Sore itu langit tampak cerah, tepat pukul lima aku meninggalkan meja kerja ku dan siap untuk pulang menuju kosan ku yang sudah aku tinggali selama kurang lebih tiga tahun. Saat aku menapaki kaki ku di loby yang terdapat di lantai dasar gedung kantor ku, aku melihat sosok pria yang diam-diam ku rindukan, dialah Bang Ardy. Sebenarnya ingin aku menghindar darinya, melupakan perasaan cinta ku padanya, jatuh cinta diam-diam hanya membuat batin ku tersiksa. Namun bukannya mengacukannya, kaki ku malah membawaku mendekat padanya, kini jarak kami hanya lima langkah dan dia tersenyum sangat manis kearah ku.
"Sore, Rena.. "
"Hay, uda dari tadi lo, Bang? "
"Ahh, enggak kok, baru juga satu jam empat puluh menit gue di sini, haha. "
"Maaf ya, lagian lo ngapain pake jemput gue sih? "
"Ohh iya Ren, bisa gak kalau kita ngomongnya gak usah pake 'Lo dan gue lagi?' kayanya saya lebih suka kalau di panggil 'Abang'. Boleh kan? "
Aku diam hanya menganggukan kepala tanda setuju, dan selanjutnya hanya diam tanpa kata yang terucap dari bibir ku.
"Kok diam? Mau kemana kita Ren? "
"Pulang. Aku lagi gak ada tempat tujuan. "
"Oke, yuk naik!. Kita motoran aja yah, biar lebih romantis. "
"Apa? Romantis dia bilang? Oh tuhan... Di anggap apa aku ini sebenarnya?"
Aku mendudukan tubuh ku pada jok motornya, beruntung aku mengenakan celana panjang dan atasan belezer hari ini.
"Pegangan Ren! nanti kamu jatuh."
Tanpa izin ku, dia menggenggam tangan ku dan membimbing ke pinggangnya. Seketika jantung ku berhenti berdetak, aku senang, senang bisa bersentuhan dengannya, menghirup wangi tubuhnya, memeluknya, dan bersandar seperti ini, sungguh membuat ku nyaman dan tak ingin waktu cepat berlalu.
"Ren, makan dulu yuk, Abang lapar. "
"Dimana? "
"Kok kamu jadi cuek gitu Ren? "
"Hah.. Cuek gimana? Aku cuma capek aja kok. "
"Ya uda, kita makan dulu ya, sekalian ngopi-ngopi kita. "
"Boleh deh. " jawab ku singkat.
Selanjutnya motor melaju membawa kami ketempat yang di tuju, saat jam pulang kantor begini, jalanan tampak ramai, dan kami pun menikmatinya, karna beginilah suasana jakarta saat pagi dan sore hari.
###
Bang Ardy membawaku ke caffe jingga, yang terletak di bilangan blok M, Jakarta Selatan. Kami nemilih duduk di tempat yang lumayan sepi, tepat di belakang caffe.
'Mau pesan apa Ren? " sambil di sodorkannya buku menu yang sudah tersedia
"Nasi goreng ayam kampung aja Bang. "
"Minumnya? "
"Coffe latte aja."
"Sama air putih ya Ren!. Masa kamu gak minum air putih?"
"Oke deh."
Dan selanjutnya aku hanya diam membisu, berusaha mencerna setiap tingkahnya yang membuat ku bingung. Apa sebenarnya yang ada di kepala nya, di anggap apa aku ini? Terkadang aku merasa seperti kekasihnya, dan terkadang aku merasa seperti temannya, apa mungkin aku selingkuhannya? . Mungkin saja, toh dia sedang jauh dengan kekasihnya. Dan tak menutup kemungkinan aku di jadikan pelampiasan olehnya, hanya pelampiasan. Pedih rasanya batin ini jika memang aku hanya simpanan baginya, dan aku semakin diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUNGGU CINTAMU (Sudah Terbit)
Fantasíamenikah dengan mu tak semudah dan seindah yang ku bayangkan. tubuh mu memang ku miliki, tapi tidak hati mu. tiap malam kau mencumbu ku, tapi bukan nama ku yang kau sebut, sebegitu cinta kah engkau kepadanya? Lalu siapa aku di mata mu?. Lihatlah aku...