Menunggu Cintamu - Part 9

4.6K 290 38
                                    

Kini kehamilan ku memasuki usia tiga bulan, rasa mual mulai berkurang. Bang Ardy sangat bahagia ketika ku beritahu aku mengandung darah dagingnya.

"Wih.... Canggih juga Abang ya Dek, sekali tembak langsung gol."

Itu katanya beberapa waktu lalu. Beruntung dia menerima dan mengakui anak ini. Padahal sedari awal aku takut dia tak mau mengakuinya.
Dan syukur Alhamdulillah, suami ku berpindah tempat tugasnya, kini dia tak lagi di tugaskan di dusun, regunya bergeser ke pinggir kota, dan signal pun mulai bersahabat dengan kami.

"Sayang, lagi apa? Tolong jaga anak ku ya, kamu harus makan yang banyak, vitamin dan susunya jangan lupa! Jangan terlalu capek!, nanti pulang kerja hati-hati, kalau sudah di rumah kabari aku!. Peluk cium untuk anak ku yang masih ngumpet di perut Ibunya, muuaaccchhhh.... "

Dia selalu mengirim ku pesan seperti itu, hanya ingat anaknya, tak pernah ingat aku yang ingin bermanja dengannya.

"Baby, tuh liat Ayah uda lupa sama Ibu, ingetnya kamu aja... Ibu kan juga kangen sama Ayah. Kamu yang sehat di dalem sana ya sayang, cepat-cepat lah keluar, saat kamu keluar nanti, kita akan menjemput Ayah mu di dermaga saat dia pulang nanti. Kamu mau?"

Walaupun usia kandunganku masih tiga bulan, tapi aku membiasakan terus berbicara dengannya, dan malam sebelum tidur aku mendengar murotal, terkadang Ayahnya yang membacakan surat yusuf walau lewat telpon atau vidio call. Bang Ardy sangat berharap kelak anaknya berjenis kelamin laki-laki. Ahh, apa pun itu yang penting bagi ku adalah, anak ini sehat, tumbuh menjadi anak yang cerdas dan taat. Amin.

Ting..

"Dek telpon Abang dong! Abang kangen." itu isi chatnya. Aku bahagia sekali, akhir - akhir ini suami ku lebih sering mengungkapkan rindunya pada ku. Segera ku tekan tombol hijau, tak butuh waktu lama, dia menjawab vidio call ku.

"Assalamualaikum Dek."

"Waalaikumsalam Bang, lagi apa Abang? "

"Lagi nahan rindu untuk istriku."

"Ihh genit banget." aku malu, entah, rasanya seperti sepasang anak ABG yang di mabuk cinta.

"Dek, hapenya di tempelin ke perut kamu dong, Abang mau cium baby. Karna sepertinya setelah ini Abang gak akan menghubungi kalian lagi."

Aku meletakkan smartphone ku di atas perutku yang mulai membuncit. Aku biarkan dia menyapa anaknya, bercengkrama sesaat dengan buah cinta kami.

"Memangnya Abang mau kemana?"

"Nanti siang, Abang mau patroli rutin."

"Hati-hati ya sayang!"

"Kamu juga hati-hati, jaga kesehatan, jagain anak Abang. Maaf kalau nanti kamu harus melahirkan dan membesarkan baby sendirian. Kalau nanti anak kita laki-laki, ku beri dia nama Rendy Kesatria Anoraga. kalau dia perempuan, ku beri dia nama Arend Pusparini."

"Ko Abang ngomongnya gitu? Emang tugasnya di perpanjang ya?"

"Iya, tugas Abang akan lama disini, jadi kemungkinan Abang akan lambat pulang. Doain Abang, agar tugas Abang cepat selesai dan bisa secepatnya pulang menemui mu!"

"Iya Bang, aku pasti selalu doain Abang. Abang yang sehat ya di sana. Berjanjilah untuk selalu dalam keadaan baik-baik."

"Iya,Abang janji akan secepatnya pulang menemui mu dan anak kita, sabar menanti Abang ya sayang. Dan maaf,Abang memberikan ending yang berliku untuk cerpen mu. Tapi ku mohon sabarlah untuk menunggu ku, karna kamu adalah cinta ku, dan aku pun juga cinta sejatimu."

Itulah kami, obrolan pelepas rindu di saat waktu memisahkan kami berdua.
Ting...

Pesan ku kembali berbunyi, kali ini suara Azan dan komat dari suami ku, dia mengirim ku voice note itu. Dia bilang, Tolong tempelkan suara azan ini saat anak kami lahir nanti.

Begitu banyak pesan yang dia sampaikan malam itu, seolah dia akan pergi dalam waktu yang sangat lama.

###

Takk...

Tetiba gelas di atas meja kerja ku pecah, entah apa penyebabnya? Dan seketika perut ku merasa sakit, jantung ku berdebar. Ada apa ini?
Berulang kali aku menyebut nama Allah dan istigfar, tapi hati ini semakin gelisah dan ingin cepat pulang.

Dret.. Drettt...

Tertera nama Ibu ketua di layar handphone ku, ku tarik nafas panjang dan mengembuskan perlahan, agar ku tenang untuk berbicara dengan atasanku.

"Selamat sore Ibu."

"........"

"Astagfirullah ya Allah."

"......."

"Terimakasih banyak Ibu, Amin."

Aku tak tau apa yang harus ku lakukan? Bibir ku kelu. Hanya air mata yang mampu menetes deras dari mata ku.
Rekan kerja ku, dan para staf berkeruumun di meja kerja ku, dada ku sesak, amat sesak. Lalu aku tak sadarkan diri. tuhan, lindungi suami ku, tabah dan kuatkan aku, demi anak yang sedang ku kandung.

###

Malam ini, rumah dinas suami ku sangat ramai, para atasan, senior dan junior berdatangan mengucapkan bela sungkawa. Ayah, Bunda, Mama dan Papa ku juga Adik suami ku, mereka datang menghiburku. Seberapa banyak tamu yang datang mereka hanya mampu memanjatkan doa agar suami ku tenang di alamnya. Tapi tak satu pun dari mereka yang berkata "Semoga suami mu kembali dengan selamat! "
Ya tuhan, sungguh perih rasa menjadi istri dari abdi negara, kenapa aku harus merasakan kepahitan ini"

"Dek Rena, Bapak dan Ibu Danyon datang." bisik Mbak ratna di sisa kesadaranku. Dan aku hanya mengangguk tanda paham. Kemudian petinggi itu pun datang menghampiri ku. Ibu, memelukku dan air mata ku kembali tumpah di pelukannya, aku histeris.

"Sabar Anakku! Ini sudah kehendak tuhan. Iklaskan! Saya tau ini berat, tapi kita harus merelakan." ujar Bu danyon yang di kenal dengan Bu Bambang.

"Terimakasih banyak Bu." hanya itu yang mampu keluar dari bibir ku, selanjutnya Bapak danyon memberikan ku sebuah kantong yang berisi barang milik Bang Ardy.

"Sertu Ardy wafat saat melaksanakan patroli, dan di waktu bersamaan, sekelompok sparatis menghadang pasukan....." kalimatnya terputus. Suara petinggi di yon kami bergetar, aku merasakan kesedihan yang juga di rasakannya.

Sudah lewat dari tengah malam, mata ku masih belum terpejam. Ku buka satu persatu barang milik suami, ku peluk dan ku cium rompi anti peluru dan jaketnya, tapi entah mengapa hati ini menolak untuk mengakui bahwa itu adalah barang milik Bang Ardy.

"Bukan, ini bukan milik suami ku. Suami ku masih hidup. Aku tak merasakan ketiadaannya. Ayah, Bunda, Mama, Papa.. Bang Ardy masih hidup...." terik ku histeris.

"Yang tabah ya Anakku, iklaskan semua. Doakan Ardy... " ucap bunda, Ibu mertua ku yang begitu tabah menerima kenyataan pahit ini.

###

"Bang, lagi apa? Ko gak ada kabarnya? Gak kangen dengan aku dan anak mu kah?"

Semenit, duamenit, sejam, lima jam, sehari, empat hari, seminggu, bahkan sebulan, aku tak juga mendapat balasan, chat ku tak pernah di balas oleh suami ku. Hanya air mata yang kembali jatuh saat ku sadar suami ku telah tiada.

"Bang, Kemarin Abang janji akan pulang dalam keadaan selamat, tapi, kenapa Abang mengingkari janji itu?. Aku tak sanggup jika harus tanpa mu, aku tak sanggup jika haru melahirkan dan membesarkan seorang diri. Aku tak sanggup Bang. Tuhan, sungguh berat beban ini, kembalikan suami ku dalam keadaan sehat tak kurang satu apa pun. Amin."

BERSAMBUNG.....

Huy guys... Hahaha sy pengen ketawa jadinya. Sebenernya dari part 7 smp part 9 ini alurx ud ngaco semua. Awalx g ada cert yg sedih2 ky gini. Tapi g tw knapa ko alurx saya robah seprti ini? Hahahaha tapi apa pun itu alurnya semoga tetap nyambung yak. Maafkan juga kl masuh banyak typo dan bhsa yg sangat brntakan.

Happy reading, jgn lupa untuk komen n bintangx y guys. Tks 😘😘

Batam, 24 april 18

MENUNGGU CINTAMU (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang