Part 10

5.3K 772 51
                                    


Pandangan tajam Liam bertabrakan dengan tatapan menyeringai yang diberikan Mikael pada Liam. Liam mengertakkan giginya menahan amarah yang menguasainya. Liam begitu benci dengan sosok vampir didepannya ini,  bisa disebut kalau Mikael adalah musuh bebuyutannya. Sampi saat ini Liam masih belum membinaskan Mikael dengan cara apapun,  vampir yang sudah hidup ratusan tahun itu memiliki kekuatan yang hampir sama dengannya. Dulu waktu pertempuran terjadi antara wolf dan vampir banyak kematian yang terjadi tapi tidak pernah menyentuh makhluk abadi satu ini.  Berbagai cara yang telah Liam pikirkan,  dari segala peluru perak dan juga tombak khusus yang dibut untuk membunuh Mikael masih saja tak bisa melumpuhkan Mikael.

Liam berharap bisa melihat Mikael terbakar api neraka yang akan membinasakannya untuk selamanya, sampai saat ini kelemahan itu terasa buram untuk Liam tahu. Dan keinginan itu semakin membara saat melihat Anna bersama dengan begitu dekat dengan vampir sialan itu.

"Ck ck,  apa harus aku yang menjawabnya,  Joanna. "  tanya Mikael dengan seringai yang membuat wajah tampannya semakin berkali kali lipat tampannya.

Liam memandang Joanna mencari tahu,  saat Joanna hanya diam saja Liam semakin bertanya tanya dalam hati. Ketika pelukannya terlepas dari tubuh Joanna,  sambaran cepat terjadi di depan matanya. Joanna kini berada dalam dekapan Mikael.

"Masih saja bodoh seperti biasa." Liam mengumpat mendengar ejekn dari Mikael. " Joanna,  sayang.  Harusnya kau bercerita pada kaum Anjing itu siapa sebenarnya dirimu."

Liam mengeram karena panggilan Anjing itu membuatnya marah,  memang benar bahwa wolf hampir sama seperti anjing tapi kaum wolf tidak pernah sudi disamakan dengan anjing yang lemah itu.

"Tenanglah, kau mau wanita ini atau tunanganmu itu.  Harusnya kau bisa bersikap gentle dengan memilih satu dan bukan dua duanya. Bagaimana kalau Joanna untukku saja? " ucapan Mikael diiringi tawa mengejeknya.

"Hentikan omong kosongmu itu,  brengsek. Kalau berani hadapi aku,  jangan jadikan wanita sebagai temengmu. "

"Wah wah....  Seperti kau mampu mengalahkan aku saja.  Tapi hari ini aku sedang malas mengeluarkan tenaga sia sia untukmu. " dengan nada malas malasan Mikael berkata.  "Nanti,  akn ku bawa Joanna denganku jika kau tak mampu menjaganya.  Untuk saat ini sudah cukup. " dengan sengaja Mikael menyentuh bahu Joanna pelan,  dan mendekatkan mulutnya pada telinga Joanna.  Membisikkan sesuatu yang hanya mampu didengar oleh Joanna dan Mikael.

Perbuatan itu membuat Liam memdidih dan geram,  dengan cepat Liam berubah dan menerjang Mikael.  Mikael yang sudah menduga tindakan Liam bergerak menghindar dengan membawa Joanna serta, dengan sengaja dikecutnya pipi Joanna dan berlalu. Joanna hanya mampu memejamkan mata melihat kelakuan Mikael itu,  ingin sekali memukul Mikael tapi ia tahu itu percobaan yang sia sia.

Liam menggeram melihat itu,  hampir saja ia menerjang Mikael kembali jika saja tidaj cukup awas melihat Mikael bergerak ke atas pohon dan pergi. Ia jelas tidak mau melukai Joanna dengan cakarnya.  Ingin sekali Liam mengoyak goyak tubuh Mikael dengan moncongnya hingga menjadi serpihan kecil dan membakarnya menjadi abu.  Tapi itu bisa menunggu,  saat ini ia hanya ingin Anna kembali bersamanya.

Liam membawa tubuh Anna di punggungnya dan melesat ke arah pack dengan cepat.

"Jelaskan maksud Mikael tadi padaku,  Anna.  Atau Joanna? "

Joanna hanya membetulkan tudung kepalanya tanpa membalas pandangan Liam,  baru saja sampai ke dalam rumah saat Liam mengajukan pertanyaan itu dan Joanna masih belum menyiapkan jawabannya.

"Jawab  aku,  apa kau tuli!" Liam membentak keras karena hilang kesabarannya.  Suasana hatinya sedang tidak bagus karena ulah Mikael tadi.

"Aku mendengarmu,  dan ku rasa itu juga bukan urusanmu. " Joanna menjawab dengan dingin.

Liam yang mendengar itu semakin kesal dan marah,  ditariknya lengan Joanna kasar dan berlalu menuju kamar yang ditempati Liam.

"Jawab pertanyaanku,  apa hubunganmu dengan vampir brengsek itu? "

"Kenapa kau tidak mengurus tunanganmu saja daripada mengurusiku? " ujar Joanna sinis.

Liam menatap tajam ke arah Joanna dalam diam.  Meresapi perkataan Joanna yang mengetahui hubungannya denga Alice.

"Apa kau cemburu?"

Joanna tertawa.

"Kenapa kau tertawa? Apa kau takut pada perasaanmu sendiri? " ujar Liam semakin intens menatap Joanna,  lama saat menatap bibir Joanna terlihat kemerahan. "Mungkin lebih baik jika aku menandaimu,  bukankah kau memang mate-ku. " Liam menyentuh bibir Joanna. Menatapnya penuh damba.  Dari awal Liam tahu bahwa meski ia berusaha menolak Joanna,  tetap saja tubuhnya tidak bisa menuruti keinginannya.  Liam ingin menyentuh Joanna,  dimana mana.  Keinginan itu begitu kuat.

Joanna pun sama,  keinginan untuk menyentuh Liam sangat kuat hingga tubuh Joanna bergetar menahannya.  Saat tangan Liam menyentuhnya,  bibirnya,  Joanna tahu pertahannya hampir hancur.  Desahan hampir saja keluar dari mulutnya yang terbuka oleh godaan jari Liam. Saat tangan Liam menyingkap tudung kepalanya dan mendongakkan kepala menatap balas ke arah Liam. Joanna melihat kabut gelap yang juga menguasai Liam sepenuhnya. Joanna ingin,  sngat ingin merasakan Liam di tubuhnya. Joanna mendamba teramat lama untuk ini,  dan Joanna tidak bisa menolaknya.  Meski dalam keraguan yang kental,  ia tidak bisa.

Tahu ada pertarungan dalam pikiran Joanna, Liam mengambil alihnya.  Mencium bibir Joanna dengan perlahan dan hati hati.  Tapi tetap saja tubuh Liam langsung bereaksi berlebihan,  penuh hasrat dan gairah yang menerjangnya. Bibir Liam meraup segalanya,  meminta apaoun yang bisa diberikan Joanna lewat bibitnya untuk Liam.

Erangan terdengar saat Lim melepas dengan enggan bibir Joanna,  tak sanggup menjauh dan kembali melunat bibir Joanna. Lidah Liam membelenggu Joanna dalam lilitan yang erat,  menjelajah,  mencari tahu,  menginginkan lebih.  Tangan Liam merapatkan pinggang Joanna ke arah tubuhnya yang sudah sangat tegang.

Joanna mengerang dalam dalam, sangat menikmati rasa Liam dilidahnya. Joanna memejamkan mata dengan hasrat bergejolak, tagan Liam masih menahan kepalanya agar tak menjauh saat lidahnya berada dileher jenjangnya.  Menggoda.

"Ya Tuhan,  Anna.  Kau begitu manis dan nikmat saat bersamaan. " Liam mengecup kembali bibir Anna dengan lembut dan menyeluruh. Tangan Liam menyentuh sisi payudaranya sesaat kemudian puting Joanna menegang penuh harapan. Hampir saja mulut Liam berpindah kesana saat samar samar sebuah suara memanggil nama Liam.

Liam yang tak sadar masih sibuk mencumbunya,  tangan tangan hangat Liam sudah menjamah hampir seluruh tubuhnya.  Lidahnya bahkan menjelajah mulut dan lehernya dengan kelembutan yang membuat Joanna ingin menjerit nikmat.

Suara itu muncul lagi membut kesadaran Joanna muncul lagi, di lepaskannya tangan Liam yang akan menyentuh payudaranya. Liam yang kaget karena Joanna yang menjauh masih belum sadar,  Liam masih menatap Joanna dalam kabut gairah.  Setelah satu menit berlalu dengan Liam menatap Joanna,  bibirnya akan bertanya apa yang menhentikan mereka ketika pintu terbuka dibelakangnya.

"Liam? Apa yang kau lakukan disini? "
Liam masih bingung saat tatapan bertanya dari orang yng baru saja masuk dan mengganggu  kegiatan panasnya dengan Joanna menatapnya penuh tanya.

Tempted by the AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang