1st

94 51 117
                                    

Jam yang dinantikan pun akhirnya tiba. Setelah melewati waktu yang lama bersama guru yang sangat-sangat membosankan. Lebih dari sebagian dari mereka asik mengobrol saat Bu Nur menjelaskan materi.

Semenit yang lalu bel istirahat berbunyi. Dengan sekejap semua murid langsung mendatangi kantin. Hanya tersisa dua orang saja di dalam kelas.Nita dan Variel. Nita mengajak Variel untuk ikut bersamanya ke kantin. Namun, Variel menolaknya. Dia lebih suka diam di dalam kelas yang sedang sepi.

Variel menidurkan kepala di atas mejanya sambil memutar-mutar pulpen yang berwarna biru muda di tangan kanannya. "Ayolah, Va, lo gak laper apa? Gue traktir deh, please." Nita berharap dengan iming-imingan traktir Variel akan ikut dengannya. Namun, seperti biasa Variel tetap menolaknya.

"Va, gue laper banget, gue beliin lo es campur deh, gue rela duit gue abis." Variel menyimpan pulpen yang berada di tangannya.  Dan langsung berdiri. "Bukan buat es campur" ucap Variel dengan datar kepada Nita. Nita sudah tau Variel pasti nggak mau menerima apa pun yang Nita belikan untuknya. "Gitu kek dari tadi, yuk buruan" Nita langsung berlari disusul dengan Variel yang hanya jalan santai.

Nita mencari tempat kosong untuk dirinya dan Variel. Namun, nihil. Tidak ada satu meja pun yang kosong. "Penuh?" tanya Variel saat ia sampai di kantin. "Udah tau penuh, pake nanya lagi" mata Nita masih mencari-cari tempat kosong. Barang kali ada yang sudah selesai makan dan kembali ke kelas.

Variel menemukan tempat yang hanya terisi oleh seorang laki-laki yang sedang menikmati makannya. Mata Variel menunjukkan tempat tersebut ke Nita. "Ogah, ah, lo gak--" belum selesai Nita ngomong Variel sudah hilang dari sampingnya. Dia melihat Variel menuju meja tersebut dan basa-basi Nita langsung mengikuti Variel dengan sedikit berlari.

"Va, kita balik aja deh."

"No."

Tanpa permisi dan mengeluarkan sepatah kata pun, Variel langsung duduk di depan tepat cowok itu sedang menikmati makannya. Cowok itu menyadari kehadiran Variel di hadapannya. Cowok itu melihat Variel dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Variel mengangkat satu alisnya.

"Gue duduk sini ya, sama ni orang" sambil melirik ke arah Variel, sekilas cowok itu melihat Nita saat duduk di samping Variel. "Lo, Gio kan? Anak XII IPA 1?" tanya Nita, tidak mungkin Nita tidak mengenalnya kelasnya berada di sebelah kelas XII IPA 1. Dan banyak guru-guru yang menceritakan Gio di kelasnya otomatis Nita tau. Gio hanya mengangguk sambil menyuapkan siomay ke dalam mulutnya.

"Va, lo mau apa?" Variel menggelengkan kepala sambil memainkan ponselnya. "Ya udah, gue mau beli makan dulu" Nita meninggalkan Variel dan Gio berdua di meja tersebut. Selama Nita membeli makan, mereka berdua tidak saling bersuara. Hanya ada suara sendok yang menyatu dengan piring dan suara-suara murid-murid yang lain.

Nita menyimpan semangkok bakso di atas meja dan pergi lagi mungkin untuk membeli minuman. Tak lama kemudian Nita datang kembali dengan dua botol air mineral yang dibawanya. Satu botol diserahkannya untuk Variel dan satunya untuk dirinya sendiri. "Gak boleh ditolak" ucap Nita sebelum Variel mengembalikan kembali kepada Nita.

Ternyata lo masih sama batin Gio. "Oh ya, gue Nita" Nita memperkenalkan dirinya sebelum memakan bakso yang ada di hadapannya. "Sebelah gue Variel," Variel menggelengkan kepalanya ketika Nita memperkenalkan dirinya dan Variel "dia irit ngomong" lanjut Nita dengan sedikit berbisik. Variel mengerutkan dahinya.

¤¤¤

Kali ini Variel tidak bisa menerima pelajaran di otaknya. Otaknya seperti berkata untuk terus memikirkan Gio. Gio yang baru saja ia temui di kantin bersama Nita. Variel meminta ijin ke toilet kepada Pak Haris. Nita yang duduk di sebelahnya heran dengan perilaku Variel. Nggak biasanya Variel keluar kelas saat guru sedang menjelaskan. Apa lagi sekarang adalah pelajaran fisika, pelajaran yang paling disukainya.

Variel menyusuri lorong kelas 12, ia melihat ruang kelas XII IPA 1. Dengan segala kemampuannya Variel sedikit mengintip kedalam sambil berjalan menuju kamar mandi. Ia melihat Gio yang sedang duduk di belakang paling pojok sambil mencorat-coret bukunya.

Kali ini rasa berbeda. Semuanya menjadi satu. Aneh. Satu kata yang hanya ada di otak Variel. Tidak hanya kali ini saja perasaan Variel yang tiba-tiba berubah.

Variel menatap pantulan wajahnya di cermin. Matanya yang coklat, hidung mancung, bibirnya tipis, itulah yang dilihatnya. Ia membasuhi wajahnya dengan air mengalir dari westafel kamar mandi dan mengeringkannya dengan selembar tissue yang sudah dibawanya dari kelas.

"Asal lo tau, tadi gue liat Gio semeja sama cewek" Variel mendengar suara seorang cewek yang memasuki kamar mandi bersama temannya. Gio? batin Variel ketika mendengar salah satu dari mereka menyebutkan nama Gio.

"Gue tau," balas Sheren dengan nada kesal, ia memperbaiki tata rambutnya sambil melihat wajahnya di hadapan cermin.

Variel keluar dari kamar mandi. Ia kembali berjalan menuju kelasnya. Jarak kelasnya menuju kamar mandi lumayan cukup jauh. Karena itu Variel berjalan cepat agar tidak tertinggal perlajaran.

"Vanila" ucap seorang laki-laki yang berada di belakang Variel. Gio memberikan permen susu kepada Variel. Variel melihat permen yang ada di tangan Gio.

"Makasih" setelah melihat permen susu yang disukainya ada di tangan Gio, Variel langsung mengambilnya dan menyimpannya di dalam saku seragam. Variel meninggalkan Gio dan kembali berjalan cepat, sesekali ia melihat jam yang melingkar di tangan kanannya, tiga menit lagi bell pulang akan berbunyi. Bisa-bisa saat sampai di kelas dia langsung membereskan bukunya dan pulang.

Gio melihat punggung Variel yang semakin menjauh darinya. Gue gak akan pernah lupa.

Gio langsung menuju mobilnya yang berada di parkiran sekolah. Walaupun belum bell, Gio sudah pulang duluan dari yang lain. Ia meminta ijin kepada guru yang sedang mengajarnya karena ada sesuatu yang harus diurusnya dan tidak bisa ditundanya. Sebenarnya, dia hanya ingin pulang dan tidur di rumahnya.

Sesampainya di dalam mobil niatannya untuk pulang dan tidur batal karena pintu gerbang masih tertutup. Dia melemparkan ponselnya ke kursi sebelahnya. Tidak seperti biasanya, biasanya jam mendekati pulang gerbang sudah di buka. Dia mencari-cari dimana satpam yang bertugas hari ini. Gio ingin memarahinya. Karena tidak becus dengan pekerjaannya.

Dengan terpaksa ia harus menunggu di dalam mobilnya sampai pintu gerbang terbuka. Gio memutar lagu. Lagu terus didengarnya. Namun, matanya tertutup tangannya bersedekap di depan dadanya.

Tidak lama setelah itu, gerbang pun terbuka bersamaan dengan bell yang berbunyi. Dengan cepat Gio menjalankan mobilnya. Ia melihat mobil putih yang terparkir di seberang sekolah, mobil yang sepertinya pernah dilihatnya. Seorang laki-laki yang duduk di kursi pengemudi sambil memainkan ponselnya.

Tin... Tinnn

Suara klakson yang membuat telingannya panas. Gio mendengus kesal dan langsung menjalankan kembali mobilnya. Kedua tangan Gio memegang kemudi, jarinya mengetuk-ngetuk mengikuti irama lagu.

Dret... Drettt...

Gio melihat ponselnya yang bergetar. Benar dugaannya. Dia tetap menjalankan mobilnya dan membiarkan ponselnya terus bergetar.

Kali ini Gio benar-benar membatalkan rencananya untuk tidur. Dia mengankat ponsel tersebut saat lampu lalu lintas berwarna merah.

Ditempelkannya benda pipih berbentuk persegi yang berwarna hitam di telinganya. Gio mendengarkan seseorang yang sedang berbicara. "Gue udah ketemu. Lo gak perlu cari lagi" balasnya sambil mematikan telfon tersebut.

¤¤¤

1120 words udah cukup panjang kan?
Kalo belum yah gak papa lah. Ntar aku publish lagi kok.
Wkwkw hayoo gimana Gio bisa tau permen kesukaan Variel dan siapa yang nelpon Gio tadi??
Mau tau?? Ntar deh dikasih tau. Di part selanjutnya.

Byee...

05 Maret 2018

My MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang