Part 6 - realised

746 89 7
                                    

Myung Soo sedang menaiki tangga saat sebuah suara memanggilnya. "Omo...Halmoni?"

Myung Soo bergegas turun kembali dan memeluk neneknya itu, dia sangat senang tapi rasa itu hanya sekejap saja karena tiba-tiba Myung Soo menyadari sesuatu. "Ada Halmoni berarti situasi akan semakin gawat,” batin Myung Soo.

“Cucuku sayang, kudengar kau sudah serius bekerja sekarang?”

Ne…aku akan berusaha”

“Bagus sekali, aku tahu suatu hari kau pasti akan berubah menjadi lebih baik.”

Halmoni, aku gerah sekali mau mandi dulu.”

“Baiklah, nanti kita bicara lagi.”

Myung Soo sedikit meringis.

Setelah mandi, Myung Soo memilih untuk membuka laptop-nya dan bermain game walaupun sebenarnya perutnya sudah minta diisi. 

Aiiiish, wahai perut bisakah kau tenang?” 

Terdengar suara ibunya dari balik pintu,  “Myung Soo, kenapa kau tak keluar juga? Ayo makan malam.”

“Aku malas sekali keluar tapi perutku tak bisa berkompromi. Tahu seperti ini aku tadi makan dulu sebelum pulang.” Myung Soo terus bergumam.

“Myung Soo!!! 

Ne, Eomma." 

Di meja makan Myung Soo tak banyak bicara, ia mencoba melahap makan malamnya secepat mungkin. “Uhuk uhuk!!

Aigoo, siapa yang menyuruhmu makan secepat itu? Lihatlah kau tersedak kan?” ucap sang nenek seraya memberikan segelas air.

“Ada yang harus kukerjakan setelah ini,” Myung Soo memberi alasan sekenanya.

“Myung Soo, kau bersikap baik di kantor, kan?” tiba-tiba ayahnya bersuara.

Abeoji...tentu saja aku bersikap baik.”

“Tunjukkan sikap hormatmu pada rekan-rekan kerja terutama pada senior.”

Myung Soo hanya mengangguk pelan, ayahnya menyindir perdebatannya dengan Sung Gyu Sunbae.

“Kapan aku ikut proyek sebagai arsitek?”

“Kau baru kerja, mulai dari bawah dulu.”

Arasso.” 

Setelah makan, nenek memaksa Myung Soo untuk mengobrol dan tentu saja Myung Soo tak kuasa untuk menolak.

“Tahun ini usiamu menuju dua puluh enam kan? Tak terasa cucuku tersayang sudah lebih dari seperempat abad hidup di dunia ini, sudah dewasa.”

Myung Soo senyum dipaksakan. 

“Kau ingat dengan Woo Hyun? Istrinya baru melahirkan dua bulan lalu. Suasana di rumah mereka saat ini semakin hangat.”

Ayah dan ibu Myung Soo mendengarkan dengan seksama seraya menatap Myung Soo sedangkan Myung Soo sendiri mulai panas dingin.

“Mi Sun sering sekali bercerita perasaannya memiliki cicit, ia terlihat sangat bahagia. aku tidak tahu apakah bisa juga merasakan punya cicit selagi aku masih hidup. Aigoo…kenapa kau diam saja? Apa ceritaku mengganggumu?”

Halmoni… apakah seseorang harus menikah untuk memenuhi keinginan orang tuanya yang ingin punya cucu dan juga neneknya yang ingin punya cicit?” 

Myung Soo mendapat hadiah jeweran dari neneknya.

“Kau ingin menghindari pernikahan? Kenapa mengeluarkan pertanyaan semacam itu, hah?”

Commitment Phobia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang