2nd

70 44 94
                                    

"Ngapa lo?" tanya seorang cowok yang sedang duduk manis di kursi pengemudi sambil memperhatikan seorang cewek yang masih mengenakan seragam sekolahnya. Tidak lain lagi dia adalah Felix, kakak Variel. "Lo liat sesuatu lagi?" Felix sudah hafal apa yang mengganggu pikiran Variel.

"Iya" jawab Variel singkat. Variel terus memikirkan apa yang terjadi pada dirinya. Hanya itu yang ada dipikirannya. Setiap ia bertanya kepada Felix mengenai apa yang terjadi padanya Felix hanya terdiam.

"Gue gak mau lo terus-terusan mikirin masalah itu" kalimat yang sudah tidak asing lagi. Variel langsung menatap Kakaknya yang sedang mengendarai mobil. Ia sudah sering mendengar kalimat tersebut. Saat Variel berusaha mencari tau apa yang terjadi terhadap dirinya, Felix selalu mengeluarkan kalimat tersebut.

"Kalo gitu, kasih tau gue."

"Lo bakal tau, tapi gak sekarang."

Tidak ada lagi suara dari kakak beradik yang sedang berada di dalam mobil. Hanya ada suara radio dengan volume yang kecil dan hampir tidak terdengar.

Felix memarkirkan mobilnya di tempat seperti semula sebelum dikendarainya.

Setelah Felix selesai memarkirkan mobilnya Variel langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ia langsung mengganti pakaiannya dan menuju meja makan.

Felix menyiapi makan siang yang sudah dibelinya untuk dirinya dan adiknya sebelum ia menjemput Variel di sekolahnya. Variel melihat kakaknya yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Tidak ada percakapan saat Variel duduk berhadapan dengan kakaknya.

"Mobil lo udah bener," Felix memulai percakapan. Namun, matanya masih fokus pada laptop yabg ada di hadapannya. "Gue bakal pulang malem, tugas gue numpuk."

"Hmm."

"Kenapa?" tanya Felix sambil menutup laptop dan melihat adiknya dengan rambut yang diikat messy bun.

"Makan," ucap Variel yang sedang menyuapi dirinya dengan nasi padang yang ada di hadapannya. "Ntar Iyel  mau ke taman" lanjut Variel setelah menyelesaikan suapan pertamanya. Mendengar perkataan Variel, Felix tersenyum karena adiknya sudah menggunakan nama panggilannya untuk menyebut dirinya, tidak lagi menggunakan kata gue.

¤¤¤

Suasana cafe yang cukup ramai. Disebuah meja berbentuk bundar terdapat dua orang cowok yang masih menggunakan seragam sekolah yang dilapisi oleh jaket dan satu orang cowok yang menggunakan kaos hitam.

Mereka adalah Gio, Dion, dan Justin. Ketiga cowok tersebut sudah menjalin hubungan persahabatan saat mereka masih SMP. Namun, sekarang mereka sudah jarang bertemu. Dion harus berpisah dari kedua sahabatnya, dia pindah sekolah saat kelas 11. Sedangkan Justin, ia memilih homeschooling.

"Eh, Ntin, lo tau gak tadi si Gio?--" ucap Dion, memancing rasa penasaran Justin. Sedangkan Gio hanya fokus pada ponselnya.

"Kagak."

"Ya iya lah, gue aja belum selesai ngomong gimana sih. Jadi tadi si Gio dideketin sama dua cewek--"

"Gimana sih lo, dari dulu juga udah banyak yang deketin."

"Bisa gak lo diem dulu, gue belom selesai, beleber" beleber adalah panggilan Dion untuk Justin. Namun, itu hanya untuk jika Dion sedang kesal. Seperti sekarang. "Si Gio ngebolehin tuh cewek-cewek pada duduk di depannya."

"Alah boong lo, tau dari mana lo?"

"Idih masa iya gue boong, tanya aja sama anaknya langsung. Asal lo tau gue punya bukti. Sheren ngasih tau gue" ucap Dion sambil menunjukkan ponselnya, yang dimana didalamnya terdapat bukti jika Gio duduk beseberangan dengan dua cewek.

My MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang