Hari ini Joanna tiba tiba merasa gelisah, seakan ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Joanna berjalan mondar mandir di dalam kamar yang sepi itu sendiri, tadi ia berpesan pada pelayan agar Leon dipanggil untuk bertemu dengannya. Tapi sudah satu jam berlalu Leon belum datang menemuinya. Tak lama kemudian pintu terbuka tapi bukan Leon yang datang, tapi Maura."Hai, ku dengar kaulah yang telah menyelamatkanku dari kematian." Maura mendekat dan memberi pelukan hangat. "Entah bagaimana caranya aku berterima kasih padamu, katakan saja padaku apa yang kau inginkan. Kakak pasti akan mengabulkannya untukku." Maura tertawa bahagia, menambah kecantikan Maura hingga bersinar. Wajah pucatnya telah lama meninggalkan wajahnya.
"Tidak perlu berterima kasih. sudah tugasku untuk menyelamatkan Anda, Putri."
"Jangan terlalu formal, panggil aku Maura. Dan aku tentu saja lebih mudah darimu, benarkan?" Maura tersenyum menggoda. "Mengapa kau memakai tudung kepala?"
"Eemmm .... "
"Baiklah aku mengerti, maafkan aku karena terlalu ingin tahu. Maukah kau menemaniku berkeliling rumah ini. Aku yakin mendengar kakaku berlaku sedikit buruk padamu."
"Sedikit bukan kata yang pas untuk apa yang kakakmu lakukan."
"Maafkan kakakku, aku yakin bukan itu maksudnya. Mungkin kakak hanya rindu pada tunangannya yang sedang pergi ke Swedia saat ini."
Deg
Tunangan?
Alpha sudah bertungan padahal Joanna lah matenya. Kabut gelap seketika menyelubungi tubuh Joanna, tangan kecil Joanna mencari pegangan saat dirasanya pening menekan nekan kepalanya.
"Tunangan?" Suara Joanna bahkan terdengan seperti bisikan daripada pertanyaan pada Maura. Tapi sepertinya Maura mendengar karena kemudian terdengar jawabannya.
"Iya, Alice tunangan Liam. Apa kau tidak tahu?" Lalu Maura memukul kepalanya seakan sadar. "Maaf aku lupa kau tidak berasal dari pack ini."
Joanna hanya menjawab dengan anggukan kecil tanpa sadar, karena hati dan fokusnya menghitam dalam kegelapan.
"Ayolah, Anna. Biar kutunjukan keindahan tempat tinggal kami."
Dengan linglung Joanna mengikuti mengelilingi rumah yang tentu saja tidak Joanna perhatikan. Maura yang berada di sampingnya terus mengoceh dengan riang menjelaskan apa saja yang ada di seluruh bagian rumah. Taman bunga yang berada di sisi barat terlihat menakjubkan jika saja Joanna memperhatikannya. Sungguh kasihan bunga bunga yang indah itu hanya diabaikan tanpa disentuh dan dihirup oleh Joanna.
Maura masih tak menyadari kegelisahan yang dirasakan oleh Joanna dan terus menggiringnya ke rumah kaca yang katanya dibuat untuk mendiang ibu Maura. Langkah kaki maura yang berhentilah yang menyadarkan Joanna akan keadaan sekelilingnya.
Maura terpaku kaget pada sosok Leon yang berjalan ke arahnya, Joanna akan memanggil Leon dan berniat memarahinya tapi urung karema terkesiap kaget melihat Leon yang juga terlihat kaget lalu bahagia ketika menghampiri Maura yang seakan tiba tiba terbang ke dalam pelukan Leon. Sepasang mate yang bertemu.
"Mate......"
"Mate......"
Maura dan Leon bereriak bersama, disusul tawa bahagia, haru, syok dan rasa syukur yang sangat. Lalu mereka berdua berpelukan dan berciuman tanpa tahu Joanna sebagai penonton berada di sana melihat semuanya. Ciuman yang panas terjadi disusul berubah wujud menjadi serigala yang saling menilat muka masing masing, berguling dan saling menggeram.
Joanna meneteskan airmata bahagia melihat Leon akhirnya bertemu dengan pasangannya, Joanna sebenarnya terlalu khawatir Leon hanya akan terpaku padanya. Leon dulu mengaku mencintai Joanna tapi Joanna yang tahu perasaan dan matenya menolak halus Leon, Leon pun berniat berteman dengannya agar selalu dekat dengan Joanna walau tahu perasaan Joanna hanya untuk Liam. Leon lah yang berada disisinya dalam suka dan duka, penghibur lara ketika kerinduan dan sakit melilit Joanna. Sekarang setelah Leon bertemu matenya Joanna tahu ia juga akan kehilangan temannya, tapi itu sepadan dengan rasa bahagia yang dirasa oleh Leon. Joanna sekarang sendirian, dan harus kuat setelah tadi mendapat kabar yang tidak disangkanya.
Melihat dua serigala yang masih saling mengeram dan saling bertubrukan dilantai, membuat Joanna merindukan sesuatu. Bahkan Joanna bahkan belum merasakan ciuman panas yang seperti Leon dan Maura bagi bersama. Kadang Joanna selalu membayangkan andai saja ia dan Liam dapat bersama, membagi hari, perasaan dan segala hal bersama.
Tanpa sadar langkah kaki Joanna memasuki rumah kaca yang dipenuhi bunga langka yang terlihat diawetkan. Sekilas Joanna berpikir andai perasaan cintanya dapat diawetkan seperti bunga bunga itu. Saat pandangannya mengarah ke tengah rumah kaca itu barulah ia melihatnya. Pria itu sedang berpelukan dengan seorang wanita, Liam-nya bersama wanita lain.
Tangan Joanna yang lemas bergetar mencengkeram erat dadanya, bibir merahnya pun bergetar meski Joanna menggigitnya menahan tangis. Tubuh Joanna akan limbung jika saja tatapan Liam tiba tiba balas menatapnya, tatapan Liam yang bagi Joanna seakan mengejeknya dan menunjukkan padanya bahwa Liam memang tidak membutuhkannya.
Joanna bergerak mundur seakan baru saja ditabrak badai hingga membuat tubuhnya menjadi serpihan, saat melihat tangan Liam semakin erat memeluk wanita yang tertawa bahagia itu semakin membuat Joanna luruh dalam kedalam kegelapan yang begitu menyakitkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tempted by the Alpha
WerewolfJoanna menyadari mencintai orang yang salah, bahkan ia mendapat luka yang membekas di wajahnya karena rasa cintanya tapi pria itu tidak pernah menoleh kearahnya. hanya ada hinaan dan tatapan jijik yang pria itu berikan pada Joanna. Liam tahu wanita...