Part 6

4.9K 812 65
                                        


Joanna menahan diri lebih keras agar tidak berbalik dan memandang Liam yang dirindukannya. Seberapapun besar keinginannya tapi Joanna tahu takdir tidak berpihak padanya. Hanya keinginan kecil dari  Joanna adalah pergi dan lari sejauh mungkin, tapi Joanna bahkan belum  mencapai pintu saat Liam bersuara.

"Masuk kembali ke kamarmu, Joanna!" Liam menggeram kesal karena tak dihiraukan Joanna. Disentaknya tubuh Joanna dengan cengkeaman sedikit erat ke arah kamar. Joanna terkesiap kaget, mencoba meronta agar terlepas tapi cengkraman Liam mengapitnya bagai himpitan dinding yang  keras dan kokoh yang tak terobohkan. Saat tangan Joanna mencekal lengan Liam itulah ia baru sadar darah merembes dari luka di lengan Liam.

Mungkin karena terlalu terganggu oleh keberadaan Liam hingga membuat penciumannya tentang darah terhalangi. Langkah Joanna yang nematung membuat Kiam pun berhenti melangkah.

"Kau terluka . . . " Joanna masih menatap darah yang ada ditangan nya dari luka Liam dengan nanar.

"Apa pedulimu....." ujar Liam sinis.

Joanna mendonggakkan kepala menatap Liam yang balas menatapnya tajam.

"Itulah bedanya kau dan aku, kau tidak pernah peduli apapun atau siapapun. Kau hanya peduli pada dirimu sendiri." Meski mulut Joanna berkata begitu tapi tangannya meraih lengan Liam yang terluka dengan pelan dan lembut, membersihkan darah dengan kain yang dipegangnya asal.

Liam mengelak sentuhan lembut Joanna, Liam tidak yakin akan reaksi dirinya akan Joanna. Seakan ada kelemahan jika Joanna menyentuh dirinya. Tapi Joanna menariknya ke arah ranjang dan menduduknya dengan memaksa di pinggir ranjang. Perlahan tangan lemah lembut Joanna merayap ke arah lengannya dan membersihkannya lalu sambil memejamkan mata Joanna menyembuhkan luka itu hingga tertutup dan kering seperti tidak pernah ada luka disana.

Mata Joanna terbuka dan menelusuri tubuh Liam dengan mata bulatnya yang indah, sesaat Liam terdiam saat memandang bibir Joanna yang sangat menggoda untuk dicium. Ketika jemari lembut Joanna berada di lehernya yang tergores sesuatu berdesir samar tapi menggetarkan dalam tubuh Liam. Saat wajah Joanna yang tersingkap dan memperlihatkan wajahnya yang terluka tangan Liam terkepal dengan erat lalu memalingkan wajahnya. Liam seakan kesakitan.

Lalu seakan menguatkan diri Liam menatap kembali pada Joanna yang telah menatapnya, wajah Joanna seakan memperlihatkan reaksi Liam yang wajar akan rasa jijik pada wajah Joanna padahal Liam bukan merasa jijik tapi sesuatu yang lebih mendalam seperti rasa sakit yang sama dirasakan Joanna. Kembali lagi Joanna menyembuhkan luka dilehernya. Tanpa berkata apapun.

"Apa yang terjadi pada wajahmu?" Tanya Liam serak dan pelan. Berbagai emosi berkelebat di mata Joanna dan Liam sulit menebak apakah itu.

"Hanya Rogue." Joanna memalingkan wajah saat menjawab Liam, dan Liam merasa ada sesuatu yang salah. Sesuatu yang disembunyikan Joanna darinya.

Tangan Liam mencekal lengan Joanna dan menekannya agar berbalik dan menatap wajahnya. Mata Joanna berkaca kaca dengan rasa sesak yang Liam dapat rasakan, seketika pertanyaan yang akan keluar dari mulut Liam tiba tiba menghilang. Perlahan tangan Liam menyentuh bekas itu di wajah Joanna dengan rasa keingintahuan, penuh kelembutan dan rasa kasih. Sesaat Joanna berpikir Liam memiliki sedikit perasaan padanya, hanya sedikit. Yang terlihat dari sentuhan dan tatapan matanya. Wajah Liam begitu dekat, hanya sedikit saja maka bibir mereka akan bersentuhan.

Benak Joanna berputar putar penuh harap, aroma Liam terasa semakin memabukkan dan membuatnya pening karena keenakan. Napas Joanna seakan dirampas cepat oleh Liam, dengan penuh kekuasaan dan keangkuhan yang terasa begitu nyata.

"Bernapaslah, Joanna." Ujar Liam pelan dan sensual. Seakan mengejek dan menggodanya dalam waktu bersamaan.

Joanna seketika bernapas tersendat, masih bergemuruh dalam badai godaan yang menyesakkan. Joanna berusaha pergi tapi tangan Liam menggapai pinggang Joanna dan menahannya. Napas Liam menerpa wajahnya yang begitu dekat, Joanna tidak bisa menahan diri memandang bibir Liam yang juga menariknya mendekat.

Wajah Liam semakin dekat, terlalu dekat hingga napas keduanya menjadi satu dalam tarikan napas. Joanna memejamkan mata dalam harap. Tapi kemudian tubuh Liam menegang dan tiba tiba menjauh dari Joanna. Joanna merasa kehilangan. Sesuatu yang hangat tadi telah hilang, meninggalkan kehampaan. Mata Joanna terbuka nyalang menatap Liam yang menjauh tanpa kata, tanpa penjelasan. Seakan kedekatan mereka tidak pernah terjadi.

Saat kemudian menetap wajah Liam yang ada hanya kemarahan di dalan eksperi pria itu, membuat Joanna merasakan sakit kembali teruruk dalam jurang. Harapan hancur berkeping keping.

Tempted by the AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang