Menunggu Cintamu - Part 7

5.1K 302 25
                                    

Arvita Mahatvarvirya


Malam itu ranjang kami bagaikan bara api, panas,  sangat panas.  Inilah malam pertama kami yang tertunda. Bang Ardy menyentuh ku dengan sangat lembut, ia menjadikannya semua sangat manis,  dan aku menikmatinya,  menikmati tiap kulitnya menyentuh kulit ku,  menikmati kecupnya di setiap lekuk tubuhku, aku sangat menikmatinya, dan ini adalah malam terindah untuk ku dan untuk kami, aku dan Bang Ardy.

Di malam menjelang pagi, aku masih menatap wajah pria yang terlelap di samping ku, dengan cahaya remang aku melihat ketampanannya yang begitu sempurna. Ohh tuhan.. Aku sangat bersyukur kau menyatukan aku dengan dia yang ku inginkan,  dia yang selalu ku minta pada mu,  dia yang selalu ku impikan.  Terimakasih wahai pencipta.
Ku kecup keningnya lembut dan sangat lembut, ku ucap rambut tipisnya, ohh..  Sungguh, betapa bahagianya aku bisa memiliki dan dimiliki olehnya.

###

"Pagi Sayang."

"Pagi...." jawab ku.

"Ren, Kamu cutinya sampai kapan?"

"Kenapa? Kamu bosen ya ngeliatin aku terus?" canda ku.

"Aku malah maunya kamu gak usah kerja lagi. Cukup di rumah dan ngurusin aku."

"Hemmmm... Kaya balita aja kamu, Bang."

"Iya kan balitanya kamu sayang." dia menarik tangan ku dan seketika tubuhku berada di pelukannya.

Dret.. Dret...
"Aduh siapa sih yang telpon?ganggu aja!" Umpat Bang Ardy ketika selulernya berdering.

"Angkat aja Bang!  Siapa tau itu printah." saran ku di sertai senyum termanis ku hanya untuk suami ku tersayang.

"Siap Komandan."

"......"

"Siap Trimakasih Komandan." dan tak lama telepon genggam mungil itu kembali di letakkan di atas meja seperti sedia kala. Dan ku dapati rona tak sedap dari wajah Bang Ardy.

"Ada apa Bang?" Aku menghampirinya yang duduk di meja makan.

"Ada printah dari Komandan,Dek."

"Kok mukanya lusu begitu? " tanya ku.

"Kemungkinan Abang akan di berangkatkan ke perbatasan, dan Abang di suruh ke kantor,ada pengarahan katanya." Bang Ardy menjawab dengan kegalauannya.

"Kapan pengarahannya?"

"Sekarang."

"Terus kenapa masih duduk? Ayo cepat ganti baju mu!" printah ku.

"Dek,  kalau aku jadi berangkat,  ini adalah pengalaman pertama mu untuk ku tinggal tugas, apa kamu siap? Sementara kita menikah belum ada sebulan."

"Insya allah,aku siap.  Aku adalah istri mu, istri seorang  tentara, dan aku harus siap dengan segala resiko yang ada di hadapan ku.  Pergi lah!  Di setiap langkah dan hembus nafasmu, teriring doa ku yang tiada henti, aku merestui mu,  dan rakyatmu pun merestui tugasmu. Pergilah!"

Entah dari mana aku bisa mengucapkan kata penuh keiklasan seperti itu?  Saat ini yang ku tau adalah, sudah tugas dan menjadi resiko ku menjadi istri seorang tentara  dan aku harus siap kapanpun jika negara memanggil suami ku. Sungguh aku Ihklas.

Aku menuntun tangan kekarnya untuk berganti seragam kebesarannya, aku siap kan semuanya, layaknya seorang istri berbakti kepada suaminya,  aku menikmati peran ku sebagai istrinya,  walau sejujurnya hati ini menangis,  bukan menangis karna tak tau berapa lama dia akan pergi nantinya? Aku tak tau kemana dia akan pergi? Tapi,.. Ahh sudahlah,  ini adalah resikoku.  Dan kini Bang Ardy telah siap dengan seragam loreng lengkap dengan sepatu PDLnya,  dan terakhir aku memakaikan baret kebanggaan Arhanud padanya,  baret kebanggaan suami ku, dan tentunya aku.

MENUNGGU CINTAMU (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang