Rena membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya yang nyaman, matanya masih nyalang menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya masih tertuju pada kejadian tiga hari yang lalu. Setelah kejadian itu, Ervin sudah tak pernah menghubungi Rena lagi.
Kejadian yang benar-benar diluar dugaan Rena, bahkan sampai sekarang ia masih merasa kalau itu semua hanyalah mimpinya. Apalagi kejadian diluar rencananya, menikah dengan Revin, itulah mimpi terburuk yang pernah dialaminya.
Tanpa sadar Rena menghela napasnya, entah bagaimana jalan Tuhan terhadap hidupnya sampai-sampai dia harus bertemu dengan Revin. Baru saja ia mengenal orang gila itu dan dalam beberapa hari lagi ia akan menikah dengannya. Betapa konyol skenario hidupnya!
Orang tua Rena memang tidak terus-terusan mengejarnya dan mendesaknya mencari suami, tapi masih jelas terbayang diingatan Rena betapa sedih ibunya beberapa bulan yang lalu saat mengetahui Rena yang sedang patah hati karena ditinggal tunangan oleh orang yang bahkan sudah melamarnya, mengingat itu membuat Rena merutuki kebodohannya, apalagi usahanya yang ingin bunuh diri hanya karena masalah itu makin membuatnya ingin menjitak kepalanya sendiri.
Beberapa kali Rena mendengar nasihat ibunya untuk mencari sosok laki-laki pengganti bajingan itu, siapa lagi kalau bukan Alex Nevandi Marino, Ah sebenarnya Rena ingin melupakan namanya, tapi tololnya nama itu masih bertahan di otaknya hingga sekarang.
Mungkin ini memang jalan yang terbaik diberikan oleh Tuhan untuknya, tapi.. Tunggu! Maksudnya Revin jalan yang diberikan Tuhan padanya? Rena mendengus memikirkan itu. Dia memang ingin secepatnya mencari laki-laki lain, tapi tentu saja bukan yang seperti Revin. Menikah dengan Revin memang hal yang sangat buruk, tapi dengan begitu ada untungnya juga untuk Rena, karena dengan begitu, Rena bisa membuktikan pada keluarganya kalau ia sudah bisa melupakan Alex secara total. Rena tersenyum dengan pikirannya itu. Paling tidak, menikah dengan Revin juga tidak terlalu buruk.
Rena menegakkan tubuhnya dan berjalan menuju lemari pakaiannya, hari ini ia sudah berencana untuk menghadiri ulang tahun Ibunya bersama Revin. Rena mengamati satu persatu gaun-gaunnya, ia masih sibuk memilih gaun mana yang akan ia kenakan. Acara ini akan dihadiri oleh semua keluarga besar Rena. sesuatu yang sangat jarang terjadi.
Rena menoleh sesaat ke samping tempat tidurnya saat ia mendengar getaran dari ponselnya, sejenak Rena merasa sedikit takut untuk mengangkatnya, bagus! Revin benar-benar sudah merubah Rena menjadi phobia dengan panggilan yang masuk pada ponselnya sendiri. Tapi kemudian Rena teringat, bukankah dia sudah menyetujui perjanjian itu? Jadi untuk apa ia takut? Segera Rena memutar bola matanya.
“Hallo.”
“Hai, honey, apa kabar?” sapa Revin dengan tawa setannya.
Rena berdecak kesal, “Kenapa kau menanyakan kabarku? Yang jelas sekarang kabarku jauh lebih buruk dibanding sebelum aku mengenalmu. Jadi ada apa kau menghubungiku? ” Balas Rena dengan sinis.
“Kau tidak lupa dengan acara kita malam ini bukan? Bisa kah kau membukakan pintu rumahmu untukku?”
Sejenak Rena terdiam, tapi setelah ia tahu maksud dari kalimat Revin, ia segera menjawab, “Kau ke sini?” tanya Rena dengan cepat.
“Ya. Jadi lebih baik cepat kau buka pintu, karena aku tak suka menunggu.”
Rena membulatkan matanya, ini kan rumahnya kenapa dengan seenaknya Revin memerintahnya?!
Baru saja Rena akan mencacinya, tiba-tiba sambungan terputus. Oh ini lebih terkesan tidak sopan!
Dengan cepat Rena segera turun dan membuka pintunya. Disana sudah ada Revin yang berdiri di depan pintu.
“Hai.” Ucapnya dan dengan cepat masuk ke dalam rumah Rena sebelum dipersilahkan masuk ke rumahnya.
“Tamu tidak sopan!” desis Rena menahan emosi. Nampaknya Revin tidak memperdulikan kalimat sinis yang diberikan Rena karena dengan santainya dia sudah duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unplanned Wedding
ChickLit“Menikahlah denganku.” Apa yang harus dilakukan Farena Airina Cassandra jika mendengar kalimat itu? Mungkin kalimat itu merupakan kalimat terindah untuknya kalau saja tidak karena orang terakhir yang mengucapkan kalimat yang sama adalah orang yang...