekarang, please jangan minta saya bicara dengan dia," ucapku lirih.

Mas Aksa menghela napas, mengalah. Dia kembali turun dari mobil, lalu berbicara dan mungkin memberi pengertian kepada wanita itu mengenai permintaanku. Selanjutnya, kulihat sorot mata yang dulu kukenal dengan baik, menatapku penuh permohonan. Aku menghindar dan menatap jendela. Selain itu, aku memilih memejamkan mata hingga tiba di rumah untuk menghindari pertanyaan dari Mas Aksa.

****

Aku berusaha keras menghindari obrolan dengan Mas Aksa sepulang dari berbelanja. Beruntungnya aku mendapatkan suami yang begitu memahami bahwa aku memang benar-benar enggan membahas apa pun. Pria itu membiarkanku berkutat dengan bahan masakan yang pada akhirnya tidak jadi diolah sama sekali sebab Mas Aksa mengatakan akan lembur di ruang kerja. Aku sendiri memutuskan untuk menata bahan-bahan tersebut  di dalam kulkas.

Hingga nyaris tengah malam, Mas Aksa tak kunjung masuk ke dalam kamar kami untuk beristirahat. Aku sedikit cemas, tetapi terlalu takut untuk mengetuk ruangan pribadinya. Keputusanku berakhir dengan meringkuk di dalam selimut kami sendirian. Malam ini kubiarkan kabut gelap mengungkung diri. Rasanya begitu sakit kala ingatan kejadian 1 April menghantam kepalaku lagi. Semakin sesak saat pemandangan beberapa jam lalu memaksaku kian larut dengan kesakitan.

Surprisingly Wedding [NEW VERSION/ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang