Part 11

5K 770 30
                                    


Liam menatap orang di depannya penuh tanya, pandangannya masih saja bingung. Liam menatap Joanna yang sedang membetulkan baju kusut karena ulah tangannya, gerakan itu terhenti saat sadar orang lain juga melihatnya dan bisa menimbulkan kecurigaan.

"Liam, apa yang kau lakukan disini? Aku sudah me-mindlink mu mulai tadi tapi kau menutup komunikasinya. "

Orang didepannya itu menatap Liam lalu ke arah Joanna, banyak pertanyaan dikepalanya yang terlihat dari raut wajahnya. Kembali lagi tatapan itu menghujam pada Joanna lebih lama.

Liam yang seakan tersadar kemudian memberi isyarat untuk mengikutinya keluar, sesaat akan mencapai pintu Liam memberi tatapan intim pada Jonna. Joanna yang sadar menjilat bibirnya yang terasa bengkak. Joanna sangat sadar bekas panas yang ditimbulkan Liam padanya.

Liam berjalan ke dalam ruang kerjanya, duduk dibalik meja dan menatap orang itu, menunggu.

"Liam, maaf kalau aku mengganggu mu. Ada berita penting dari Gamma Aron, para rogue sudah membuat kerusakan lain di sisi selatan pack."

"Hmm... "

"Liam, apa yang kau pikirkan? " Aram melihat Liam yang masih saja belum fokus.

"Baiklah, suruh Aron dan juga Daniel ke perbatasan dan memancing rogue mendekat agar kita bisa menangkapnya."

"Baiklah. " setelah diam sebentar lalu bertanya. "Apa kau dan Alice baik-baik saja? "

Liam terdiam sebentar.

"Ya, kami baik baik saja. "

"Lalu ada apa kau dengan Anna? "

"Hati hati, Aram. Keingintahuan bisa membunuhmu." ujar Liam sinis.

"Maafkan aku, aku merasa ada sesuatu antara kau dan Anna yang coba kau sembunyikan. Aku hnya ingin kau bahagia, Liam. Kalau ada sesuatu hal, kau bisa berbagi denganku. "

"Tidak, belum ada. Nanti akan ku ceritakan padamu, tapi bukan sekarang. "

"Baiklah, aku paham. Maura ingin bertemu denganmu. " kata Aram mengalihkan pembicaraan.

"Bawa Maura menemuiku disini,"

Aram mengangguk lalu keluar. Sesaat kemudian Mauran dan Leon berjalan bersisihan ke dalam ruang kerja Liam. Liam menatap Maura yang memegang tangan Leon erat, sesaat kemudian baru tersadar akan apa yang terjadi.

"Kakak.... " Maura berbisik pelan, dalam hati ada ketakutan akan ketidaksetujuan tentang Leon yang menjadi pasangannya. "Aku baru saja menemukan Leon sebagai----em.... Pasanganku. " ragu ragu Maura berkata.

Liam dengan gaya santai bersandar kebelakang kursinya sambil mengamati Leon dengan pandangan tajam dan menusuk. Maura yang tahu akan sikap Liam mencoba berkata tapi tangan Leon menahannya. Leon tahu Liam hanya akan mengujinya, pantas tidaknya ia menjadi pasangan untuk adik tersayangnya.

"Apa yang bisa kau berikan pada adikku untuk membuatnya bahagia? " tanya Liam setelah beberapa saat dalam keheningan yang mencekam.

"Apapun yang bisa ku lakukan untuk membuatnya bahagia." ujar Leon tegas.

"Seperti apa misalnya? "

"Keamanan, kebahagiaan, dan kenyamanan."

Liam menerima jawaban itu dengan lebih santai, Liam dapat menilai Leon adalah pria yang bertanggung jawab. Tapi ada selentingan tentang hubungan Leon dan Anna yang sedikit membuatnya khawatir.

"Maura, pergilah agar aku bisa berbincang berdua dengan Leon. "

"Tidak, kau tidak akan melakukan apapun---"

"Tenanglah! aku tidak akan memakannya, kan. Kau bisa pergi sekarang. Biarkan aku berbicara dengannya."

"Baiklah, tapi aku tidak ingin mendengar hal buruk setelah ini. " Maura keluar setelah sekali lagi menatap Leo dan Liam yang masih tak bersuara, Leon memberikan tatapan menyakinkan bahwa dirinya akan baik baik saja. Maura mengangguk setuju baru melangkah keluar.

"Ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu." Leon menunggu, Liam bahkan tidak berkedip dan masih menatap tajam ke arah Leon. Liam benci mengakui ia merasa resah saat tahu Leon adalah orang terdekat Anna, apalagi dengan adanya gosip tersebar bahwa Leon memuja Anna.
"Kau mencintai Anna? " dan dalam pandangan siapapun itu bukanlah pertanyaan melainkan pernyataan.

"Ya,  aku mencintainya. " Leon menjawab tegas lalu melanjutkan, "Dulu. "

"Hmmm..... Jadi 'Dulu' kau mencintai Anna dan sekarang setelah bertemu adikku cintamu tiba tiba hilang? " ujar Liam sinis.

"Bukan karena adikmu,  sudah sangat lama Anna memberitahuku bahwa cintanya sudah dimiliki orang lain. " pandangan Leon tertuju pada Liam dengan tajam.  "Mate yang coba merejectnya. "

Mata Liam mengerjap kaget oleh ucapan Leon,  seakan kata kata itu memukulnya telak.

"Kau tahu? "

"Aku tahu segalanya. " Leon berkata pasti.  "Seharusnya kau tahu perasaan  seorang mate yang direject oleh pasangannya pasti akan menderita,  seharusnya kau menghargai pasanganmu karena moongoddess sudah menciptakannya untukmu."

"Kau tidak tahu apapun untuk punya hak berbicara seperti itu padaku. "

"Sebaliknya,  aku lebih banyak tahu dari pada dirimu. Banyak hal yang tidak kau ketahui dengan matamu tertutup seperti itu. " ujar Leon sinis,  lalu melanjutkan.  "Dan aku tidak perlu ijinmu untuk memiliki pasanganku sendiri." Leon tertawa kecil melihat kemarahan Liam. "Dan ingat,  menderita adalah pilihanmu sendiri. Ku harap kau cepat sadar apa yang telah kau buang dan sia siakan adalah sesuatu yang sangat berharga."
Setelah berkata begitu Leon keluar dengan percaya diri.

Liam yang melihat itu geram bukan main. Dia seorang alpha dan berani beraninya Leon mempertanyakan apa yang dilakukannya.

Tempted by the AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang