Unplanned Wedding Chap 23

46.6K 2.1K 178
                                    

Haloooo Semuaaa ... maaf ya karena apdetnya lamaaa ... , minggu kemarin kan musimnya UTS, ya aku mengerahkan sebagian besar kemampuan otakku untuk itu. Cukup stress memang, wkwk. Makasih buat kalian yang masih setia nunggu cerita ini. Love ya! hehehe

Ditunggu votes dan commentsnya ya ... Thanks :*

Rena POV

Apa Revin cemburu? Pikiran itu terus-menerus menggelayuti kepalaku. Ini sudah tiga hari semenjak kejadian Revin memergokiku secara langsung sedang berpelukan dengan Alex di pesta waktu itu. Aku tahu Revin marah, sikapnya langsung berubah setelah melihat kejadian itu. Masih teringat jelas di otakku, betapa marahnya Revin saat itu, ia langsung menarik lenganku kuat-kuat sampai aku meringis kesakitan, kemudian mendekapku sangat posesif. Matanya menyiratkan amarah, pandangannya langsung menajam ke arah Alex yang hanya bisa memandangiku dengan bingung.

Revin menggeram dan aku masih ingat kata-kata yang ia ucapkan pada Alex waktu itu. “Jangan mendekati isteriku! Cukup sudah kau mengambil orang yang berharga untukku dulu, sekarang tidak lagi!” dan dengan itu Revin langsung menarik setengah menyeretku kasar untuk meninggalkan pesta itu.

Kata-kata itu masih terngiang di kepalaku. Ingin aku menanyakannya tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Revin benar-benar berubah saat itu, bahkan dia menolak untuk berbicara padaku setelah kejadian itu sampai sekarang. Aku merasa dia mencoba menghindariku, mengacuhkanku bahkan tak pernah menganggap keberadaanku saat di dekatnya, jujur itu membuatku sakit.

Tak ada lagi Revin yang dulu, Revin yang penuh dengan kejutan, kelembutan dan rayuan, sekarang yang ada hanya Revin dengan sikap dinginnya. Bahkan Revin sudah tidak tidur satu kamar lagi denganku, dia memilih untuk tidur di sofa dari pada harus tidur seranjang denganku. Kupejamkan mataku, dan kurasakan sakit yang langsung memenuhi dadaku.

Kudongakkan wajahku saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Disana aku melihat Revin yang berdiri dengan wajah dinginnya tanpa menatapku sedikitpun. Revin sudah siap pergi ke kantor pagi ini. Kulihat dasinya yang terpasang tidak rapi, perlahan kulangkahkan kakiku untuk mendekatinya. Aku berdiri di hadapannya berniat untuk merapikan dasinya, namun saat tanganku terulur hendak menyentuh dasinya, dengan kasar dia menepis tanganku dan menatapku dengan tatapan tajamnya.

Aku terkejut dan saat itu juga hatiku terasa perih. Tanpa kata apapun Revin melangkahkan kakinya, meninggalkanku begitu saja yang hanya bisa terdiam membatu disini. Kutahan rasa perih yang tiba-tiba menyerang mataku, aku tidak boleh menangis. Ini hanya kesalah pahaman dan aku yakin aku bisa menjelaskannya lalu hubungan kami akan kembali membaik.

Kucoba untuk mengejar Revin yang sudah berada beberapa meter dari hadapanku. Ku tahan lengannya dan itu cukup membuatku ketakutan saat melihat tatapannya padaku.

“Aku sudah menyiapkan sarapan. Kau tidak mau sarapan dulu?”

Revin hanya terdiam dengan tatapan yang sama, membuatku benar-benar merasa kehilangan sosok Revin yang seperti biasa. Dia tidak seperti Revin tapi lebih mengesankan seperti iblis yang kejam.

“Aku tidak berselera denga masakan rumah. Lebih baik tidak usah menyiapkan apapun lagi untukku besok.”

Revin kembali membalikkan badannya. Namun baru dua langkah dia kembali berhenti dan menolehkan wajahnya padaku. “Jangan tunggu aku malam ini. Aku lembur, mungkin aku tidak pulang malam ini.” dan dia kembali melanjutkan langkahnya.

Aku yang mendengar itu pun hanya bisa terdiam, kenapa Revin berubah seperti itu? Perih di mataku makin menjadi-jadi dan tanpa bisa kubendung, meneteslah air bening dari sudut mataku.

Unplanned WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang