Hai hai ... maaf ya update-nya lama. Buat yang minta POV, maaf ya nggak sekarang, mungkin di chapter" akhir ..
makasih juga buat yang udah vote maupun comment nih cerita.
Happy Reading guys ^__^
Revin menatap kosong layar laptop yang ada di hadapannya, pikirannya jauh berkelana memikirkan segala perubahan yang terjadi padanya. Revin tercenung, kenapa dia bersikap seperti itu pada Rena? Seketika itu juga ia tersenyum masam. Sudah 2 bulan berjalan, Ia memang berusaha untuk membuktikan pada Rena kalau ia bisa menjadi lebih romantis, lebih lembut, lebih perhatian, lebih terbuka dan Rena malah merasa kalau ia berubah semakin bodoh.
Revin terkekeh pelan, ia tidak merasa terbebani dengan ini semua. Revin menikmatinya. Menikmati segala perubahan dalam hidupnya. Ia sudah nyaman dalam menjalani perubahan ini, entah mengapa semua mengalir begitu saja saat ia bersama Rena. Karena jauh dari itu, Revin rindu dengan sifatnya yang dulu, sebelum cinta— ah tidak, pengkhianatan yang merubah segala hidupnya.
kembali Revin mengutip semua perkataannya, Revin memang tak pernah percaya dengan cinta, baginya cinta itu hanya omong kosong belaka. Bodohnya, cinta bisa membuat hidup seseorang berubah, entah itu dengan penghianatan atau dengan kesetiaan. Yang akan merubah seseorang menjadi lebih baik atau sebaliknya.
Revin mengerjapkan matanya, ia mulai berubah, dan semua itu karena Rena. Apakah semua ini karena … cinta? Secepat itukah? Apakah Revin telah benar-benar jatuh cinta?
“Revin.” Revin tersentak dan kembali tertarik ke alam nyata, meninggalkan segala pikirannya tentang ‘Cinta’ dan berbalik untuk melihat Rena.
“Ya, Rena.” Jawab Revin dengan senyumannya.
“Melamun lagi, eh?”
Revin tertawa pelan dan menghampiri Rena. “Ada apa, hmm?”
Rena mengerutkan dahinya, “Kau lupa? Katanya kau mau mengajakku ke suatu tempat, aku sudah mengemasi barang-banrang seperti yang kau minta. Jadi pergi tidak?”
“Ah, iya. Aku tidak lupa, hanya sedikit tidak ingat.” Jawab Revin yang membuat Rena memutar kedua bola matanya.
“Itu sama saja, ah aku sudah tidak tahan untuk tidak mengatakan kata ‘bodoh’ padamu.”
Revin tidak mempedulikan jawaban Rena dan langsung menarik koper-koper besar yang berada di samping Rena keluar, otomatis membuat Rena mau tak mau mengikuti Revin.
“Tunggu. Sebenarnya kita mau kemana?” Rena berusaha untuk mengikuti Revin dan menahan pundaknya.
“Nanti juga kau akan tahu.” Balas Revin yang terus berjalan.
“Apa kita akan liburan, kenapa kita membawa banyak barang seperti ini?” Rena menunjuk semua koper-koper yang dibawa Revin dengan matanya.
“Menurutmu?” tanya Revin balik.
“Aku tidak tahu, makanya akau bertanya.” Jawab Rena cepat sambil melipat tangannya di depan dada.
Revin menatap mata Rena sekilas dan menaikkan sebelah alisnya. Ada senyuman misterius di bibirnya dan dengan cepat ia kembali berjalan.
Melihat senyuman itu tak urung membuat jantungnya kembali kumat. Ah Revin adalah penyebab tinggi resiko penyakit jantung yang mungkin bisa dideritanya. Rena mengusap dadanya dan kembali berjalan mengikuti Revin.
****
“Kita mau kemana?” Revin menghela nafas panjangnya mendengar pertanyaan yang lagi-lagi dilontarkan oleh Rena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unplanned Wedding
ChickLit“Menikahlah denganku.” Apa yang harus dilakukan Farena Airina Cassandra jika mendengar kalimat itu? Mungkin kalimat itu merupakan kalimat terindah untuknya kalau saja tidak karena orang terakhir yang mengucapkan kalimat yang sama adalah orang yang...