"Angkat Iyel," Felix mondar-mandir sambil menelpon ponsel Variel. Tidak seperti biasanya Variel belum pulang, jika Variel pulang telat pasti ia selalu memberi kabar kepada Felix. Namun sekarang, jangankan memberi kabar, Felix yang dari tadi menelpon ponselnya pun tidak diangkat.
Sudah berkali-kali Felix menelpon ponsel Variel namun sama sekali tidak diangkat. Dan sebelumnya Felix sudah menelpon Nita untuk menanyakan Variel. Namun, Nita tidak tau di mana keberadaan Variel saat ini. Felix berdoa semoga tidak terjadi sesuatu kepada Variel.
Sudah hampir jam sembilan malam. Felix masih belum mendapatkan kabar dari Variel. Tepat pukul sembilan malam akhirnya Felix langsung menuju mobilnya dan mencari keberadaan Variel.
¤¤¤
"Gio," Daffa membangunkan Gio yang tertidur di ruang tunggu rumah sakit yang masih menggunakan seragam sekolahnya. Sejak kejadian itu Gio belum meninggalkan rumah sakit. Gio membuka matanya perlahan dan melihat jam tangan berwarna silver yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
"Lo belum balik?" tanya Gio kepada Daffa yang duduk di sebelahnya dengan segelas teh hangat di tangannya.
"Masa gue tinggalin lo, mending kita balik deh, besok lo harus sekolah. Lo belum kasih tau kakaknya Variel?" Gio menggelengkan kepalanya memautkan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya.
"Balik gih lo, besok lo tandingkan?"
"Tanding mah gampang," Gio tersenyum sinis mendengar jawaban Daffa. "Gue tadi telpon si Dion, gue suruh dia ke sini."
Sambil menunggu kehadiran Dion, Daffa dan Gio bercengkrama namun Gio hanya mengangguk dan menggeleng. Tak lama memudia terdengar suara pijakan kaki yang berlari di lorong rumah sakit. Sudah hampir jam sepuluh, keadaan rumah sakit menjadi sepi.
"Lo kecelakaan?" tanya Dion dengan napas yang tidak teratur. "Kok gak di kamar?" Gio tidak menjawab pertanyaan Dion.
Daffa mengajak Dion sedikit menjauh dari Gio. Ia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Mendengar penjelasan Daffa, Dion tidak percaya ternyata kejadian yang sama menimpanya lagi. Dion menanyakan kenapa kejadian itu terjadi dan siapa penyebab semua itu. Daffa tidak menjawab dan membawa Dion kembali bersama Gio.
"Gio, gue pergi dulu ya," Daffa berpamitan pada Gio dan Dion.
¤¤¤
Daffa menghidupkan mesin mobilnya. Suara knalpot mobil Daffa memecahkan jalanan malam yang sepi. Sesekali ia melihat ponselnya mencari tujuan untuk memberhentikan mobilnya dan tujuannya sebelum ia meninggalkan Gio.
Di sebuah rumah yang tidak terlalu besar, Daffa melihat keadaan rumah tersebut yang sepertinya penghuni rumah tersebut tidak ada di dalam. Untuk memastikan Daffa menekan tombol yang di atasnya bertuliskan bel. Beberapa kali tombol tersebut ditekan, namun tidak seorang pun keluar.
Setelah beberapa menit ia menunggu di dalam mobilnya sambil berharap seseorang datang dan membukakan pintu. Daffa melihat sebuah mobil berwarna putih yang sedang memasuki garasi rumah tersebut.
¤¤¤
"Jadi," Gio menceritakan apa yang terjadi kepada Variel.
"Menurut lo Variel kecelakaan gara-gara lo? Gio... Gio... Denger ya, kecelakaan itu bukan karena lo, bukan karena Variel ngikutin lo jadi dia kecelakaan. Itu udah takdir, mau lo sekarang nyesel, nangis sampe kejer atau apalah gak akan buat Variel tiba-tiba sadar dan sehat lagi kayak sebelumnya," Gio mendengarkan perkataan Dion dengan baik-baik.
Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Gio setelah Dion berbicara panjang lebar yang membuat kerongkongannya kering. Dion menuju kantin rumah sakit untuk mencari minunan yang bisa membasahi kerongkongannya.
Gio mengambil ponselnya yang berdering daru dalam saku celananya. Dilihatnya id-caller. Reni. Gio menarik napasnya dalam-dalam dan dihembuskannya dengan kasar. Perlahan Gio menempelkan ponselnya yang berwarna hitam tepat di samping telinganya.
Bruk...
Benda pipih yang sedang di genggam Gio menghantam lantai yang menunjukkan warna kontras antara hitam dan putih. Tidak hanya ponselnya, tubuh Gio yang tidak bertenaga pun jatuh menghantam lantai.
"LO LAGI?! GAK ADA PUAS-PUASNYA LO, HAH?! LO MAU BUNUH ADIK GUE?!" ucap Felix setelah memukul Gio hingga menghantam lantai.
"PEMBUNUH LO!"
Gio berusaha untuk berdiri dengan sisa tenaganya. Satu tonjokan lagi berhasil membuat ujung bibir Gio terluka. Gio tidak melawan atau pun menagkis pukulan Felix. Menurutnya ia berhak mendapatkannya.
"Woi... Woi... STOP!" Dion melihat sahabatnya terkapar lemah di lantai dengan darah yang menetes dari ujung bibirnya.
Dion berusaha menghalangi Felix yang terus-menerus memukuli Gio. Dion menyuruh Gio untuk duduk di kursi dan memanggil suster untuk merawat lukanya.
Dengan emosinya yang masih membara Felix langsung memasuki kamar inap Variel. Melihat adiknya dipenuhi berbagai selang di tubuhnya membuat Felix meneteskan air matanya.
¤¤¤
Gio berusaha menyalakan ponselnya, namun tidak ada hasilnya. Ponselnya rusak karena terjatuh sehingga layar ponselnya pecah. Ia berharap ponselnya menyala, ia ingin tau apakah ada kabar baik atau buruk dari Reni. Karena ponselnya tak kunjung menyala dan membuat Gio kesal, ia melempar ponsel tersebut dengan cukup keras sehingga menjadi dua bagian.
Ia melihat jam yang menghiasi dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 07.30. Ya, lagi-lagi ia terlambat untuk berangkat ke sekolah hanya karena hal sepele.
Setelah kejadian semalam yang menimpanya rasanya Gio hanya ingin tertidur selamanya. Namun, ia sudah berjanji agar tidak pernah pergi jauh meninggalkan orang-orang yang disayanginya.
OMG...Akhirnya bisa update lagi setelah sekian lamanya
Maaf ya baru bisa update
Terakhir update tuh april dan sekarang bulan juni lama banget ya gak update
Bye...12 Juni 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
My Memories
Fiksi Remaja[ON GOING] "Lo bukan suatu kebahagian yang hilang dari gue" ucap Variel dengan tatapan tajamnya. "Lo akan tau semuanya" balas Gio sambil menatap dalam-dalam mata indah seorang perempuan dihadapannya. "Siapa lo sebenernya dan apa yang lo tau dari g...