Part 12

5K 811 33
                                    


Maura berjalan mondar mandir di ruang duduk utama, rasa khawatir memenuhi pikirannya. Maura tahu kakaknya itu pasti tidak dengan mudah memberikan restunya, meski bukan primadona tapi Maura sadar banyak anggota pack yang tertarik padanya meski bukan pasangan dari moongoddess. Dan kakaknya itu terlalu protektif untuk dengan mudah  melepaskannya. Tapi Maura sangat berharap kakaknya juga bisa bahagia agar dirinya pun bisa tenang menempuh hiduo baru dengan Leon.

Dari tangga atas Joanna turun, Maura menatap Joanna dan mendekat.

"Anna. "

"Maura? Ada apa? "

"Bagaimana bila kita berjalan jalan ke taman? "

"Baiklah,  apa ada yang membuatmu cemas? "

"Hanya ingin berbincang denganmu. "

Mereka berdua berjalan ke arah taman dekat air mancur buatan, terik matahari bersinar cerah terasa di atas kepala. Maura bergerak gerak gelisah,  akan berkata tapi ragu.

"Katakan saja, Maura. Apa yang ingin kau bicarakan? "

"Emm---kau tahu kalau Leon dan aku adalah..... Emm pasangan? "

"Ya,  aku bisa melihatnya. " ujar Joanna sambil tersenyum,  mulai tahu arah yang dibicarakan Maura.

Maura tersenyum malu malu.

"Maukah kau menceritakan tentang Leon padaku? " Maura bertanya tidak yakin.

"Tentu saja, apa yang ingin kau tahu tentang Leon? "

"Semuanya. "

Tanpa sadar keduanya terus berjalan hingga menjauh dari taman,  dengan asyik mereka berbagi cerita tentang Leon dan Maura sendiri tentang masa kecilnya.

"Benarkah Leon seperti itu? "Maura terkikik geli mendengar betapa lucunya kelakuan Leon saat menghibur Joanna.

"Kau tak akan bisa membayangkannya. "jawab Joanna sambil tersenyum kecil saat mengingatnya.

"Kau tahu kakakku dulu hampur saja mati, untung saja----"

Buuuuussss

Maura terdiam saat  angin kencang tiba tiba datang, Joanna pun waspada.

"Bau ini, vampir! "

Ada sekitar lima orang vampir yang datang dan menghadang mereka berdua,  kemudian satu orang lagi datang dari arah belakang.

"Mikael? "

"Aku sangat senang kau masih mengingatku, Joanna. " Mikael tersenyum menyeringai.

"Berani sekali kau datang ke wilayah kami! "Maura berkata keras.

"Ck ck, aku bisa datang kemanapun yang ku inginkan. " dengan gaya pongah yang tetap terlihat seksi Mikael berdecak tak senang. "Tidak ada yang bisa menghalangiku, termasuk dirimu makhluk kecil. "

"Makhluk kecil? Yaaaak!!! aku lebih kuat dari yang kau kira." Maura kesal mendengar dirinya dikatai kecil,  Maura adalah wanita dewasa. Pantang menyebutnya kecil.

"Hmmm,  mungkin kita bisa melihatnya nanti. "

"Jangan menantangku! "ujar Maura keras.

"Maura tenanglah,  kita kalah jumlah dengan mereka. Lebih baik mencari tahu keinginan mereka daripada mengeluarkan tenaga dengan percuma." Joanna memegang lengan Maura untuk menahannya.

"Apa yang kau inginkan, Mikael? "

"Joanna,  kau selalu terlalu pintar dari yang lain. " Mikael menyindir Maura. "Seperti janjiku terakhir kita bertemu,  aku akan membawamu ke istanaku. "Mikael tersenyum menyakinkan.

Kalo saja hati Joanna tidak terpaut pada Liam,  mungkin Mikael adalah lelaki yang tepat untuk menghuni hatinya. Mikael seperti jelmaan malaikat dari kegelapan,  pesonanya bisa membawa masuk ke dalam gelombang kehancuran. Tapi pesona Mikael sangat sulit untuk ditolak, auranya yang gelap malah terlihat semakin memikat bagi kaum perempuan. Hanya Joanna yang sedikit pun tidak tergoda, memang benar Joanna mengakui ketampanan dan juga kharisma Mikael tapi jelas Mikael bukan untuknya. Kaum mereka berbeda,  permusuhan lama diantara dua makhluk itu akan tetap ada. Untuk selamanya.

"Aku tidak akan pergi denganmu. "

"Aku tidak memintamu. "Mikael tersenyum manis. "Aku akan membawamu bersamaku, itu perintahku. "

Maura menggeram hebat, Maura siap berubah wujud jika saja Joanna tidak mencegahnya.

"Ikutlah denganku dengan tenang,  maka makhluk kecil itu akan pulang dengan keadaan selamat atau dengan kekerasan dan kalian tetap kalah. "

Mikael menatap Joanna serius kali ini, tatapan tajam Mikael mengatakan bahwa dia berkata serius. Joanna tahu mereka akan kalah, dan Joanna tidak ingin Maura terluka karenanya.

"Baiklah, aku akan ikut denganmu asal kau lepaskan Maura."

"Tidak,  Joanna itu tidak benar. Ayo kita melawan mereka,  kita pasti bisa. jangan biarkan mereka membuatmu takut, aku rela mati untuk bisa melenyapkan mereka semua. "

Mikael tertawa kencang.

"Apa yang kau tertawakan, brengsek? "
"Makhluk kecil sepertimu ingin melenyapkanku, jangan harap!" Mikael mengejek.

"Maura dengarkan aku, hanya ini satu satunya jalan agar kau bisa pergi dan meminta bantuan. Aku yakinkan dirimu bahwa aku baik baik saja. "

Setelah melihat Maura yang mencerna perkataannya, Joanna berjalan ke arah Mikael.

Tangan Mikael terulur meminta sambutan dari Joanna,  setelah cukup lama Joanna menyambut tangan Mikael pelan. Dengan cepat Mikael membawa pergi Joanna secepat angin. Meninggalkan Maura yang masih bingung dengan apa yang terjadi.

Maura berbalik dengan cepat agar bisa meminta bantuan pada kakaknya.

Dengan terengah-engah setelah menemukan Liam,  Maura menceritakan apa yang terjadi.

"Apaaa? Si penghisap darah itu membawa Joanna? " Liam berteriak panik.

Maura menatap kakaknya dengan tanda tanya penuh,  kenapa kakanya sangat khawatir sekali dengan keadaan Joanna? Itu seperti bukan Liam,  yang boleh dikata cuek bahkan pada Alice, kekasihnya.

Tempted by the AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang