Arvita Mahatvarvirya
Siang itu aku dan Bang Ardy memilih sebuah pondok es krim untuk bersantai dan membahas apa yang ingin ku pertanyakan sejak kemarin padanya.
"Bang, kenapa tiba-tiba kamu meminta ku untuk menikah?" tanya ku, memulai obrolan kami.
"Dia menghilang, memblokir komunikasi kami saat aku memintanya untuk menikah." jawabnya.
"Kok bisa? "
"Entahlah, aku pun tak mengerti."
"Lalu dimana dia sekarang?"
"Aku tak tau Ren."
"Lalu, aku di jadikan pelarian mu Bang? "
Bang Ardy diam tak menjawab pertanyaan ku. Mungkin benar aku hanyalah pelarian baginya. Sakit, dan sesak dada ku yang kini ku rasa. Ku alihkan pandangan ku, aku enggan untuk menatapnya yang duduk diam di hadapan ku. Aku tak mampu menahan tangis atas kesedihan ku, begitu teganya dia menjadikan ku sebagai pelariannya.
Aku lelah, kuputuskan untuk pergi meninggalkannya yang masih diam tanpa menjawab pertanyaan ku. Saat kaki ku melangkah, dia mencegahku pergi.
"Maaf aku tak bisa menikah denganmu. Aku ingin menikah dengan pria yang benar-benar mencintaiku dengan tulus. Maafkan aku Bang, tolong jangan hentikan langkahku!" pinta ku setengah berteriak.
"Dengar dulu Ren, dengar penjelasan ku! "
"Apalagi yang harus ku dengar?"
"Tenangkan emosimu...." aku memotong kalimatnya yang belum dia selesaikan.
"Kamu mau bilang, kalau aku hanya pelarianmu, dan aku harus mau menikah denganmu, dan jika kekasihmu kembali, kamu akan meninggalkanku dan kembali padanya. itu kan yang ingin kamu katakan? " aku meluapkan kekesalanku, kekecewaan ku dan kemarahanku padanya.
"Bukan, bukan itu Ren."
"Lalu apa?"
"Aku memang mencintainya dan sangat menyayanginya. Tapi, entah mengapa aku pun juga menyayangimu, berada di dekatmu membuat ku nyaman. Kamu ingat saat kita di hutan mangrove? Saat kita di jembatan cinta, aku memanggil namamu disana. padahal saat itu kamu ada di dekat ku. Tapi entah mengapa hati ku terus memanggil namamu.dan saat aku menyusul mu ke stasiun gambir, saat itu aku takut kamu pergi dan tak akan kembali, dan itu sebabnya aku pergi sebelum kamu naik kekereta itu, aku benar-benar takut Renata. Tapi, kalau saat ini kamu bertanya apakah aku mencintaimu? Aku belum yakin itu, tapi aku yakin jika aku menyayangimu. Ku mohon percayalah. Aku akan mencintai mu seperti yang kamu mau, aku akan menjaga mu melebihi apa pun itu. Ku mohon,Ren!"
"Mengapa kamu memilihku? Pengakuan mu membuat ku terluka Bang Ardy.. "
"Aku membaca wattpadmu, cerpen yang kamu tulis, itu aku kan? Kamu menunggu cinta ku, Renata."
Aku tak percaya sejauh itu dia tau segala tentang ku. Dan itu memang benar, aku mencoba mengabadikan kisah cinta ku melalui sebuah cerpen yang ku tulis dan ku postkan di akun wattpad pribadiku.
"Akan ku buat ending yang indah untuk cerpenmu, sabarlah untuk keindahan yang akan ku berikan untukmu,Ren!"###
Hari ini aku merapihkan rumah dinas yang kini ku tempati bersama suami ku, Sertu Ardy. Rumah kecil minimalis, bercat hijau tersebut ku tata sedemikian rupa agar terlihat lebih hidup dan natural. Kamar tidur utama ku tempelkan walpaper dengan corak merah hati untuk menghidupkan sisi romantis di antara aku dan Bang Ardy. Dan di ruang tamu ku tambahkan bunga sakura yang terbuat dari plastik dan menambahkan aksen feminim, sedang dapur, ku tempelkan beberapa pajangan pada dinding berupa miniatur sayur mayur dan buah-buahan. Dan aku menambahkan pajangan kincir angin khas negri belanda di salah satu dindingnya.
"Dek, jadi cantik gini rumahnya. Tapi boleh gak bunga-bunga itu di kurangi sedikit, aku kok seperti berada di taman bunga?"
"Biarin aja, itu kan bunga-bunga cinta yang sedang bermekaran." ucap ku di sela krsibukanku yang masih merapihkan beberapa yang masih tersisa.
"Trimakasih ya sayang, kamu membuat hidup ku lebih berwarna dari sebelumnya. Terimakasih kamu sudah memberikan kesempatan pada ku untuk belajar mencintai mu, tetaplah seperti ini, maafkan aku menuntut banyak dari mu."
"Tak apa Bang, walaupun hati ku perih, tapi aku yakin kamu akan membayarnya dengan ketulusanmu suatu hari nanti, dan semoga aku tak menunggu terlalu lama."
Bang Ardy mengecup keningku lembut,kemudian memelukku erat.Kita di pertemukan dengan ketidak sengajaan dan di satukan oleh keadaan.
Saat ini cintamu bukanlah seutuhnya untuk ku, tapi ku mohon jangan lepaskan tangan ini yang terulur untuk mu.
Aku tak ingin ada perpisahan, karna cintaku begitu tulus untuk mu.Perlahan langit mulai menghitam, azan magrib berkumandang. Aku bergegas untuk wudhu dan melaksanakan kewajiban ku sebagai seorang muslim yang taat. Ku tunaikan tiga rokaat dengan Bang Ardy sebagai imamku, indah sekali rumah tangga ku, Semog saja akan terus seperti ini, Amin.
###
Kini tiga hari sudah usia pernikahanku, namun belum sepenuhnya aku menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri. Ya, kami belum melakukan malam pertama. Amembuka lemariku, memilih dress dengan panjang selutut, ku poles make up tipis pada wajahku, warna lipstikik yang sedikit terang mewarnai bibir tipis ku, ku tata rambut ku yang ku biarkan tergerai, terakhir ku seprotkan celvin klain enternity women pada tubuhku.
"Assalamualaikum." itu dia, orang yang ku tunggu akhirnya pun tiba.
"Waalaikumsalam. " ku perhatikan penampilanku sebelum ku langkahkan kaki ku untuk membukakan pintu. Yess, aku puas.
Ku langkahkan kaki ku dan menyambut suami ku.
"Sudah pulang Bang?" aku meraih tangannya dan ku cium punggung tangannya. Aku sadari tatapannya yang tak lepas sedari dia melihatku menyambutnya pulang di depan pintu rumah dinas kami.
"Mau makan dulu atau langsung mandi Bang?"
"Makan dulu aja, aku lapar sayang. " jawabnya seraya mengelus perutnya seolah dia benar-benar lapar.
"Ya sudah, ku panaskan dulu sayurnya ya."
Dia pun mengikuti ku menuju dapur dan memperhatikan gerak tubuhku dari meja makan tempatnya duduk. Masih ku rasakan matanya yang tak henti menatapku.
Tak lama aku duduk di hadapannya dengan semangkuk sayur yang ku letakkan di meja makan. Ku ambilkan nasi untuknya dan menaruh lauk pauk dipiring tersebut.
"Makan yang banyak ya Bang. "
"Kalau nanti aku gendut gimana? Apa kamu masih semanis ini? " tanyanya.
"Aku tak akan pernah berubah, d as n kamu pun jangan pernah merubahku menjadi cuek."
"Aku suka cara mu Ren."
Aku mengecup pipi nya dan mengusapnya lembut.
"Makan dulu sayang, nanti sayurnya dingin."
"Bagaimana aku bisa makan kalau fikiranku ada di tempat tidur sayang?"
"Kamu genit,Bang."
"Aku suka wangimu Sayang."
Dia begitu terpesona, seperti terhipnotis dengan pemandangan yang ku berikan.
"buka mulut mu sayang!"
Aku Menyuapinya dengan lembut. itulah romantisme kami di tiga hari pernikahan kami.Setelah kami selesai menyantap makan malam, aku merapihkan meja makan dan mencuci piring bekas kami makan. Dan tiba-tiba tangan kekar itu melingkar di pinggangku, dan bibir hangat itu mengecup tengkukku. Ada desir yang kurasakan, sekuat hati aku menahannya dan menikmati setiap sentuhan yang di berikan oleh Bang Ardy.
"Mandi dulu,Bang."
"Sebentar lagi."
"Aku masih ingin seperti ini." pintanya setengah merajuk. Ku biarkan dia dengan permainannya, dan aku menikmatinya.
"Sayang, malam ini boleh kan aku meminta jatah ku? "
Aku tersenyum mendengarnya. Aku membersihkan tanganku yang terkena sabun, ku balikkan badanku, dan mata kami saling berpandangan, aku grogi, ku lingkarkan tangan ku diatas bahunya, ku beranikan untuk tetap menatap matanya. Dan tiba-tiba bibir itu menyentuklh bibirku, hangat yang ku rasa, ada sebuah tuntutan lebih di sana, aku mengerti dia menuntut ku lebih dari sekedar berciuman. Ku hentikan ciuman ganasnya, Ada raut tak suka dan protes menjadi satu. Aku tau dia kecewa.
"Mandi dulu, Bang. Habis itu kita tidur cepat."BERSAMBUNG.....
Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote dan komennya yah permirsah... Sy seneng banget kl dapet comen yang sangat membangun, biar sy lbh smngat lagi nulisx.
Mohon bantu share ya sob...
Tks... Happy reading...**No Copas**
Batam, 27 maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUNGGU CINTAMU (Sudah Terbit)
Fantasimenikah dengan mu tak semudah dan seindah yang ku bayangkan. tubuh mu memang ku miliki, tapi tidak hati mu. tiap malam kau mencumbu ku, tapi bukan nama ku yang kau sebut, sebegitu cinta kah engkau kepadanya? Lalu siapa aku di mata mu?. Lihatlah aku...